Holla, hallow, Vrenn. I'm comeback😎
Gimana kabar kalian?
Selamat membaca💔💔
•
•
•
•
•
Tidak ada yang abadi di dunia ini
-•🦋•-"Berhenti bilang anak pembawa sial, dan perlu kamu tahu, aku nggak peduli itu. Aku bahagia kalo deket sama kamu. Nggak pernah ada kesialan saat aku deket sama kamu. Jadi aku mohon, berhenti bilang kamu anak pembawa sial. Jangan sampai pemikiran bodoh kayak gitu bikin kamu sedih, Val."
"Maaf."
"Kenapa minta maaf, hm?" Ariel mengelus rambut panjang Excel, penuh sayang.
"Maaf Riel, maafin gue. Karena selama ini gue biarin lo berjuang sendiri. Gue nggak pernah nganggep lo lebih dari kata temen. Gue selalu tutup mata setiap kali lo kasih perhatian lebih, dan maaf karena gue lebih sering mikirin El daripada lo," jelas Excel.
Bukannya marah, Ariel justru meletakkan kedua tangan Excel di atas pahanya, sesekali mengelus punggung tangan gadis itu.
Ariel tersenyum tipis seraya menatap setiap inci wajah gadisnya. "Nggak apa-apa. 'Kan dulu kamu nggak tahu, yang penting kamu bahagia, 'kan? Maafin aku juga, karena biarin El pergi ninggalin kamu gitu aja. Harusnya aku dulu cari tahu bukan malah diem aja."
"Kamu tahu, Val. Apapun bakal aku lakuin demi lihat senyum indah kamu."
"Riel."
"Hm?"
"Jangan tinggalin gue."
"Sekalipun semesta nggak restuin kita, aku bakal tetep ada di samping kamu. Kalaupun suatu saat aku nggak ada di samping kamu, aku bakal tetep ada di hati kamu."
"Dengan keluarga saudara Abriel?" tanya seorang perempuan berambut sebahu yang baru saja keluar dari ruang IGD. Perempuan dengan kisaran usia 30 tahunan.
Excel yang tengah duduk di sebelah Afghan itu langsung tersadar dari lamunannya. Momen saat dirinya bersama Ariel berputar dengan sendiri, memenuhi pikirannya.
"Iya, Dok," jawab Gaung cepat.
Saat ini keluarga Ariel dan teman-temannya tengah berada di luar ruangan IGD. Ruang IGD tertutup rapat, sedari tadi Bunda dan yang lain tidak berhenti melantukan doa untuk kesadaran Ariel.
"Boleh ikut saya sebentar? Ada hal yang ingin saya sampaikan."
Perempuan berambut sebahu itu mengajak Salwa dan Gaung untuk pergi ke ruangannya, yang tidak begitu jauh dari ruang IGD.
Excel bersama Afghan mengikuti langkah tiga orang dewasa yang berada di depannya. "Af, Ariel bakal baik-baik aja, 'kan?" tanya gadis itu dengan tubuh bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abriel dan Excel | SELESAI
Ficção AdolescentePart masih lengkap "Berdiri di sampingku, dan kita ciptakan bahagia bersama." Ini adalah kisah Abriel dan Excel, dua sahabat yang terikat tantangan gila untuk menutupi luka yang teramat gila. Tantangan yang sudah berjalan tiga tahun lamanya. Abriel...