Hallow Vrenn, apa kabar kalian?
Selamat membaca, semoga suka, aamiin💖
•
••
•
•
Sekecil apapun pencapaianmu, jangan lupa buat apresiasi diri. Karena kamu layak mendapatkan itu, kamu hebat sudah berjuang sejauh itu._Abriel Daerlangga
-•🦋•-
•
•
•
•
•Satu Minggu sudah class meeting berlangsung. Mulai dari perlombaan bola basket, futsal, hingga bazar sukses dimenangkan oleh XI IPA 2. Hari ini tinggal giliran menerima hasil jerih payah belajar selama satu semester terakhir. Iya, hari ini pembagian rapor.
Excel sedari tadi tidak berhenti mondar-mandir membuat Ariel mendesis. Merasa mengkal dengan gadis itu, Ariel beranjak -- mendekati Excel dan menyuruh gadis itu untuk tenang.
"Val, duduk!" Ariel memegang bahu Excel menyuruh gadis itu untuk duduk di bangku luar kelas.
"Gue takut," jawab Excel sembari menggigit ujung kukunya.
"Tenang ya, Val. Lo tuh udah berusaha keras. Udah belajar bareng gue juga, tiap ujian lo keluar cepet juga, 'kan? Jadi kenapa khawatir kayak gini?"
"Lo nggak tahu, Riel."
"Val, duduk ya, sayang!"
Bagaikan sihir, mendengar ucapan itu, Excel langsung duduk tanpa membantah perkataan Ariel.
"Kalo gue nggak masuk tiga besar, gimana? Jangankan tiga besar, sepuluh besar aja kayaknya nggak mungkin," gumam Excel.
"Val, nggak apa-apa kalo nggak bisa masuk tiga besar ataupun sepuluh besar. Setidaknya lo udah berusaha semaksimal mungkin, 'kan?"
"Lo nggak tahu, Riel. Mama bakal marah... gue takut-"
Ariel menggenggam jari-jemari Excel, sesekali mengelus punggung tangan gadis itu. "Tenang ya, Val. Ada gue."
"Tapi kali ini beda-"
"Peringkat satu lagi anak Bunda," potong Bunda Salwa tiba-tiba. Bunda yang baru keluar dari ruang kelas XI IPA 2 dengan rapor di tangannya itu berjalan menuju Excel juga Ariel.
Salwa mengelus rambut Ariel kemudian ikut duduk di samping cowok itu. Bunda menatap Excel yang tengah merundukkan pandangannya dengan tangan kiri meremas ujung kardigannya.
"Excel, rapornya diambil siapa sayang?"
Excel mendongak ketika mendengar itu. "Diambilin Pak Gendut, Bun."
Bunda mengembuskan napas gusar. Wanita paruh baya itu menyuruh Ariel untuk bertukar tempat duduk. "Kenapa sedih? Nggak apa-apa, suatu saat nanti Bunda yakin mama kamu yang bakal ambil rapor kamu. Nggak usah sedih gini, ya. Ada Bunda, anggap Bunda sebagai mama kamu. Maafin Bunda ya, Excel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Abriel dan Excel | SELESAI
Teen FictionPart masih lengkap "Berdiri di sampingku, dan kita ciptakan bahagia bersama." Ini adalah kisah Abriel dan Excel, dua sahabat yang terikat tantangan gila untuk menutupi luka yang teramat gila. Tantangan yang sudah berjalan tiga tahun lamanya. Abriel...