6. Tentang Luka

725 94 9
                                    

"Pulangnya agak malam, nanti gue anter."

"Gak usah, Pak."

"Lo pulang malem gara-gara gue, jadi gue bertanggung jawab atas Lo. " Nukha memaksa.

"Pak tahu gak?"

"Apa?" tanya Nukha.

"Dari kemarin kemarin Lo selalu maksa gue buat mau dianterin pulang, Lo ngebet banget kayaknya nganterin gue?" Sea kesal.

"Oke gue gak bakal maksa lagi."

"Bagus," ucap Sea.

"Tapi tetep nawarin," tambah Nukha tersenyum lebar kearah Sea.

"Lo tau gak sih gue benci banget sama Lo?" tanya Sea lagi.

"Tau, Lo udah ngomong beberapa kali."

"Terus kenapa Lo selalu ngebuat gue terikat sama Lo?"

"Kemarin gue udah jelasin, gue pengen Lo selalu Deket sama gue supaya ingatan gue kembali." Nukha menjelaskan.

"Egois ya Lo, menurut Lo gimana rasanya kalo setiap hari Lo harus Deket sama orang yang Lo benci?" Sea membalikan.

"Lo segitu bencinya sama gue? apa gue udah gak termaafkan lagi? apa gue udah gak punya kesempatan lagi?" rentetan pertanyaan Nukha membuat Sea berfikir.

"Gue udah maafin Lo, gue cuma benci sama Lo."

"Apa bedanya, Sea? gak termaafkan Sama dibenci?"

"Mungkin kalo cuman benci gue masih bisa kayak gini, deket sama Lo, kerja sama Lo. Tapi kalau gak termaafkan, mungkin buat liat wajah Lo aja gue gak bakal bisa."

"Gue bakal buktiin sama Lo kalo gue bisa jadi lebih baik, dan kita bisa kayak dulu lagi." Nukha menjawab.

"Kita? kayak dulu? maksud Lo balikan? inget dulu aja masa lalu Lo, baru Lo bisa bilang kayak gitu lagi sama gue."

"Oke gue bakal usaha lebih keras."

*****

"Lo suka sama Sea?" tanya Anton saat dia sedang mengisi liburannya di rumah Nukha.

"Gue cuman tertarik sama dia," jawab Nukha.

"Lama-lama juga suka Lo," ejek Anton.

"Lagian kenapa emangnya kalo suka?"

"Gak masalah sih, cuman Lo harus siap-siap aja ditolak."

"Gue selalu ngerasa bersalah sama dia, dan gue harus jagain dia." Nukha berkata dengan penuh penghayatan.

"Gimana kalo ternyata Lo itu adalah luka yang tak terobati bagi dia," Anton mulai berandai-andai.

"Kalo gitu gue sendiri yang harus jadi obatnya."

"Seyakin itu Lo?" tanya Anton.

"Yakin."

"Oh iya, katanya Lo mau mulai lagi nyari tau masa lalu Lo itu?" tanya Anton.

"Iya, kemarin gue nyari-nyari kontak di hp dan gue satu-satu chat sambil nanya nama Bastian sama Marc."

"Terus ketemu?" tanya Anton.

"Gue ketemu kontak Bastian doang, gue udah janjian sama dia Selasa depan dan dia janji bakal ajak juga Marc."

"Gue ikut ya, penasaran gue. " Anton meminta sambil menggigit apel yang sudah dikupas di meja.

"boleh."

Keesokan harinya seperti biasa, suasana kantor restoran terlihat padat oleh para staff yang berlalu lalang di area koridor sambil memegang dokumennya masing-masing. Terlihat juga beberapa pemandangan atasan yang memarahi pada salah satu staff, ada juga yang sangat fokus pada laptop di depannya. Sementara Sea? terlihat mengemasi barang-barangnya karena hari ini dia harus kembali menemani Nukha rapat seharian.

Disisi lain terlihat juga Fitria yang berbagi tugas dengan Adam karena mulai kewalahan meng-handle juga pekerjaan Sea,"sorry, Fit."

"Gak masalah, fokus aja sama rapatnya. Ada Adam juga yang bantuin gue."

"Gue kesel banget lama-lama, " ucap Sea.

"Dia cuman mau Deket sama Lo, udah itu aja." Fitria menjawab nyinyir.

"Apaansih, Fit. Udah gue berangkat ya."

"Hati-hati entar clbk," Fitria nyeplos.

Sea lagi-lagi tak menjawab, ia hanya meneruskan langkahnya untuk segera ke parkiran karena Nukha sudah menunggu.

"Pak," ucap Sea sambil menutup pintu mobil dengan sekuat tenaga.

"Apa? masih pagi udah marah-marah gitu." Nukha menjawab tanpa emosi.

"Lo kenapa sih gak ngerekrut karyawan buat jadi sekertaris Lo? gue ini accounting, kerjaan gue ngitung duit! bukan ngurusin Lo. Kalo gini double jadinya kerjaan gue!" Sea berkata dengan penuh tekanan.

"Lo nyindir gue buat naikin gajih lo karena kerjaan Lo rangkap?" tanya Nukha.

"Gue nyindir Lo kalo gue gak mau jadi sekretaris Lo!"

"Oke, pilihannya cuman dua. Lo rangkap accounting dan sekretaris, atau Lo jadi sekretaris gue aja?"

"Dua pilihan itu sama-sama jadi sekretaris Lo!" Sea menepuk jidatnya sangat kesal.

"Ya cuman itu pilihannya."

"Lo kenapa sih? Lo gak ngerti sama kata-kata gue kemarin kalo gue benci sama Lo?" tanya Sea.

"Gue ngerti, Sea. Tapi sekarang titik pusat masa lalu gue ada di Lo, jadi gue harus Deket sama Lo supaya ingatan gue kembali."

"Tapi titik pusat masa lalu gue bukan Lo, lagian masa lalu Lo itu nggak semua tentang gue. Keluarga contohnya?" Sea menyarankan.

"Stop memaksakan semua kehendak sesuka Lo, karena itu nyakitin gue." Sea menambahkan dengan nada halus.

"Gue minta maaf kalo itu nyakitin Lo, gue gak tahu. Gue cuman ngerasa gue pengen jagain Lo dan pengen selalu ada di samping Lo."

Sea tak menjawab perkataan terakhir dari Nukha, dia hanya tidak ingin terlalu panjang berinteraksi dengan Nukha karena itu membuat dia sakit. Lima tahun ia berusaha pulih dari gangguan kepribadiannya gara-gara Nukha, dia tidak bisa semudah itu untuk tidak membenci pria ini. Meskipun ia tahu, bahwa kenangannya selama dua tahun tak bisa semudah itu juga tergeser, tapi minimal ia harus sedikit jahat pada orang-orang yang menyakitinya.

Akhirnya mereka pun melanjutkan perjalanan menuju tempat meeting dengan suasana kosong dan tak ada obrolan setelahnya, Nukha takut gadis ini semakin membencinya. Ia takut menyakiti lagi Sea untuk kesekian kalinya, karena dia tahu terdapat luka yang tak tertahankan dalam diri Sea. Dan itu karena dirinya.

Ketika Hari Selasa dimana Nukha dan Bastian ada janji temu pun tiba, Nukha bergegas dengan semangat untuk menemui sahabat lamanya meskipun dia tidak ingat kenangannya. Hingga tiba-tiba sebuah pesan masuk muncul di layar ponsel Nukha yang terkunci.

Bastian
Kha, hari ini gajadi yah. Gue mau ke Bali, mendadak. Sorry.

Nukha
Sampai kapan?

Bastian
Gue gak tahu, kayaknya bakal
lama.

Nukha
Masa lalu gue gimana?

Bastian
Oke, Lo mau tau tentang apa?
siapa tahu bisa gue kasih
tau disini.

Nukha
Lucia Camila Numa.
Kenapa gue putus
sama dia?

Bastian
Kalian putus? gue kira udah nikah
Lo berdua.

Jadi Bastian yang merupakan sahabatnya pun bahkan tidak tahu dirinya dan Sea putus? Dan setelah perbincangan itu Bastian tiba-tiba tak aktif lagi. Dan investigasinya hancur total!

Hingga sebuah amplop berwarna putih panjang jatuh dari sela buku yang saat itu Nukha pegang, dia meraihnya, amplop itu kosong. Namun di depan nya tertulis dari klinik psikolog Ratna Kusuma, untuk Garisson Xander Nukha satu tahun lalu. Isinya berarti rekam medis Nukha, kenapa dia harus ke klinik psikolog? dimana isinya? apa dia gila?

Hayoloh penasaran bukan? tunggu kelanjutannya ya guys🤪

Nukha itu Luka (Tamat)✓ #dilirikmedianbooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang