30. Remember

236 36 0
                                    

Hallo semuanya, aku udah beberapa hari gak update karena sempet males hehe. Menurut kalian lebih suka update sering atau jarang sih?

Aku takut kalo update jarang, kalian pada ilang huhu. Oh ya, aku berharap bgt kalian bisa hargain karya aku dengan cara voted dan tidak plagiat ya. soalnya aku lihat makin sini jarang yg voted, meskipun aku seneng juga setidaknya kalian udah baca. Tapi aku mhon untuk tinggalkan jejak ya😭😍
.
.
.
Bi Ati mendorong dua koper Nukha dengan susah payah, karena hari ini tuannya akan pergi ke Brunei dan Bangkok selama satu Minggu bersama dengan sekretarisnya, Amelia. Karena Nukha tidak memiliki sopir, jadi ia dijemput oleh Anton sebelum pria itu berangkat bekerja.

"Berangkat ya, Bi."

"Hati-hati, Pak. Pulang dengan selamat ya." Bi Ati mendoakan.

"Silahkan masuk, Tuan." Anton mempersilahkan dengan nada meledek.

"Kampret Lo." Nukha menjitak kepala Anton dengan map di tangannya.

"Aw...Sakit, Tuan." Anton meringis pura-pura sangat kesakitan.

"Gara-gara Lo gak mau berangkat nih, jadi gue yang harus kesana." Nukha menggerutu.

"Yakan Lo CEO nya, kalo Lo mau gue gantiin, Lo sekalian serahin jabatan Lo." Anton mengancam.

"Halah bilang aja Lo males," sindir Nukha.

"Bilang aja kalo Lo gak mau jauh-jauh dari Sea." Anton membalikan fakta.

"Sotoy Lo!"

"Eh, Kha. Ngomong-ngomong ingatan Lo udah kembali? Lo udah inget tentang gue?" Anton mendadak membahas ingatannya.

"Belum semua, sekitar empat puluh persen lah." Nukha memperkirakan.

"Lo pernah denger nama Sabrina?" tanya Anton.

Nukha mengangguk-ngangguk, "sahabat Sea waktu SMA kan?"

"Hanya itu?"

"Ada lagi?"

"Gue cuman nanya."

"Lo kenal Sabrina?" tanya Nukha pada  Anton yang mulai menyetir.

"Gak kenal, cuman tahu aja kalian pernah satu sekolah."

Nukha tak merespon, menurutnya sangat wajar Anton bisa mengenal teman-teman sewaktu SMA nya. Toh juga hanya Anton teman kuliahnya, dan dirinya pun seperti tidak begitu mempermasalahkan tentang Sabrina.

Nukha memeriksa ponselnya untuk melihat jam berapa saat itu, tempat yang pertama ia datangi adalah Bangkok, Thailand. Jadwal keberangkatannya adalah pukul delapan pagi, sementara saat itu waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan.

"Ngebut, Ton. Gue telat." Nukha gelisah dengan memutar-mutarkan jam tangannya.

"Siap, Tuan."

****

"Enak banget jadi Amel, ikut Pak Nukha ke Bangkok sama Brunei yah." Fitria memecah suasana hening yang sedari tadi seperti tidak ada kehidupan, karena yang biasa meramaikan adalah Amelia.

"Kan dia sekretarisnya," jawab Sea.

"Lo kenapa gak mau jadi sekretarisnya waktu itu?"

"Ya karena bos nya Nukha. "

"Lo segitu masih bencinya ya, sama Nukha?"

"Iya."

"Sea, garis antara benci dan cinta itu sangat tipis. Hati-hati terkecoh."

"Gue udah baca itu ratusan juta kali karena selalu muncul di beranda dan explore Instagram gue."

"Berarti Lo sering searching quotes-quotes galau dan bijak, yakan!" tebak Fitria.

Nukha itu Luka (Tamat)✓ #dilirikmedianbooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang