37. Menguji

210 33 1
                                    

Untuk menemani malam Minggu kalian, happy next chapter 👋👋🤗🤗
.
.

Nukha baru saja pulang dari rapat untuk membahas menu makanan baru Garisston restoran, walaupun pikirannya sedang kacau dengan banyaknya masalah personal yang belum terpecahkan. Tentang siapa sebenarnya yang menyebabkan Sabrina meninggal, atau tentang bagaimana caranya meminta maaf pada Sea.

Nukha berbaring di kamarnya dengan keadaan sangat lelah, badannya serasa melayang tanpa tenaga hari ini. Hingga sebuah ketukan pintu kamarnya menyebar terdengar ke setiap sudut kamar bernuansa hitam itu, Nukha bangkit dengan malas dan kaget pada seseorang yang ada dibaliknya.

"Mami? ngapain disini?"

"Masih dinginnya kamu sama Mami."

Arini spontan masuk kamar Nukha tanpa dipersilahkan, tatapannya menyapu ke seluruh penjuru kamar. Kamar itu terlihat kosong dan hampa, hanya cat hitam yang memenuhi semua temboknya. Tidak ada bingkai foto, poster, atau berbagai hiasan meja. Arini duduk di ujung tempat tidur Nukha dan menatap putra nya itu yang tampak kelelahan.

"Mami ngapain kesini? Sonia gak diajak?"

"Sonia lagi ujian, gimana ingatan kamu? udah inget Mami? Papi?" tanya Arini.

Nukha mengangguk tak bergairah, "setidaknya aku ingat kalau aku ternyata benar orang yang bernama Nukha."

"Hidup memang sulit, Nak. Tapi meskipun kamu hilang ingatan, sifat dan sikap kamu gak berubah."

Nukha menatap Ibunya penuh tanya.

"Dari kecil kamu itu berbeda banget sama Sonia yang ceria dan ramah, kamu terkesan sombong karena sering sendiri dan jarang senyum. Sampai kamu dewasa ketika detik terakhir sebelum hilang ingatan pun kamu masih terasa dingin, kamu tidak mau meminta bantuan siapapun untuk mencari Sea. Kamu ke Bandung sendiri karena ada laporan Sea disini, sampai kamu kecelakaan sendiri dan menderita sendiri. " Arini mulai berkaca-kaca.

"Maafin Mami yang belum menjadi Ibu sempurna," tambahnya.

"Mi," dengus Nukha memeluk Ibunya tak tega.

"Bukan salah Mami, semua masalah ini terjadi karena aku sendiri." Nukha semakin merekatkan pelukannya.

"Papi cerita semuanya, tentang Sea, Anton. Mangkanya Mami kesini, Mami takut kamu berbuat macam-macam." Arini mengelus sisi rambut Nukha.

"Aku okey kok, Mi. Jangan khawatir ya," ucap Nukha menenangkan.

"Saat pertama kali Mami tau kamu hilang ingatan, Mami merasa sudah kehilangan kamu."

"Mami gak bakal kehilangan aku," sanggah Nukha.

"Sea pasti maafin kamu kok, Sayang."

"Iya, Mi. Semoga aja ya."

****

Keesokan harinya Nukha memberanikan diri untuk ke rumah Sea, dan dia sudah siap jika harus berlutut meminta maaf pada gadis itu. Ia menilap jas ditangannya tak ia kenakan, saat jam istirahat ini ia harus benar-benar memberanikan diri menemui Sea.

"Mau kemana, Pak?" tanya Amelia saat melihat bos nya itu keluar ruangan.

"Kamu pulang aja, hari ini saya ada urusan personal," titah Nukha.

"siap, Pak." Amelia begitu antusias.

Nukha melirik kearah jam sembilan, terlihat Fitria tampak tak memedulikannya. Semenjak insiden pemecatan sepihak itu, Fitria jadi enggan berkomunikasi secara intens dengan Nukha. Dan bertambah lah orang-orang yang tidak menyukainya, memang sepertinya ada yang salah dalam dirinya!

Nukha itu Luka (Tamat)✓ #dilirikmedianbooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang