55. Keputusan akhir

368 21 4
                                    

Selamat malam Kamis semuanya, happy reading untuk cerita Nukha yang mau hampir tamat. Aku tunggu voted dan komennya ya, jangan lupa share cerita ini ke temen dan orang terdekat kalian ya😘😘

enjoy
.
.

semalaman, Sea berpikir keras atas keputusan apa yang akan diambil oleh Nukha. Sebenarnya saat Nukha mengajak putus tadi sore, Sea bukan merasakan sedih karena kehilangan, karena ia tahu Nukha masih sangat mencintainya. Tapi ia khawatir dan merasa ada yang tidak beres dengan tingkah Nukha sejak tadi, bahkan ia sangat takut untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang terjadi kedepannya.

Dan semuanya diperkuat karena keesokan harinya, tiba-tiba saja ia naik jabatan menjadi wakil pimpinan sementara Anton menjadi pimpinan utama. Dan Nukha? kemana dia?

"Pak, ada apa ini?" tanya Sea ngegas saat berada di ruangan Nukha yang sekarang sudah diisi oleh Anton.

Anton segera bangkit dengan wajah yang sama sepertinya, antara sedih dan khawatir. "Sea, yang sabar ya. Kali ini kamu harus bener-bener lupain Nukha."

Perkataan Anton barusan berhasil membuat pikiran Sea semakin kalut, di otaknya kosong dan buntu. Semua terjadi serba mendadak menurutnya, Nukha yang mendadak ingat semuanya, keluarga Nukha yang mendadak berantakan, dia yang mendadak minta putus dan sekarang? Dia yang mendadak menghilang.

"Dimana Nukha?" bentak Sea karena semuanya serba teka-teki.

"Pak!" gertaknya karena Anton tak kunjung menjawab.

"Dia cuman ingin melindungi keluarganya, kamu harus ngerti." Anton berpesan sebelum ia bergerak untuk menghidupkan televisi di ruangannya.

Berita eksklusif, putra sulung dari pemilik perusahaan Garisston group telah menyerahkan dirinya ke polisi atas kasus pengeboman rumah sakit Bandung Medika yang terjadi dua bulan lalu. Diduga, motif dalam melakukan aksinya adalah adanya dendam pribadi terhadap salah satu dokter disana. Akibatnya Garisson Xander Nukha akan dihukum atas dasar pembunuhan berencana yang membuatnya terancam dipenjara paling lama seumur hidup, sekian yang dapat say_

Sea mematikan televisinya dengan cepat karena sudah tidak kuat menahan semua rasa sakitnya, ia tersungkur akibat begitu lemas saat melihat keputusan yang diambil oleh Nukha.

"Nukha gak bersalah!!!" teriak Sea yang membuat semua karyawan berhamburan menuju ruangan itu juga.

Sea bangkit dan menarik kerah Anton dengan bengis, "Pak, Nukha gak bersalah. Bukan dia pelakunya!"

"Sea yang sabar ya, ini udah jadi keputusan Nukha pada akhirnya untuk mengakhiri semuanya."

"Nggak, Pak! Nukha gak bersalah. Pulangin Nukha Pak! Kembalikan dia, Pak!"

"Gimana dia bisa hidup di penjara, Pak! dia gak bakal bisa hidup disana!" Sea dengan tangisnya melengking ke setiap sudut ruangan, membuat semua karyawan yang menyaksikan begitu sama hancurnya.

"Saya harus kesana, Pak. Saya harus ketemu Nukha!" serunya.

"Gak bisa, gak boleh ada yang besuk dia sampe sidang putusan hakim selesai," jawab Anton.

"Sea!" Fitria dengan penuh iba langsung memeluk Sea yang sudah begitu runtuh dunianya.

"Fit!! gue harus bilang sama polisi kalo bukan dia pelakunya. Nukha gak boleh dipenjara," ucap Sea dengan serak.

"Tabah Sea," lirih Fitria yang juga ikut menangis.

"Fit, kasian Nukha sendirian disana. Dia pasti ketakutan," kata Sea dengan nada lemah dan penuh kekhawatiran.

Perasaan takutnya semalam kini menjadi nyata dan lebih dari saat dibayangkan, Nukha begitu tega pada dirinya sendiri yang membuat ia harus berkorban sendirian dalam penjara yang dingin.

Kemudian Sea meminta untuk Anton mengantarkannya ke rumah Nukha, berharap ada suatu hal yang bisa ia lakukan untuk menghentikan semuanya.

Rumah Nukha terlihat ramai, dengan banyaknya wartawan dan reporter juga sejumlah polisi yang menggeledah rumah mewah itu. Terlihat juga sudah ada Papa, Mama dan Sonia disana sambil menangis tersedu.

"Om!" Alex yang melihat langsung memeluk Sea sama rapuhnya.

"Om juga gak tahu Nukha akan senekad ini."

"Maafin Tante, Sea." Arini mencoba menggenggam tangan Sea namun ditepisnya.

"Ini semua salah Tante! kembalikan Nukha, Tante!"

"Sea udah." Anton mencoba merangkul Sea.

"Bukannya Tante yang mati-matian menyatukan Sea sama Nukha, tapi akhirnya Tante sendiri yang membuat semuanya runtuh!" sentak Sea, kali ini dia benar-benar emosi karena Nukha tidak bersalah atas kasus itu.

"Maafin Tante."

"Sea, tenang dulu." Alex mencoba menenangkan.

"Lakukan sesuatu, Om. Dengan kuasa yang Om punya!" Sea memohon.

"Om akan berusaha semampu, Om." Alex menjawab.

"Kasian Nukha, Om." Tangis Sea masih pecah.

Anton saat itu langsung menariknya dalam pelukan, mencoba sekuat mungkin agar Sea tidak berulah lebih jauh lagi.

"Bagaimana bisa seorang Ibu tega membuat anaknya dihukum dalam penjara yang dingin!!" Teriak Sea dari balik pelukan Anton.

"Om akan berusaha Sea, kamu tenang saja."

"Nukha sudah terlalu sakit hatinya dengan ingatan masa lalu itu, Om. Jangan beri dia luka lain lagi."

"Iya, Sea. Kamu harus tenang ya."

"Kita berdoa, ya." Anton menambahkan.



Nukha itu Luka (Tamat)✓ #dilirikmedianbooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang