24. Luka lagi

319 36 6
                                    

Akhirnya bisa up setelah sekian lama sibuk banget, capek dengan kehidupan. Oke guys gimana nih? ada yang kangen Nukha? cusss langsung baca yaaa
Happy reading.
.
.
.

“siapa?”

“Cantik, bule, namanya Lari? Leri? Apalah saya lupa, Pak.”

“ Valerie?”

“Iya, Pak. Katanya dia dokter Bapak dulu.” Satpam itu mengatakan dengan pasti.

Valerie? Dokter? Kenapa nama itu terus muncul? Dan kalo dia dokter, kenapa dia cari gue?

Pertanyaan demi pertanyaan terbesit dalam pikiran tunggalnya, Nukha berpikir keras tentang nama itu yang tidak dia kenal sama sekali. Bahkan setelah banyaknya ingatan mulai bermunculan, mengapa ia tidak ingat tentang putusnya ia dengan Sea, atau bahkan dengan Valerie? Mengapa ingatan yang menurutnya penting tidak sama sekali berniat untuk mampir dalam memori otaknya.

“Yu masuk,” ajak Nukha pada Sea yang sedari tadi menatapnya.

Sea melangkah mengikuti ritme kaki Nukha menuju ke rumah, ada rasa khawatir dalam diri Sea. Khawatir tentang bagaimana pria ini bisa melalui semuanya sendirian dengan penuh tanda tanya yang berlaku.

Pintu rumah terbuka saat Nukha menekan bel, Bi Ati terlihat antusias membukakan pintu, “Mbak Sena! ketemu lagi.”

“Sea, Bi,” koreksi Sea datar.

“ Bi, anterin dia ke toilet ya.” Nukha memerintah sambil membuka jas nya.

“ Mbak Sena kan udah pernah kesini, gak perlu dianter.”

“ Sea, gue ngambil berkas dulu ke kamar ya.”

Sea mengangguk pelan.

“ Atau mau ke toilet di kamarnya Pak Nukha?” goda Bi Ati.

Nukha tertawa kecil,”dia gak mempan digodain, Bi.”

“Ya kali aja, Pak, mau.” Bi Ati terkekeh sementara Sea masih dengan mode diamnya.

Kemudian tanpa ingin menimpali, Sea melangkah menuju toilet yang ia tahu dimana letak ruangannya.

****
“ Sea, makan dulu,” ajak Nukha ketika melihat Sea keluar dari toilet.

“ Nggak langsung ke kantor, Pak?” tanya Sea.

“Makan siang, lo belum sempet makan siang kan tadi.”

“Ayo Mbak Sena makan,” ajak Bi juga.

“ Sea, Bi.” Sea mengoreksi lagi.

“Iya, Mbak Sea.”

Sea dengan patuh duduk di depan Nukha dengan enggan, ia melihat kearah lauk yang sudah tersedia memenuhi meja makan.

“Makan,” ucap Nukha.

“ Mau gue ambilin?” tanyanya lagi.

Sea dengan cepat mengambil piring untuk makan, sebelum pria itu melakukan suatu hal diluar dugaan lagi.

“Yang banyak, Mbak.” Bi Ati mengingatkan.

Sea tidak merespon apapun kecuali tersenyum sedikit tanda menghargai pada seseorang yang telah masak untuknya.

“Bibi mau ngeliatin kita makan?” tanya Sea pada Bi Ati yang sedari tadi menatapnya sambil berdiri di sampingnya.

“Jadi Mbak Sena mau berduaan aja sama Pak Nukha?” goda Bi Ati.

“Ng..ngak, Bi. Maksudnya kenapa Bibi gak ikut makan?”

“Biasa, Bi. Mau berduaan terus,” goda Nukha juga.

Nukha itu Luka (Tamat)✓ #dilirikmedianbooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang