34. Sukar

219 33 0
                                    

HAI HAI  semuaaa!!

Sea dan para jajarannya kembali!! sudah siapkah kalian dengan cerita yang semakin mencapai klimaks? selamat overthinking gkgk.
.
.

Fitria tampak terus saja menatap ponselnya berharap panggilannya diangkat oleh Lucas, sambil masih ia melihat kepergian Sea yang berjalan menghampiri taxi nya di seberang sana. Ada rasa khawatir, iba dan juga tidak percaya diri untuk meninggalkan Sea sendiri dengan kondisinya saat itu yang sangat kacau.

Lain hal dengan Nukha, di mejanya ia sedang merenungi semuanya. Ia masih percaya bahwa Sea lah pelakunya, meskipun kini ia tengah merasa hampa entah karena apa. Nukha tidak percaya Sea akan melakukan itu padanya, menghancurkannya dengan tangannya sendiri. Ia mengetuk-ngetukan kukunya pada meja yang dilapisi kaca itu sehingga menimbulkan suara secara berkala, tanda ia sedang berpikir keras saat itu. Apakah ia lengah dibodohi dengan kecantikannya? Apa Sea sengaja bekerja di Garisston untuk menghancurkannya? Segera Nukha menggelengkan kepalanya tak mau berpikiran sejauh itu.

"Lo pecat Sea?" tanya Anton yang tiba-tiba masuk tanpa tanda.

Nukha hanya mengangguk.

"Lo bisa di demo satu resto kalo semua tahu Dewi nya dipecat!"

"Mereka gak bakal demo kalau tahu Dewi nya ternyata Medusa," sarkas Nukha.

"Lo kenapa bisa seyakin itu?" tanyanya lagi.

"Dia yang ngaku."

"Lo percaya?"

"Ya karena masuk akal kalo dia pelakunya," jawab Nukha dengan tegas.

"Gue pikir bukan Sea sasaran Lo."

"Maksudnya?" Nukha menyipitkan matanya.

"Nggak, maksud gue Lo sekarang fokus sama rapatnya Minggu depan. Cari bahan supaya Lo menang, dan para pemegang saham percaya sama Lo." Anton menepuk punggung Nukha.

Mendengarnya Nukha menjadi ingat untuk mencari bahan seperti yang dikatakan Anton, ia menghampiri meja sekretarisnya Amelia.

"Mel," ucap Nukha yang melihat Amel tampak mengantuk.

"Iya, Pak."

"Lo telpon dokter saya nih, minta sama dia data medical chek-up saya." Nukha memberikan sebuah kartu nama untuk Amel hubungi.

"Siap, Pak."

***

Lucas sedang melakukan sesi tanya jawab sebagai bentuk dari psikoterapi kepada pasiennya, kali ini pasiennya wanita muda yang mengidap bipolar. Ada beberapa obrolan yang terkadang membuat pasiennya itu kebanyakan emosi karena memang itu lah salah satu sifat yang ditimbulkan oleh penderita bipolar.

Pintu tiba-tiba terbuka oleh seorang satpam yang tampak dengan nafas yang tidak beraturan seperti sudah lari marathon.

"Pak dokter, ada ribut-ribut di depan rumah sakit. Kayaknya pasien dokter Lucas yang udah lama itu, yang cantik banget, Dok."

Lucas segera bangkit dari duduknya, "Yakin, Pak?"

"Iya, Dok. Bapak hafal sekali sama wajahnya," jawab Pak Satpam.

Kemudian Lucas langsung berlari meninggalkan pasiennya ke tempat yang ditujukan oleh satpam muda itu sambil mengingat satu nama, Sea.

Terlihat sudah ramai sekali orang-orang disana yang melihat seorang gadis sambil membawa sebuah box dengan wajah panik, sambil mengatakan bahwa supir taxi di depannya itu akan menculiknya.

Semakin Lucas mendekat kerumunan itu, semakin jelas pula apa masalah disana. "Sea," panggil Lucas melihat Sea yang sangat panik dan ketakutan.

Sea langsung berlari kearah Lucas sambil menangis, "Cas, dia mau nyulik gue." Sea menunjuk kearah supir taxi.

Nukha itu Luka (Tamat)✓ #dilirikmedianbooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang