49. Dating

181 22 7
                                    

Hallo guys, aku liat viewers Nukha naik alhamdulilah makasih ya. Tapi yang buat sedih adalah saat ternyata pembaca aku cuma jadi silent readers 😭. gak pernah voted, atau pun komen. Padahal itu adalah yang ngebuat penulis semangat loh🙂
.
kali ini jangan lupa voted ya, aku tunggu di kolom komentar
happy ready
.
.

“Sea,” panggil Nukha saat Sea sedang merapikan beberapa berkas berantakan di meja Nukha.

“Ya?”

“Semenjak kita pacaran, kita belum pernah dating.” Nukha melipat kedua tangannya dengan banyak berpikir.

“Mau?” tanya Sea melirik sejenak.

Nukha mengangguk manja, “yuk.”

“Aku yang pilih tempatnya ya,” seru Sea langsung membuka ponselnya seperti sudah mempersiapkan semuanya.

“Boleh,” jawab Nukha menunggu arah pembicaraan.

Kemudian Sea dengan wajah sumringah menunjukan ponsel nya pada Nukha, “kita kesini.”

“ICE SKATING DATE,” tambah Sea.

“Ini lagi populer, Kha!” Sea berkata tanpa jeda.

“Tapi aku gak bisa skating,” jawab Nukha.

“Kan nanti diajarin disana, ada pelatihnya, dan ada pegangannya juga,” kata Sea penuh energi.

“Nanti kalo kamu jatuh gimana? Sakit loh,” ucap Nukha menakut-nakuti.

“Selagi masih ada kamu, aku yakin. Semuanya aman,” gumam Sea pada Nukha.

“Yaudah kita kesana ya.” Nukha memberikan persetujuan.

****

     Selanjutnya hari dating pun tiba, Nukha berencana akan mengabulkan keinginan Sea untuk melakukan ice skating date seperti yang sedang populer di kalangan para pasangan muda.

Gardenice skating rink paris van Java yang terletak di Bandung adalah tempat terdekat pilihan mereka, sesampainya disana Nukha dan Sea membayar tiket untuk masuk lalu diarahkan ke tempat skating dengan berbagai pengamanan kaki juga tak lupa sepatu skatingnya. Namun tak disangka, bukannya menjaga Sea dan berada di dekatnya. Justru Nukha lagi-lagi melakukan act of service nya diluar dugaan Sea, ia dengan berani menyewa salah satu petugas skating untuk menjaga Sea dan benar-benar memperhatikan gadis itu jika dia terjatuh.

Nukha melakukannya karena merasa ia tak cukup mahir dalam skating, jadi jangankan menjaga dan membantu Sea, untuk menjaga dirinya pun ia belum bisa. Jadi ia menyewa yang ahli di bidang itu, agar kekasihnya itu aman dan tidak banyak terjatuh.

“Pegangin, Pak!” suruh Nukha menyeru pada petugas skating itu agar tetap memegang erat Sea.

Sementara Nukha yang juga ketakutan karena belum pernah sebelumnya bermain skating, ia justru tak berani untuk melangkah ke tengah. Ia hanya berpegangan pada besi yang mengitari di sisi lapangan ice, sementara Sea dengan dipegangi sang pemandu sudah lumayan berani untuk berseluncur ke tengah dengan gembira dan sering tertawa.

“Kha, sini!” seru Sea sambil tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Nukha yang ketakutan.

“Mau saya pegangin juga, Mas?” tanya petugas skating.

“Gausah, Bapak fokus aja sama pacar saya,” titah Nukha sembari masih menunjukan ekspresi wajah meminta pertolongan.

“Kha! Seru banget!”

Nukha hanya tertawa melihat Sea yang juga tertawa lebar sambil sesekali terjatuh dan bangkit kembali, rupanya gadis itu benar-benar bahagia.

Satu jam berlalu, waktu bermain mereka sudah habis. Nukha dan Sea menepi ke tempat duduk untuk beristirahat.

“Nukha bener-bener gak berubah ya,” ucap Sea dengan senyum lebarnya yang khas.

“Maksudnya?”

“Disaat cowok lain bener-bener cemburuan dan gak mau ceweknya disentuh siapapun, kamu malah dengan sengaja nyewa orang buat ngejaga aku.” Sea tertawa lagi.

“Karena aku ngerasa gak bisa jaga kamu,” Jawab Nukha.

“Kadang sifat Nukha yang gak pernah cemburuan inilah yang terus-terusan ngebuat aku nanya sama dia apakah dia cinta aku?”

“Terus jawaban Nukha saat itu? Cinta?” tanya Nukha penasaran sambil merapikan sepatu skatingnya.

“Nukha gak pernah bilang cinta sama aku, dia selalu bilang sayang banget..” Mata Sea menerawang membayangkan momen lima tahun lalu.

“Tapi bukannya rasa sayang itu adalah level tertinggi perasaan? Disaat terkadang cinta bisa terbentuk karena nafsu, rasa sayang selalu terbentuk dengan ketulusan.” Nukha mengindahkan kata-katanya.

“Itulah yang aku percaya selama dua tahun saat pacaran sama Nukha, tapi sekarang aku sadar setelah dikecewakan. Bahwa rasa sayang dan cinta itu adalah sebuah kata yang berbeda, jika kamu sayang ya hanya sayang. Jika kamu cinta, ya hanya cinta.”

“Jadi?” Nukha menunggu lanjutan kalimat Sea.

“Aku butuh kamu yang sayang dan cinta sama aku, itu baru level tertinggi sebuah hubungan.” Sea menutup kalimatnya.

“Iya, Sea. Aku sayang dan Cinta sama kamu.” Nukha mengutarakan perasaannya.

“Aku juga,” jawab Sea singkat.

*****

Malam itu Garisston restoran tutup lebih awal dikarenakan hari itu tanggal merah, bagi pebisnis, libur full itu sepertinya sama hal dengan buang rezeki. Jadi mereka lebih memilih libur setengah hari, dan setengah hari nya lagi dipergunakan untuk tetap mencari uang. Mau bagaimana lagi bukan? Seorang karyawan hanyalah seseorang yang harus patuh dengan aturan sepihak kantor yang terkadang membuat sesak. Ditambah jadwal Nukha setelah restoran tutup pun bukannya pulang ke rumah, tapi harus menemui makan malam dengan berbagai kliennya.

Dengan sisa waktu yang ada, Sea pergunakan untuk meluangkan waktunya pergi ke rumah Nukha walaupun ia tahu pria itu sedang menghadiri berbagai acara bersama klien. Tetapi Sea tetap ingin menunggu kekasihnya itu di rumah sampai ia datang, tapi pemandangan yang sangat tak terduga ketika Sea tiba di ruang tamu rumah Nukha. Pria itu tampak kacau dengan jas dan sepatu yang berserakan dan tampak akan di rapikan Bi Ati, sementara Nukha tertidur pulas di lantai yang dingin.

"Kenapa dia,Bi?" tanya Sea pelan takut Nukha akan terbangun.

"Pak Nukha baru saja pulang dari pesta apalah Bibi gak ngerti, ya begitulah Mbak Sena. Kalo Pak Nukha sudah mabuk pasti akan tidur di lantai dan tak mau dipindahkan." Bi Ati menjawab dengan pelan juga.

"Tapi badannya pasti sakit," ucap Sea khawatir.

"Palingan besok minta dipijitin Pak satpam, Mbak."

Lalu Sea dengan segala sikap romantis menunjukan bakatnya di malam itu, "Bi, ada lilin?"

"Ada, sebentar Bibi ambil ya." Terlihat Bi Ati pergi mencari benda yang Sea minta.

Sea menyalakan puluhan lilin dengan mengitari tubuh Nukha, Sea berharap dengan adanya lilin itu. Nukha akan tetap merasa hangat walaupun tertidur di lantai yang dingin, serta Sea juga menggelar selimut tebal di lantai sebagai alas untuk dia tidur di samping Nukha yang masih mau alkohol.

"Mbak Sena nanti Bibi yang dimarahin." Bi Ati tampak khawatir melihat Sea yang tidur juga di lantai.

"Saya yang marahin Nukha kalau dia marahin Bibi," jawab Sea tenang.

Kemudian Bi Ati menyelimuti Sea dengan selimut lain yang ia bawa dari kamar tamu, selimut yang mampu menyelimuti dua orang sekaligus saking lebarnya. Tak pernah ada di pikiran Sea untuk tidur bersama Nukha dengan cara yang berbeda, seperti ada sensasi baru di hubungan mereka, berbeda pada saat lima tahun lalu.

"Selamat tidur," bisik Bi Ati dan langsung mematikan lampunya.

Suasana tampak lebih romantis saat penerangan mereka sekarang hanya dari puluhan lilin yang mengitari keduanya.

Nukha itu Luka (Tamat)✓ #dilirikmedianbooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang