33. Story depresi

248 34 7
                                    


Udah mulai puncak permasalahannya nih guys, akan banyak banget rahasia-rahasia yang terbongkar setelah ini huhu. Persiapkan diri kalian!

happy reading
.
.

"Lucas," ucap Sea lemah.

Lucas menundukan tubuhnya mencoba mendengar suara Sea yang sangat rendah.

"Mama gue," ucap Sea.

"Mama Lo kenapa?"

"Mama gue__"

Tangisan Sea pecah saat itu juga, kenapa hidupnya begitu nelangsa seperti ini. Sea tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi, ia hilang dalam pelukan Lucas. Dan tangis dari Fitria pun ikut memecah suasana sore di ruangan itu.

Lucas memberhentikan mobilnya di depan rumah Sea, saat mengetuk pintu, mereka sudah disambut oleh Gia.

"Kak Sea kenapa lagi?" tanya Gia.

"Biarkan dia istirahat dulu ya, Gia." Lucas menasehati untuk mengantarkan Sea ke kamarnya.

Lalu ketika Lucas berniat pulang, sebuah tangan mungil dan dingin mencengkeramnya.

"Kak Lucas." Gia bersuara dengan nada meminta tolong dengan mimik wajah yang tidak bisa diartikan.

"Iya, Gia. Kenapa?"

"Bantu, Gia. Kak," ucap Gia, wajahnya memelas dan kelopak matanya sudah berair.

"Bantu apa? Gia cerita sama Kakak."

"Gia capek, Kak. Gia takut, Papa gak pulang-pulang, Mama kemarin di diagnosa tumor ganas, sekarang Kak Sea sakitnya kambuh lagi." Gia sudah tak kuasa menahan air matanya, bagaimana bisa gadis SMA seperti dirinya sudah menanggung beban yang sangat berat.

"Gia takut semuanya ninggalin Gia, Kak." Gia menambahkan dengan sesenggukan.

Lucas sebagai dokter psikolog sangat mengerti perasaan itu, ada rasa ketakutan untuk kehilangan dalam diri Gia, dan merasa ia sendirian. Lucas mengelus puncak kepala Gia untuk meredakan tangisnya, "Kak Lucas bantu ya."

"Beneran, Kak?"

Lucas mengangguk yakin,"berapa pun biayanya, Kak Lucas yang tanggung. Asalkan Gia jangan nangis, dan kedepannya Gia jangan dulu cerita masalah apapun sama Kak Sea karena saat ini pikirannya sedang lemah ya. Gia cukup cerita langsung sama Kak Lucas," jelas Lucas.

Gia mengangguk dengan semangat, dan memeluk Lucas yang merupakan pahlawannya.

Oh jadi penyebab delusi Sea kambuh lagi karena penyakit Mamanya, bukan karena Nukha.

*****

Masih di hari itu, di sisi lain Nukha sedang merencanakan untuk bertemu dengan Marc. Ia yakin tuduhannya sudah benar, Marc adalah orang yang membencinya dan juga ingin membalas dendam pada Sea.

"Marc, keluar Lo!" teriak Nukha di depan aula kantor milik Marc.

Nukha tidak peduli oleh anggapan orang-orang disana, ia masih belum bisa mengontrol emosi dan masih sangat labil.

Tak berapa lama, Marc keluar di dampingi dengan sekretaris kepercayaannya untuk menemui Nukha yang sedari tadi tidak diizinkan masuk.

"Sini Lo!" teriak Nukha.

"Wait, kenapa lagi ini? Lo ngapain marah-marah?" tanya Marc yang sepertinya tidak tahu maksud dan tujuan Nukha.

Ketika Nukha ingin menghajar Marc, tangan Sekretaris dari Marc mencegahnya.

"Selesaikan dengan omongan." Sekretaris yang bertubuh kekar itu menyarankan.

"Tenang dulu, Kha." Marc mulai ketakutan.

Nukha itu Luka (Tamat)✓ #dilirikmedianbooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang