Kamu sangat berarti
Istimewa di hati
Selamanya rasa ini
Jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing
Ingatlah hari ini
—Project Pop◀❇❇✳❇❇▶
Selain Tuhan, siapa lagi sosok sempurna di semesta?
Sering kali terbesit di pikiran Jihan pasal manusia paling sempurna yang ada di lingkungan sekitar. Ketika semua orang langsung takjub begitu mendengar namanya, kala berpasang-pasang indra segan setiap kali menemukan personanya.
Manusia sempurna yang pernah Jihan temui tidak banyak. Bahkan sebagian kecil dari mereka telah mencabut predikat kesempurnaan tersebut akibat kelumpuhan persona itu sendiri. Kelumpuhan yang menjadi bukti bahwa— sejauh ini, Jihan tidak akan pernah menemukan manusia paling sempurna selagi ia tidak menemukan arti puas.
Ardian Pranomo menjadi salah satu oknum yang mencabut predikatnya sendiri. Dari kondisi eksternal, Ayah Ardian Pranomo itu sangat hebat. Ia tidak pernah gagal, otaknya cemerlang, kaya raya, kondisi fisiknya terlampau baik dibandingkan rekan seangkatan. Selain itu, Ayah juga tampan dan jangkung. Ayah rajin berolahraga sehingga tubuhnya kekar dan tegap. Ardian Pranomo adalah sosok sempurna di mata orang yang tidak mengenal situasi internalnya.
Kecacatan pertama, Ayah tempramental. Kecacatan kedua, pria itu mencoreng nama baiknya sendiri dengan menghamili perempuan lain saat sudah memiliki istri dan anak. Kecacatan ketiga, Ardian Pranomo gagal menjadi panutan anak-anaknya yang penuh potensi.
Sosok sempurna lain yang berhasil mempertahankan citranya sampai akhir hayat adalah Adika Dimas Sinatria. Dimas pintar semua mata pelajaran dan menuai banyak prestasi, parasnya tampan dengan bahu yang lebar, sosoknya pun berani bermimpi di tengah kemalangan yang ia punya. Dimas miskin, tapi ia bahagia. Dimas tidak memiliki banyak hal, namun pria itu mampu menciptakan sesuatu yang indah untuk orang lain. Hingga sekarang, nama Dimas masih sering diagungkan oleh sosok yang mencintainya. Nama pria itu tetap hidup meski raganya membusuk ditanam bumi.
Kalau yang nomor tiga, Jihan menemukan banyak kesempurnaan pada perempuan berjenama Arabella Benazir Wanetta. Bahkan begitu ia mendengar namanya saja, Jihan sudah mengeluarkan pujian perihal betapa cantiknya lengkap yang Abel punya. Ditambah dengan pertemuan pertama mereka yang cukup berbeda dengan pertemuan pada umumnya, jiwa Jihan serasa disedot kuat-kuat oleh pesona yang Abel punya.
Abel cantik, tinggi, dan berprestasi. Abel jago public speaking, sering menang kejuaraan debat, jadi anggota inti organisasi sekolah dan forum anak, fisiknya tahan banting tak kenal lelah. Hampir setiap hari Jihan melihat Abel menghabiskan waktu di ruang sekretariat atau pekannya untuk acara forum anak, wajahnya pun selalu tenang dan tak pernah culas. Abel itu sempurna bagi perempuan yang suka perhatian dan kebenaran.
Detik ini, Jihan baru sadar kalau ia terlalu sibuk mencari validasi. Validasi jika banyak orang yang jauh lebih keren darinya, validasi yang membuat Jihan tutup mata apabila setiap manusia punya kecacatan masing-masing di tengah kesempurnaannya.
Pria itu sibuk mengagumi kesempurnaan orang lain alih-alih membuat ia jadi sempurna di mata dirinya sendiri. Terlebih lagi, kata tidak puas memang tak akan terbit dimana-mana karena setiap manusia punya garis akhir yang berbeda.
Mata Jihan menyipit saat melihat ke arah telinga Abel. Rambut gadis itu sudah dikuncir kuda, indra pendengaran Abel terpampang jelas bersih dari alat bantu dengar.
"Di sebelah kiri."
"H-hah?" Jihan kaget lantaran kepergok Abel. Pria itu langsung menghadap ke depan, tepatnya ke televisi yang tengah menayangkan animasi Disney.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome
Teen Fiction❝There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure.❞ -Paulo Coelho Kata mereka, masa remaja adalah masa dimana puan mengalami proses panjang agar menjadi kesatuan yang lebih utuh lagi. Tapi bagi Jihan, masa remaja...