21. Berdarah

314 24 3
                                    

Kan ku kejar mimpi
Dan ku terbang tinggi
Tak ada kata tidak ku pasti bisa
Maudy Ayunda

◀❇❇✳❇❇▶

Biar kata orang mereka itu sinting, Paguyuban Sahabat Sejati belum pernah main-main tentang memulai langkah menuju lembar selanjutnya. Progresnya mungkin memang lebih lama dari orang lainnya karena motivasi selalu datang terlambat menghampiri mereka, tapi bocah-bocah pemimpi tersebut tekun dalam menggapai sesuatu yang disukainya.

Seperti Jeno yang punya mimpi bisa terbang seperti kakaknya, Chandra yang ingin meneruskan usaha si bapak, atau kesulitan mata kuliah akuntansi yang membuat Nathan tertantang untuk mencobanya.

Bisa atau tidaknya nanti dulu, yang penting rasa percaya dirinya tinggi selagi lubang peluang terbuka lebar. Meski banyak yang akan ragu usai mengetahuinya, telinga pasti lebih dulu ditutup untuk kerja otak lebih.

"Kok kita maunya ke PTN semua sih?" Chandra menggerakkan kipas agar mengarah ke arahnya.

Pendingin ruangan Ruko Salih entah sejak kapan tak dingin lagi waktunya dicuci. Lima sosok yang baru saja kerja rodi untuk menata ulang ruangan kegerahan sampai berebut kipas.

Nathan mengedikkan bahunya kemudian menengok ke arah Arjuna. "Lo gak bisa masuk pake orang dalem, Jun?"

"Maksudnya?!" Jiwa galak Arjuna tersentuh dikasih pertanyaan demikian.

"Nanya doang gue."

"Gak ada!!!"

"YA UDAH ATUH, BIASA AJA NGOMONGNYA."

"LOH KOK LO MALAH TERIAK?!"

Allen terkekeh. Mungkin, Nathan dan Arjuna memang ditakdirkan untuk saling mencemooh satu sama lainnya. Kejadian berikut merupakan lebih dari keseratus kalinya Allen dan kawan-kawan menjadi saksi ribut dua oknum berikut. Maka untuk menghentikan adu mulut sebelum Arjuna betulan mengamuk, Allen lebih dulu bergerak untuk menyumpal mulut Nathan dengan sedotan susu kotak stroberi.

Di belakang Paguyuban Sahabat Sejati ada sebuah mading yang dinamai 'Mading Pemimpi Sejati' oleh pakar nama diantara mereka. Bukan tanpa alasan, Chandra menamai mading tersebut dengan nama Mading Pemimpi Sejati adalah wujud dari komponen mimpi-mimpinya anak Paguyuban yang melimpah. Dan untuk menjadi pemimpi sejati, orang-orang tersebut perlu merealisasikan apa yang mereka impikan.

Nilai estetika ruang tengah Ruko Salih bertambah unik dengan adanya mural bawaan buatan almarhum suami pemilik ruko yang melukis kisah Ki Hajar Dewantara. Konsepnya seperti cerita bergambar, namun yang ini diwarnai dengan elemen humor karena jenisnya karikatur. Hitung-hitung memberi warna semangat belajar karena mural tersebut memberi sindiran halus dengan perjalanan bapak pendidikan.

"Ngomong-ngomong, Jihan kemana?" tanya Chandra setelah menyadari bahwa Jihan tak kunjung datang ke markas.

Selain tak mampir ke Ruko, Chandra pun tak menemukan eksistensi pria itu di sekolah. Jihan jarang sekali absen pada hari senin apalagi selasa, ada ribuan tangga nada yang harus ia lantunkan untuk mengurai rasa di sekolah. Siapapun yang berteman dengan Jihan pasti tahu bila dalam keadaan sekarat juga, Jihan berani masuk sekolah untuk ekskul seni musik.

Jeno mengedikkan bahunya tidak tahu informasi lebih. "Terakhir gue liat pas kemarin lusa ke gereja doang."

"Tolol banget tiga hari ngilang baru dicariin," sungut Arjuna dengan tangan yang mengambil ponsel dari saku celana.

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang