23. Arabella, Bohemian, Sarah

249 26 2
                                    

Berdarah. Singakatan dari Bermasa Depan Cerah. Chandra senyum-senyum sendiri melihat tulisan di atas karton di papan tulis. Kaki pria itu naik ke atas meja sementara pinggangnya bergerak ke kanan dan kiri mengikuti gerak kursi, punggungnya disandarkan dengan kedua tangan di atas kepala.

Lagaknya macam bos besar dari sebuah perusahaan ternama. Jeno cuma geleng-geleng kepala melihat kawannya nampak dibawa halusinasinya sendiri.

Tujuan dibuatnya kelompok belajar Berdarah sendiri semata-mata bukan hanya untuk mencari pelarian saat jenuh belajar sendiri. Bisa dengan saling memberi pundak kalau temannya lelah, berbagi keluh kesah tentang problematikanya pelajar kelas dua belas, serta saling membantu satu sama lain agar bisa meraih mimpi.

Untuk membangun sebuah rumah, seseorang memerlukan modal yang tidak sedikit. Mencari bahan-bahan berkualitas, arsitek atau mandor yang handal, dan punya dana cukup. Setelah rumahnya jadi, bangunan yang dibuat sedemikian rupa tersebut akan menjadi tempat berteduhnya banyak orang dari cuaca ekstrem.

Chandra berniat membuat rumah baru bagi beberapa orang yang membutuhkan tempat berteduh, meski sifatnya sementara. Tidak perlu mengenal sangat jauh tidak apa-apa, yang penting orang tersebut terhindar dari basah kuyup atau banjir keringat.

Diantara orang-orang yang telah bergabung ke kelompok belajar Berdarah, belum ada yang mengetahui tujuan satu sama lain hingga detik ini. Reswara mau masuk kemana, Nathan berniat serius kemana, atau Allen yang sudah menekuni bagian mana.

Katanya, teman bisa menjadi musuh kalau sudah di zona perencanaan jalan tempuh. Bisa menusuk dari belakang atau bahkan terang-terangan mengacungkan pedang.

Kalau Chandra sih, pria itu sudah tertarik dengan sekolah bisnis manajemen ITB. Usaha budidaya yang dilakukan kedua orang tuanya berkembang pesat lima tahun terakhir, Chandra siap mengambil alih usaha tersebut agar orang tuanya bisa istirahat secepatnya.

Selain masuk sekolah bisnis manajemen, Chandra juga punya niat mencetak kenangan spesial dengan teman-temannya. Tidak cuma seputar Paguyuban Sahabat Sejati atau teman sekelas, dia juga ingin berbagi kisah dengan sosok hebat lainnya.

Masih dengan kaki yang ada di atas meja, pria itu memejamkan matanya sambil tersenyum aneh.

Minggu depan semuanya bisa terlaksana. Satu persatu, rasa optimisnya naik setinggi awan. Bodo amat kalau gagal sekali, Chandra memiliki banyak sekali kesempatan yang mau menerimanya di tempat terbaik.

"Kayaknya kalian kekurangan member," cetus Jeno tiba-tiba. Arah pandang pria itu ada di meja besar tengah ruangan.

"Gara-gara lo." Chandra menjawab tanpa merubah posisi. "Gue pikir lo berubah pikiran buat jadi pilot, jadinya gue pesen delapan kursi."

"Udah setengah jalan, lebih baik nggak usah muter kalo gue merasa cocok."

"Yakin?"

"Enggak."

Chandra menoleh. "Emangnya motivasi lo buat jadi pilot itu apa?"

Jeno diam. Entah karena apa alasannya. Tapi yang pasti, pria itu ikut bertanya-tanya pada dirinya sendiri pasal hal serupa. Apa tujuannya menempuh jalan bermedan sulit ini?

Yang ada di kepala Jeno saat ini adalah sosok Sagara yang terlihat sempurna dengan seragam pilot yang melekat di badannya. Sembari menggeret koper hitam yang tak besar, langkahnya pun percaya diri sebelum masuk ke pesawat. Wajah mamanya Jeno juga terbayang-bayang di benak, wanita itu akhirnya tersenyum bahagia setelah buang napas berkali-kali setiap memandang Jeno.

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang