32. Lowkey

194 18 1
                                    

Menghabiskan hari Jum'at di Binar Raya merupakan salah satu hal yang paling membahagiakan bagi Chandra. Selain karena waktu istirahat siangnya lama, Binar Raya juga menjalankan program kerjanya dimana murid-murid harus mengeluarkan potensi non-akademiknya di labolatorium seni dan olahraga.

Setiap kegiatan ada jadwalnya tersendiri. Ada jum'at taat, yaitu kegiatan doa bersama yang akan dipimpin oleh guru masing-masing agama—atau mengundang tokoh publik untuk khotbah. Ada jum'at kreatif, yaitu kegiatan melakukan hal-hal berunsur seni seperti melukis, mengukir, hingga menyaksikan pertunjukan antar kelas setiap tiga minggu sekali. Dan yang terakhir, ada jum'at sehat yang menyokong murid-murid Binar Raya melakukan kegiatan keolahragaan.

Singkatnya, hari Jum'at di Binar Raya tidak selalu memelototi buku atau papan tulis.

Singkatnya lagi, Jum'at adalah saat yang paling memungkinkan atas adanya jam kosong di lingkungan swasta disiplin seperti Binar Raya.

Pokoknya, Jum'at itu bebas. Seperti pada pekan akhir bulan ini, Binar Raya melangsungkan jum'at sehat dengan didirikannya lomba atletik setelah tiga jam pelajaran kelompok B. Pria itu berdiri di tengah lapangan bersama anak-anak lain yang fokusnya hanya tertuju pada satu barang, yaitu bola.

Entah bagaimana Tuhan mengatur rencananya sehingga lawan main kelas Chandra adalah kelas Handaru yang sering unggul. Selain berbadan besar, mereka juga dijuluki 'serigala futsal kelas' oleh anak-anak Binar Raya.

Pepatah 'bola aja kutendang, apalagi pala bapak kau' seratus persen berlaku di kelasnya Handaru. Meski demikian, semangat kelas 12 MIPA 3 tidak goyah demi mempertahankan harga diri golongan.

Reswara memerhatikan pria-pria di lapangan sambil memangku wajahnya diantara kedua tangan. Bibirnya tidak berhenti mengerucut, anaknya bingung mau mendukung Handaru atau Jihan.

"Lo suka yang mana, Bel?" tanya Reswara sambil memerhatikan kembarannya yang sudah mulai lari-larian mengejar bola.

"Suka apanya?" Abel balik bertanya. "Yang main bukan kelas kita, jadi gue bingung mau support yang mana."

"Tapi MIPA tiga juga pinter mainnya, ya."

Karena Prima bicara begitu, Abel tanpa sadar ikut memerhatikan bagaimana upaya kelas Chandra dalam memasukkan bola ke gawang lawan. Pendukung kelasnya juga heboh, Debora memimpin yel-yel dengan lantang.

Begitu Jihan mendapatkan bola, pria itu langsung gencar menuntun bola ke arah gawang lawan. Abel memfokuskan pandangannya saat Jihan semakin dekat dengan gawang. Kendati tiga detik setelahnya, bola langsung diambil alih Handaru dan memutar balik arah.

"YAAAHHHH!!! JIHAANN!!!" Naya teriak dari tribun. Gadis itu sampai berdiri dan mengambil toa di tangan Debora kemudian bicara, "JIHAN, KALAU LO BERHASIL NANTI DICIUM DEBORA."

"WOI, EMANG KAWAN MONYET!"

Sementara penonton tertawa, para pemain semakin berapi-api. Abel geleng-geleng kepala atas interaksi singkat teman sekelas Jihan di sela-sela dukungan.

Bola kini ada di bawah kendali Chandra. Dengan gerakan gesit dan seruan heboh dari para wanita kelasnya, ia menyeret bola ke gawang lawan dengan cepat. Anak-anak kelas 12 MIPA 3 yang tidak turun ke lapangan berselebrasi atas pecahnya telur pertama, skor kini 1-0.

"Jago banget," ujar Prima sambil menatap Chandra bangga.

Reswara dan Abel kompak melirik satu sama lain. Orang kasmaran beda ya, pecah satu telur pun dikata lihai. Keduanya hanya tertawa kecil dan kembali memerhatikan lapangan, mendapati bola lagi-lagi di bawah kendali anak kelas MIPA 3.

"PASSIONATE, PASSIONATE, PASSIONATE! WE ARE MIPASSSIONATE!"

Berdasarkan stigma masyarakat umum, kelasnya Jihan dan Handaru itu seolah tertukar karena yang MIPA super duper heboh, sementara yang IPS kalem dan mendukung secara konsisten. Kelas yang dinamai Mipasssionate itu tentu menjadi juara soal solidaritas dan kekompakan.

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang