30. Kunci Kedua

199 24 4
                                    

Tuhan, tolonglah
Sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku t'rus berjanji
Takkan khianati pintanya
Ada Band

◀❇❇✳❇❇▶


Walau belum sempurna, Abel punya alasan mengapa ia akan memilih Yanda agar tetap menjadi ayahnya meski dilahirkan kembali. Nama Mahawira sendiri memiliki arti sosok pahlawan besar, kakek Abel menganugerahi sang anak dengan nama tersebut sebagai lantunan doa supaya sang anak dapat meneruskan jejaknya menjadi tentara. Selain jadi ksatria negara, Yanda berhasil mewujudkan doa-doa tersebut dengan melindungi kekokohan keluarga kecilnya.

Mahawira mendapatkan pasangan hidup terbaik yang pernah ada, pria itu meminang wanita berprinsip yang berusaha mengunggulkan kualitas dirinya di tengah hukum patriarki. Ketika mereka menikah, Mahawira dikarunai dua orang anak yang tumbuh seperti askar berjiwa pemimpin yang melindungi putri mahkota. Edwin dan Abel menjadi dewasa sebagaimana kebaikan mengiringi perjalanan anak-anaknya di setiap langkah. 

Berkat Mahawira, apa yang diinginkan tercapai. Karena Mahawira, terbentuk pribadi yang kuat dan sehebat sekarang. Dari Mahawira, tercipta dua ekor yang saling mengikat saat rapuhnya datang. 

Oleh Mahawira, Abel mendapatkan kebahagiaan yang besar.

Yanda yang penyayang dan bijaksana, Bunda yang tegas dan berprinsip, atau Edwin—si beban yang pada kenyataannya paling kokoh dan tahu kemana ia harus melangkah. Hidup di lingkungan pekerja keras dan mempunyai tujuan membuat Abel menjadi pribadi yang ambisius dan visioner. Abel menetapkan bahwa sosok-sosok yang ia jadikan panutan adalah orang yang tinggal satu atap dengannya, terkhusus Yanda si pemimpin keluarga.

Sama seperti yang ibu dan ayahnya lakukan untuk masa tua nanti, Abel memiliki banyak sekali gambaran yang akan ia perbuat untuk masa depannya. Abel tahu apa yang harus ia lakukan, Abel mencerna jalan tercepat agar tiba di destinasi terakhir, dan Abel paham mana yang harus ia perhatikan dan diabaikan. Maka demi kelancaran misi menuju kesuksesan, gadis itu sering kali belajar sekeras-kerasnya mengejar ekspetasi.

Suasana rumah bergaya klasik eropa itu semakin hangat atas kepulangan Yanda setelah dinas berbulan-bulan. Pada pertengahan Januari ini, ada sejuta cerita yang akan diberitakan oleh setiap kepala yang duduk rapi di meja dapur.

Abel meletakkan piring terakhir ke meja makan sebelum duduk di sebelah Edwin. Dengan mulut yang aktif mengunyah daging, gadis itu mempersembahkan puding fla menjelang penutup acara.

"Ini aneh nggak, sih?" Edwin melirik adiknya dengan tampang penuh curiga. Pasalnya, semua menu makan malam kali ini Abel siapkan sendiri tanpa bantuan siapapun.

Ada capcay seafood, sei sapi sambal luat, tahu tempe, dan puding fla. Hampir separuh hidupnya dihabiskan bersama Abel, belum pernah ia melihat gadis itu masak banyak. Terlebih lagi masakannya hari ini bukanlah masakan simpel yang melibatkan daging-dagingan.

"Aneh kenapa?" Abel bertanya balik.

"Kamu yang nggak bisa dan nggak suka masak tau-tau siapin makan malam yang rasanya enak."

Alih-alih menjawab, Abel mencomot satu tempe mendoan lalu menaruhnya di piring Edwin. "Jangan lupa konsumsi isoflavon, makanan kamu hari ini kolestrol semua."

"Kan kamu yang masak?!"

"Kamu juga yang paling banyak makan udang dan daging sapinya, Mas."

"Makanya jangan masak daging sama udang!"

"Malah komentar, makasihnya mana?!"

Kekehan Yanda mengudara di tengah perdebatan singkat tersebut. Pria berusia lebih dari setengah abad itu menatap dua anaknya dengan tatapan teduh, ternyata rindu sekali mendengarnya. Mendengar suara Abel dan Edwin yang selalu mempermasalahkan hal-hal sepele.

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang