Too late, my time has come,
Sends shivers down my spine, body's aching all
The time
Goodbye, everybody, I've got to go,
Gotta leave you all behind and face the truth
-Queen◀❇❇✳❇❇▶
Dari area angkat beban, Seth mendapati eksistensi Sarah sedang berolahraga di leg press machine. Suasana gimnastik hotel tidak begitu ramai kendati banyak alat sedang digunakan. Netranya menatap tajam bagaimana si wanita melincahkan kakinya di atas alat dan mengatur sirkulasi pernapasan.
Seth tidak tahu kalau Sarah ada di sini. Oleh kerenanya, ia meneruskan langkah tanpa suara menuju Sarah. Pria itu mengusap area sekitar leher dengan handuk, badan berbobot ideal itu nyaris terekspos bermodalkan kaus putih berkeringat.
Si adam mengambil botol air berlogo Adlizz-diduga punya Sarah. Botol dibuka, tapi baru mendekatkan botol tersebut ke area mulut, Seth justru mencium bau asing dari sana. Antara pedas, menusuk, dan hangat jadi satu.
Sarah menyengir lebar dari tempatnya, "Itu jamu." Kemudian si nisa ikutan menegakkan tubuh dan duduk menghadap Seth, Sarah memerhatikan gerak-gerik Seth yang mengembalikan botol air itu ke tempat semula.
"Sampe kapan lo ditugasin buat ngikutin Jihan?"
Alih-alih menjawab, pandangan Sarah justru jatuh pada lengan Seth yang terbuka. Begitu banyak bekas luka yang sudah lama tidak datang menghampiri tuannya. Ada yang mau hilang, ada yang sedikit menonjol kemerahan, semuanya tumpang tindih dialasi kulit mati.
Sarah kembali menatap mata kelam pria di depannya. Apakah Sarah telah melakukan kesalahan kemarin malam, ia pun bimbang.
Gadis itu menarik botol minum kantor kemudian memutar tutupnya sampai terbuka. "Sampai kamu pulang ke Indonesia, saya jamin saya nggak akan muncul lagi di depan kamu."
Seth manggut-manggut. "Kenapa?"
"Apanya?"
"Kenapa sampai menjamin hal itu? Nggak ada yang tau kalo di masa depan lo kerja buat Jihan dan gue."
Sarah kembali mendongak menatap wajahnya, bahwa kali ini ia bisa memastikan jika sosok di depannya bukan lah tuan rumah dari manusia berikut. Kendati demikian, ia tak menjawab apa-apa dan beranjak pergi dari sana.
"Sarah," panggil Seth, namun wanita itu tidak acuh. Ia menetap di leg press machine tersebut seraya menatap punggung Sarah yang mulai jauh. "Nggak heran ya, Ardian kasih lo bayaran besar buat jaga Jihan."
Sarah berhenti, membuat Seth menyeringai galak begitu si nisa menoleh dengan rupa warna asing. Bahkan pria itu tidak tahu kalau Sarah benar-benar memiliki wajah mengintimidasi nan tegas usai 9 bulan bekerja sama. Jangan lupakan perawakannya yang tinggi nan bugar.
Seth berlari kecil ke arah Sarah. Menyejajarkan tubuh, pria itu menabrakkan telapak tangannya dengan otot lengan Sarah yang menonjol.
Bibirnya mendekat ke sisi durja Sarah. "Jadi anjing, jangan terlalu setia sama tuannya. Nanti lupa jati diri."
"Kamu yang buat saya hilang jati diri sebagai anjing, Seth." Sarah menepis tangan kekar tersebut sembari memasang senyum manis.
"Dasar anjing! Nggak ada anjing yang mengkhianati tuannya sendiri, Sarah."
Seth tidak menyukai pengkhianatan, meski sejak awal pun sudah tak layak bila ia mengandalkan Sarah demi jalannya misi. Seth tahu ini akan terjadi, jelas pria itu berdendang ria atas segala bayangan yang rupanya menjadi kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome
Teen Fiction❝There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure.❞ -Paulo Coelho Kata mereka, masa remaja adalah masa dimana puan mengalami proses panjang agar menjadi kesatuan yang lebih utuh lagi. Tapi bagi Jihan, masa remaja...