06. Have a Nice Day, Arabella!

508 52 46
                                    

Masih pagi, Jeno datang ke sekolah sambil melahap pisang yang ada di tangannya. Bola matanya berkisar kesana kemari memerhatikan lalu lalang puan. Jeno terlihat seperti anak kecil yang tersesat diantara siswa-siswi sekolah.

Hari ini, lelaki berahang tegas itu tidak pergi sekolah bersama Kirana, si kekasih hati. Keduanya sedang terlibat konflik, Kirana terang-terangan menyinggung soal keluarga Jeno yang tidak baik.

Jeno punya kakak yang mana seorang pilot yang keren. Ibunya dokter spesialis, dan ayahnya adalah ilmuwan ahli nuklir. Jeno tinggal di lingkungan orang-orang yang cerdas dan punya banyak pengetahuan. Tetapi Jeno belum menunjukkan pundi-pundi bahwa ia mewarisi kepintaran ayah dan ibunya, hal itu menjadi alasan mengapa Jeno seringkali dibandingkan dengan kakaknya. Oleh siapapun, baik itu ibu dan ayah, maupun orang yang ada di luar lingkungan keluarga inti.

Semalam, Kirana bilang kalau Jeno adalah sosok yang betulan tidak berguna. Gadis itu sedang diluap emosi lantaran Jeno bertanya soal keberadaan Kirana sehari sebelumnya yang hilang tanpa kabar.

"Kirana, kemarin kamu kemana?"

"Di rumah, kenapa?"

"Kemarin aku kesana kamu gak ada, bohong ya?"

"Iya kok, aku jujur."

"Iya apa enggak, kalo jujur pasti ada-"

"Kenapa sih cari-cari aku kemarin? Urus aja diri kamu sendiri yang belum baik."

".... Hah?"

"Kamu bodoh. Bener yang mereka bilang, kamu itu definisi dari produk gagalnya orang tua kamu. Sama sekali gak mewarisi apapun selain mukanya ayah kamu."

Jeno menggigit pisangnya dengan gigitan besar. Potongan pisang tersebut digiling kencang-kencang sembari membayangkan, bahwa mulut Kirana-lah yang sedang ia hancurkan selebur-leburnya. Siang nanti, sampah mulut Kirana akan masuk ke lubang toilet dan menyatu dengan tai-tai lainnya di tangki septik.

Kirana itu sangat menyebalkan. Sudah berapa kali Jeno dibuat mencret karena gadis itu ngotot memintanya makan seblak yang pedasnya keterlaluan, tapi Kirana cuma cengengesan tanpa minta maaf. Selain itu, Kirana juga sering diperbincangkan banyak orang perihal sifatnya yang tidak mau kalah.

Terbesit di pikiran Jeno untuk mengakhiri hubungannya dalam waktu dekat belakangan ini, tapi niat tersebut hanya muncul saat Jeno sedang dibuat tidak habis pikir dengan kata-kata Kirana yang menyakitkan. Jeno pikir, itu hanya bentuk rasa kekesalannya terhadap Kirana.

Agaknya, Jeno super duper bodoh soal kisah asmara.

Jeno membuang kulit pisangnya ke sembarang tempat kemudian memasukkan kedua tangan ke dalam saku. Berjalan di antara para murid yang busananya tidak jauh berbeda seperti Jeno dengan pikiran bermacam-macam.

Jeno suka penasaran soal ilmuwan-ilmuwan terkenal yang bisa membuat prespektif luar biasa hebat dari hal sepele. Maksud Jeno, seperti Sir Isaac Newton yang bisa menemukan hukum gravitasi hanya karena kejatuhan apel. Saat pertama kali mendengar ceritanya, Jeno jadi terinspirasi oleh Suhu Newton (panggilan khusus Jeno untuk Sir Isaac Newton). Makanya ia berusaha keras untuk menimbulkan pertanyaan tidak masuk akal di benaknya. Contohnya....

Apakah naga masih bisa mengeluarkan api dari mulut saat minum air?

Apakah Limbad punya rencana untuk bertaubat hingga namanya berubah menjadi Limgood?

Orang yang selalu bermalas-malasan itu konsisten atau pemalas?

Lagi-lagi Jeno sibuk memikirkan itu semua, sekalian berkhayal barang kali ia bisa menjadi Sir Isaac Newton kedua di dunia. Hingga kesudahannya, sebuah vokal menyapa indra pendengarannya dari jauh.

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang