41. Pendengar Bayangan

180 15 4
                                    

Rayterra Festival, kegiatan di luar kelas yang memperingati hari jadi sekolah sekaligus ladang apresiasi kepada diri sendiri atas apa yang telah dilakukan setahun terakhir pada tahun ini terasa sangat istimewa karena pilar organisasi (OSIS dan MPK) bekerja keras untuk menghasilkan yang terbaik. Bila tahun lalu hanya memiliki dua belas mata lomba dari seluruh bidang, panitia tahun ini melahirkan tujuh mata lomba baru dengan total sembilan belas.

Selain itu, pada hari final tepatnya hari pesta ulang tahun sekolah, panitia memboyong musisi terkenal seperti Raisa, Sheila on Seven, dan Efek Rumah Kaca ke sekolah. Di hari terakhir ini, pesta musik dibuka untuk umum dengan modal tujuh puluh lima ribu rupiah.

Hal-hal yang pertama kali siswa-siswi temukan di hari pertama classmeeting tidak jauh dari ciri khas masing-masing kelas yang banyak macamnya. Ada yang mengenakan kaus desain sendiri, mengenakan aksesoris kepala seiras, atau membawa plakat pendukung kontingen kelas. Di salah satu sisi gedung yang polos telah ditempeli bendera 36 kelas, tersedia pula lapak vokasi di dekat sana.

Saat ini, mayoritas siswa sedang di gedung olahraga lantaran pertandingan voli sedang berlangsung. Tapi banyak juga oknum-oknum yang lebih memilih untuk duduk di kantin lantaran acara classmeeting bukan sesuatu yang menarik bagi mereka. Paling-paling, datang hanya untuk jaga-jaga jika ada absen atau menyaksikan kelasnya bertanding.

Handaru dan Reswara sendiri adalah tipikal orang yang malas datang ke acara berikut kalau salah satu diantara mereka tak ikut serta dalam perlombaan. Gadis itu bisa melihat MPV yang biasa ia gunakan terparkir di lapangan sekolah, supirnya siap menunggu jika sampai keduanya berubah pikiran dan memutuskan untuk pulang walau sesungguhnya tidak akan diizinkan.

Handaru ikut futsal, tapi tidak lolos ke tahap tiga. Sedangkan jadwal lomba panahan Reswara besok siang. Daripada berdiam diri di kantin begini, lebih baik pulang dan leha-leha.

"Mbak," panggil Handaru yang sedang makan siomay sambil menatap ponsel. "Berdarah mau dateng ke sini."

"Kemana?"

"Ke sini, ke tempat duduk kita."

Reswara mengangguk singkat. Kembali memangku wajahnya di punggung tangan yang ia letakkan di atas meja. Tak butuh waktu lama untuk anggota kelompok belajar Berdarah datang menghampiri. Hampir semua anak Paguyuban Sahabat Sejati datang, disusul dengan Abel lima menit kemudian.

Abel mengusap sekitaran dahinya menggunakan handuk kecil di leher. Mereka yang lebih dulu berkumpul kompak memandang penampilannya. Celana olahraga sekolah yang sebelah kanannya naik lebih tinggi, kaus hitam logo kelas Abel yang agak berantakan—salah satu bagiannya dimasukkan ke dalam baju dan satu bagian lainnya keluar.

"Ih, kirain penting!" Menjadi kalimat pertama yang Abel ucapkan saat melihat teman-temannya duduk santai di sana.

"Lo baru selesai lomba?" tanya Nathan.

Abel mengangguk, "Basket putri." Lalu ia mendatangi sebelah bangku Reswara yang masih kosong.

Aroma sabun stroberi menguak kala gadis itu melewati teman-temannya termasuk Nathan, Jeno, dan Reswara. Pandangan yang sebelumnya memperkirakan bahwa Abel baru saja menyelesaikan pertandingan hilang, tergantikan dugaan baru bahwa si nisa habis bilas badan usai berolahraga di ruang tertutup yang penuh.

Chandra tersenyum sumringah, sudah cukup lama ia tak berjumpa dengan kawan-kawan Berdarah di satu meja yang sama. Pria itu langsung melipat kedua tangannya di atas meja dan bersandar, "Gimana UTBK—"

"Yang ngomongin UTBK bayarin gue ujian mandiri."

Chandra menatap Nathan sengit. "Bocah anjing!"

Suara gelak ramai-ramai seketika mengudara, mereka ikut menyetujui kalimat Nathan. Chandra meraih banyak tisu yang ada di atas meja lalu menyumpalnya dan dimasukkan ke mulut Nathan.

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang