47. Semua Berangsur Baik

137 11 17
                                    

Kafe pastri ini ramai saat Arjuna datang. Semua pekerja sibuk melayani pelanggan dan membersihkan meja-meja yang kotor. Di belakang area pembayaran dan display kue, ada bayang-bayang para koki yang memanggang kue dan melakukan kontrol kualitas.

Tangan Arjuna menyelinap masuk ke kantung jaketnya seraya melihat ke arah pintu. Tidak jauh dari pintu, ada Abel dan Reswara yang mengenakan pakaian tertutup dan berwarna netral.

Sepuluh menit menunggu di toko pastri milik ibunya Jihan ini tidak terasa lama karena aroma roti-rotinya yang khas. Pun ketika wanita itu akhirnya muncul juga di sebalik pintu, punggung Arjuna langsung menegap dan senyum ramahnya timbul.

"Arjuna." Mama ikut tersenyum dan meletakkan tas bawannya di belakang kursi. "Tante nggak terlambat banget kan ya?"

Arjuja menggeleng. "Nggak sama sekali, aku juga baru dateng, Tan."

Alasan pertama kenapa mama memutuskan Arjuna menjadi narasumbernya adalah; Arjuna merupakan teman yang terakhir kali menunjukkan indikasi kepedulian. Hadirnya pria itu di sini membuahkan harapan, mama ingin mencaritahu kehidupan Jihan di sekolah melalui teman terdekatnya.

Lalu alasan kedua; mama tahu Arjuna salah satu anak yang bisa dipercaya. Dibanding dengan teman-teman Jihan yang lain, bocah di depannya ini yang paling kalem dan pintar membaca situasi.

"Maaf ya saya minta kamu datang ke sini, saya mau nanya-nanya terkait Jihan." Mama meletakkan kedua tangannya di atas meja. "Saya buru-buru. Nanti saya minta karyawan saya buat kasih kamu pastri."

Arjuna hanya tersenyum canggung.

"Arjuna," panggil Mama.

"Iya, Tante?"

"Di sekolah, semua temen Jihan baik sama Jihan kan?"

Senyap sebentar, sebab Arjuna merotasikan pandangan ke arah Abel dan Reswara yang kini meliriknya sambil melahap makanan. Sepatunya mengetuk lantai tanpa suara, ia mengunci bibirnya dalam sejenak.

"Baik," kata Arjuna. Kini netranya lurus menatap seorang ibu yang ada di seberangnya. "Tapi dalam konteks apa ya, Tan?"

"Konteks?" Alis mama naik heran. "Emangnya berteman dan berbuat baik butuh konteks?"

"Bukan begitu maksudnya. Orang-orang yang emang Juna rasa temennya Jihan tentu aja baik sama Jihan. Kayak Chandra, Juna, Nathan, dan yang lainnya. Jihan juga dapat temen baru yang support dia belajar buat SBM, semuanya baik kok sama dia."

"Tapi..." Pertanyaan itu mama cetuskan karena keterlibatan kata konteks di ucapan Arjuna. Apabila ada konteks baik, tidak menutup kemungkinan tersisa konteks lainnya yang belum tentu baik.

Senyum culas Arjuna yang terpasang membuat mama menaruh kecurigaan lebih. "Tapi.. Ada juga yang nggak baik. Dibilang temen sih belum tentu ya, tapi menurut Juna, hubungannya nggak bisa dianggap teman."

"Siapa?"

"Semua orang yang ada di sekolah."

Maksudnya?

Mama paham, mama bisa menarik kesimpulan dengan cepat bahwa orang-orang di sekolah tidak baik kepada anaknya. Tapi mama tak bisa mencernanya dengan baik, apa yang sebenarnya terjadi?

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang