Bab 1 A

5K 726 20
                                    

Happy reading, semoga suka

Bab 3-5 uda update di Karyakarsa ya.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Enjoy

Luv,
Carmen

__________________________________________

Summer menatap keluar dari jendela dan melihat hujan seolah tercurah deras dari langit gelap di atasnya. Petir dan kilat saling bersambaran tak putus-putus. Dan Summer tahu jalan kecil yang menghubungkan propertinya dengan dunia luar pasti akan segera ditutup jika hujan seperti ini terus berlanjut. Area ini memang lebih rendah dan rawan banjir serta longsor dan sangat berbahaya apalagi bagi para pengguna jalan yang tak mengenal medan di sekitar sini.

Minggu lalu, badai yang menghantam area ini menyebabkan Summer harus terkurung selama dua hari. Setelahnya, matahari bersinar begitu terik dan mengeringkan tanah di sekitar dan Summer pikir hari-hari seperti itu akan berlanjut. Tapi ternyata ia salah. Dengan curah hujan selebat ini dan angin yang bertiup kencang, badai kali ini bisa saja lebih parah dan berlangsung lebih lama dari sebelumnya. Diam-diam ia mendesah.

Kilat yang membelah langit di ujung seberang mengalihkan pikiran Summer. Tak lama bunyi guntur yang keras menggelegar di langit, begitu nyaring terdengar seolah sedang menyambar langit-langit kayu tua tepat di atas kepala Summer. Ia terlonjak pelan sejenak. Terkadang, ia benci cuaca seperti ini. Bukan hujan, tapi bunyi guntur yang memekakkan telinga dan bunyi tiupan keras angin dari celah-celah jendela yang tidak rapat yang kadang membuatnya tak bisa tidur. Rumah pertanian tua ini lumayan luas dan Summer hanya tinggal sendiri, jadi wajar saja jika terkadang ia lebih memilih duduk di dekat jendela dan menunggu hingga amukan alam itu sedikit mereda.

Entah apa yang kemudian membuatnya waspada. Summer juga tidak tahu. Tiba-tiba saja ia merasakan dorongan untuk berdiri dan menatap keluar jendela, berusaha melihat ke arah dua rumah kaca yang susah payah dibangun ayahnya dulu, yang sekarang membutuhkan banyak perbaikan tapi Summer masih tidak mampu membayarnya. Ia berharap cuaca buruk akhir-akhir ini tidak membuat struktur kedua bangunan itu bertambah rusak. Sedikit lagi, ia hanya membutuhkan sedikit waktu untuk mengumpulkan uang dan memperbaiki kedua bangunan tersebut. 

Cahaya samar dari dalam kedua bangunan itu membuatnya sedikit lega. Artinya, tempat itu masih berfungsi. Ia baru saja akan mengalihkan pandangan ketika telinganya menangkap suara tak biasa. Bunyi sesuatu yang keras. Seperti bunyi sesuatu yang besar dan keras saling bertabrakan. Summer mematung sejenak. Lalu telinganya menangkap bunyi seperti bunyi alarm. Tak peduli dengan hujan dan angin yang menerpa masuk, Summer bergegas membuka jendela agar bisa mendengar lebih jelas. Tak salah lagi, itu memang bunyi alarm, sepertinya dari mobil. Perasaannya tak enak tapi terlalu gelap untuk bisa melihat apapun.

Kilat yang lain kembali menyambar. Dan memberikan sedikit penerangan untuknya. Baru pada saat itu Summer melihatnya. Dan hatinya mencelos. Itu tidak salah lagi mobil, yang menabrak dan menghancurkan dinding batu rumah kacanya dan hampir sepertiga badannya masuk. 

"Oh Tuhan... tidak, tidak, tidak!"

Summer bahkan tidak berani membayangkan kerusakan yang terjadi, tanaman-tanaman bunga yang sudah dirawatnya dengan susah payah, yang sudah mendekati waktu panen.

Sial!

Tanpa berpikir lagi, ia berlari keluar kamar dan menuju ke lantai bawah. Ia menyambar sepatu boots, jaket panjang tua dan senter lalu membuka pintu belakang. Ia menaikkan topi jaketnya untuk melindunginya dari hujan lalu mulai berlari menuju rumah kaca. Summer mengabaikan air hujan yang menciprati wajahnya keras dan terus berlari. Fokusnya hanya satu. Sampai di rumah kaca secepatnya dan mengecek kerusakan yang terjadi.

Tempat itu terlihat jauh lebih parah dari yang dibayangkan Summer. Ia bisa melihat harapan-harapannya yang patah berserakan di lantai dan harapan untuk bertahan satu musim ke depan pelan-pelan hancur di depannya. Summer berusaha untuk tidak melihat lebih banyak atau mengecek seberapa parah kerusakan dinding atau seberapa parah kerusakan tanaman-tanamannya. Ada yang lebih penting. Ia tak melihat gerakan di dalam mobil. Alarm telah berhenti menjerit dan satu-satunya suara gaduh yang ada di sekitar adalah air hujan, angin kencang dan sesekali guntur.

Summer sedikit gentar ketika mendekat. Ia takut pada apa yang akan ditemukannya. Tapi tidak ada siapapun di sini yang bisa diandalkan dan Summer harus mengecek apakah orang-orang di dalam mobil ini mengalami cedera parah atau sesuatu yang lebih serius.

Butuh sedikit perjuangan untuk membuka pintu mobil dan Summer menemukan hanya ada satu orang di dalam, duduk terkulai di kursi pengemudi, wajahnya menghantam setir. Ia bukan penggemar mobil juga tak pernah memiliki satupun mobil-mobil keluaran terbaru, tapi ia tahu mobil ini mewah. Untuk ukuran mobil semewah ini, sungguh sial sekali pria ini mengalami kecelakaan yang seharusnya bisa diantisipasi. But well, terkadang tidak ada yang bisa menghindar dari kemalangan juga kesialan. Satu waktu kau pikir hidupmu baik-baik saja, lalu di saat berikut, semuanya tergelincir jatuh. 

Dengan hati-hati, Summer berusaha menegakkan posisi pria itu. Ia melihat sekilas wajah tersebut, rambut yang sedikit panjang yang jatuh menutupi alis pria itu, ada luka di kening pria itu tapi sepertinya hanya luka luar. Matanya terpejam, ia memeriksa wajah pria itu, memegang rahang perseginya yang masih tampak kokoh tak tercedera, hidung pria itu juga tidak patah, syukurlah. 

Lalu dengan lembut dan pelan, Summer memeriksa kepala pria itu, mencoba mencari tahu apakah ada luka atau cedera di sana dan puas ketika tidak menemukannya. Ia melanjutkan pengecekan, memastikan tidak ada tulang patah ataupun dislokasi. Summer memperhatikan pria itu sejenak untuk memastikan tidak ada luka serius yang dideritanya. Secara keseluruhan, pria itu tampak baik-baik saja. Sesaat, Summer bimbang. Apa yang harus dilakukannya? Pertolongan medis akan memakan waktu yang lumayan lama untuk tiba, apalagi di cuaca buruk seperti ini, akses jalannya juga tidak mungkin dimasuki ambulans. Ia juga tak mungkin membiarkan pria itu di sini tanpa melakukan apapun. Setidaknya, Summer harus mengeluarkan pria itu dari dalam mobil.

Tapi mengeluarkan seorang pria sebesar pria ini bukanlah perkara mudah. Apalagi, Summer tidak memiliki siapapun yang bisa dimintai tolong. Tetangga terdekatnya sudah menjual seluruh estat dan pindah, tempat itu kini kosong. Tetangganya yang lain adalah seorang pria tua, selain jaraknya yang jauh, tidak mungkin juga membangunkan pria itu malam-malam, di tengah hujan deras seperti ini pula. Jujur, Summer tak punya banyak pilihan. Seperti biasa, ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri - seperti yang selama ini dilakukannya.

"Waktunya bangun, Sleeping Beauty, jangan memaksaku menciummu." 


The Billionaire's CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang