Happy reading ya, semoga suka.
Luv,
Carmen_______________________________________
Saat ia sedang mencari sesuatu yang bersih yang bisa dikenakan pria itu, akhirnya seorang operator menjawab di seberang saluran. Dengan cepat Summer menjelaskan situasi yang dihadapinya. Ia tidak menyebut siapa pria yang mengalami kecelakaan di propertinya tapi hanya menjelaskan kondisi pria itu dan kemungkinan benturan di kepala. Untuk saat ini tidak mungkin mengirim mobil ambulans ke tempatnya, jadi satu-satunya cara adalah dengan mengirimkan helikopter. Namun saat ini unit-unit helikopter yang tersedia sedang sibuk melakukan penyelamatan di area-area banjir. Mereka akan mengirimkan bantuan secepat mungkin tapi untuk saat ini, Summer harus berjuang sendiri. Fakta bahwa pria itu sadar dan tidak terluka parah berarti dia bukan pasien yang perlu segara ditolong.
Sial, seandainya saja operator itu tahu siapa pasien yang dimaksudkannya itu.
Summer meraih jubah mandi bersih yang ditemukannya di antara handuk-handuk bersih lalu bergegas mendekati pria itu kembali. “Akses jalan ditutup karena banjir, jadi kau harus menunggu helikopter yang akan menerbangkanmu keluar.” Ia melihat pria itu sudah bertelanjang dada dan sedang berkutat dengan ikat pinggangnya.
“Oke,” jawab pria itu sambil membuka ikat pinggang yang dikenakannya. Dia kemudian tampak berusaha ingin berdiri namun terduduk kembali. Kerut di wajahnya membuat Summer langsung iba. Pria itu pasti berusaha keras menahan sakit.
“Sini, biarkan aku membantumu,” tawarnya cepat. Summer lalu berlutut di dekat kaki pria itu dan membuka risleting celana jins tersebut. Kemudian, dengan tangan sedikit bergetar, Summer meraih garis celana tersebut di kedua sisinya dan memberi perintah singkat.
“Angkat.”
“Apa?” tanya pria itu.
Dasar berengsek! “Angkat pantatmu!” semburnya dengan suara tinggi, lebih karena ia gugup juga kesal. Bisa-bisanya pria itu bercanda di saat seperti ini. Apakah dia tidak tahu efeknya terhadap wanita? Oh tentu saja dia tahu, Summer yang jarang mengikuti berita selebritis saja sampai tahu reputasi yang disematkan pada anak bungsu Cunningham ini – sang playboy tenar yang suka mematahkan hati wanita.
“Oke, kau harus lebih jelas,” jawab pria itu. Suaranya masih setengah mengerang, tapi sepertinya menggoda wanita menjadi hiburan yang cukup mampu membuatnya melupakan sakitnya. “Kepalaku sedikit terbentur, jadi aku agak lamban.”
Summer memutar bola matanya kesal dan memilih tidak merespon. Saat pria itu mengangkat dirinya dari kursi, ia bergegas menurunkan celana jins ketat itu dari pinggang, panggul lalu bokong pria itu, sampai akhirnya lepas dari kedua kaki kuat pria itu.
“Well, sementara kau ada di posisi seperti ini, aku akan senang sekali jika kau bersedia membantuku dengan…” Summer mengangkat wajah dan menatap pria itu. Awalnya ia tak mengerti lalu senyum penuh arti pria itu membuatnya marah. Tatapan pria itu tak mungkin disalahartikan, dia memberi isyarat ke tempat di antara kedua kakinya.
Keterlaluan!
“Kau benar-benar pria kaya pongah! Kau baru saja mengalami benturan hebat, kepalamu mungkin saja cedera dan kau masih bisa merayu wanita?!”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cinderella
RomanceJust like some cliche love story, between a billionaire and modern Cinderella. But hey, who doesn't love a fairy tale love story?