Happy reading, semoga suka.
Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa ya.
Di Karyakarsa:
EnjoyLuv,
Carmen_________________________________________
“Apa kau yakin, Summer?”
Gerald tidak percaya bahwa ia benar-benar menanyakan hal semacam ini pada Summer. Wanita itu sudah memberikan lampu hijau dan Gerald tidak langsung menerimanya? Tentu saja, sebagian dari dirinya setengah mati menginginkan wanita itu dan dengan senang hati menuruti Summer tapi sebagian dari dirinya yang lain berusaha menahan diri, ingin memastikan. Ia tak ingin Summer hanya bertindak impulsif lalu menyesali segalanya besok. Ia tak ingin Summer berpikir bahwa ia telah mengambil kesempatan ketika wanita itu tengah gamang dan bingung. “Seperti katamu, kita tidak perlu buru-buru, Summer. Aku bisa menunggu, kau tidak perlu memaksakan diri. Aku bisa menunggu selama yang kau inginkan, sampai kau siap. I understand that you’ve been through a lot today. Aku tidak mau kau bangun besok dan menyesali semuanya. But make no mistake, jangan berpikir sebaliknya, Summer, seperti kataku, aku sangat menginginkanmu, tapi aku bersedia menunggu.”
“Bukan kau saja… bukan kau saja yang memiliki pikiran seperti itu, sejak pertama kita bertemu aku juga… aku juga…” Summer sepertinya tampak kesulitan mencari kata yang cocok tapi Gerald mengerti, wanita itu sedang mengakui bahwa dia juga menginginkan Gerald di tempat tidur.
“Aku mengerti, Summer.”
Ia meraih tangan wanita itu dan meremasnya, berusaha membuat Summer sedikit tenang dan agar wanita itu bisa mengontrol diri dan tidak terbata karena malu serta gugup. “Aku… aku hanya…” Summer masih terlihat bimbang.
“Aku… aku hanya tidak tahu, Gerald, aku tidak tahu harus bagaimana… kau tahu, aku… kau… aku tertarik padamu tapi kau… kau sepertinya kau tidak mungkin…”
“It’s okay, Summer. Sekarang kau tahu aku menginginkanmu dan kau menginginkanku, dan aku tidak peduli pada apapun selain dirimu, dirimu apa adanya.”
“Tapi aku… aku tidak pernah…”
Wanita itu ingin berkata bahwa dia tidak berpengalaman tapi Gerald sudah tahu itu. Dan ia senang, senang sekali mengetahui fakta bahwa ia akan menjadi satu-satunya pria bagi Summer.
“Itu malah akan membuatku tersanjung, mengetahui bahwa aku yang akan mengajarkanmu segalanya tentang pria dan wanita.
Wajah Summer memerah. “Kau tahu?”
“Tentu saja.”
“Aku… tadinya aku berpikir mungkin sebaiknya kita menunggu, mungkin sampai malam pernikahan kita…” Gerald tersenyum mendengarnya. “Tapi… tapi kurasa itu tidak adil untukmu. Kau sebaiknya tahu apa yang bisa kau harapkan dariku. Aku… aku mungkin saja sangat buruk di tempat tidur, kau mungkin saja tidak suka, kau…”
“Summer, hentikan. Just tell me that you want me, dan aku akan dengan senang hati menunjukkan betapa aku menginginkanmu.”
Ia mendekatkan wajah mereka agar bisa menatap mata Summer lebih lekat. “Say it,” ujarnya dengan nada rendah.
“Ak… aku… I want to do this, Gerald. I want you… I want you on my bed tonight.”
“Tidak boleh ada penyesalan?”
Summer menggeleng kecil. “Tidak ada penyesalan.”
Mendengar itu, Gerald mendorong semua pikirannya ke tepi dan menarik wanita itu ke pangkuannya. Ia lalu memeluk Summer erat dan menciumi bibir wanita itu penuh gairah. Rasa laparnya akan wanita itu kini terasa seperti mencekiknya. Tapi ini bukan seperti gairah murni yang selalu dirasakannya dengan wanita-wanita yang dibawaya ke tempat tidur, dengan Summer, gairahnya terasa berbeda. Bukan sekadar gairah liar yang membabi buta, tapi juga manis, seperti wanita yang sekarang dipeluknya. Gerald bertekad untuk merasakan semua gairahnya pada Summer, menikmatinya pelan-pelan, satu persatu.
Lidah Gerald menjelajah liar di dalam kehangatan mulut Summer sementara tangan-tangan wanita itu mencengkeram lembut pundaknya. Ia bisa merasakan Summer bergerak di pangkuannya dan tak sengaja menekan bukti gairahnya yang mengeras. Sementara Summer terkesiap pelan, Gerad mengerang lembut. Ia meneruskan ciumannya, mengisap bibir wanita itu seolah ia sedang mengisap madu paling manis, menggigit kecil dan menikmati bibir penuh wanita itu selama beberapa menit sebelum mengangkat kepalanya. Ia lalu menatap Summer dengan senyum di wajah sampai wanita itu merasa jengah.
“Apa?” bisik Summer dengan napas yang masih tersengal.
“Kau,” ucap Gerald sambil menyentuhkan telunjuknya ke dagu Summer.
“Kenapa dengan aku?” Summer langsung terdengar waspada.
“Aku tidak menyangka bahwa kau akan…” Gerald agak menyesal dan mulai bimbang memilih kata, terkadang Summer sangatlah sensitif.
“I am easy?” Suaranya terdengar defensif, ia bisa merasakan Summer mulai menarik diri.
“You are not easy at all, Summer. Mengingat aku yang selama ini terus mengejar dan mendesakmu. Aku hanya terkejut dan senang karena kau… karena kau bersedia.”
Summer mengerucutkan bibirnya. “Kurasa kau juga tahu bahwa… well, agak sulit menolak pesonamu, lama-lama aku jadi ingin menyerah.” Summer menggigit bibir pelan lalu memberi Gerald senyum malu-malu yang menggemaskan.
“Hmm… kau benar-benar tahu apa yang harus diucapkan untuk membuatku semakin tidak sabar, bukan?” Gerald membuat suara seperti geraman kecil dan menunduk untuk mengecup cepat bibir Summer. “Kupikir tadinya aku harus berusaha lebih keras lagi, aku harus lebih sabar dan pelan-pelan. Sekarang aku jadi tidak yakin lagi, Summer.” Jari-jari panjang Gerald lalu bergerak ke dada Summer, menelusuri pinggiran bra wanita itu, membuat Summer bergetar halus. Suaranya yang dipenuhi gairah kini bertambah serak dan dalam. “Summer, apa yang kau inginkan? You want it fast? Or you want me to take it slow?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cinderella
RomanceJust like some cliche love story, between a billionaire and modern Cinderella. But hey, who doesn't love a fairy tale love story?