Happy reading, semoga suka.
Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa, begitu juga bab perbab sampai tamat ada di Karyakarsa.
And i have new story uploaded di Karyakarsa, langsung tamat, light adult romance.
Hope you enjoy
Luv,
Carmen
__________________________________________________________________________
Jangan terlalu pesimis, Summer.
Summer juga mengulang kata-kata itu pada dirinya sendiri. Jika mereka menikah, itu artinya ia juga harus sering bertemu keluarga Gerald, mungkin ini bisa menjadi awal latihan yang baik. Dan pada kenyataannya, menghabiskan waktu bersama Ibu Gerald dan kakak iparnya tidaklah seburuk yang ia bayangkan. Mereka tidak berusaha mengusik Summer, tidak ada pertanyaan usil tentang masa lalunya, tidak ada pertanyaan tentang kisah mendetail antara Gerald dan Summer, ia tak perlu takut berbohong. Memang ada rasa sungkan karena mereka baru saling mengenal, tapi Grace menjembatani mereka bertiga dengan sangat baik. Sepanjang perjalanan ke butik, percakapan mereka lebih banyak diisi tentang Los Angeles, tempat-tempat menarik yang mereka lalui, kafe-kafe, tempat hiburan.
"Kau harus meminta Gerald membawamu berkeliling LA," ujar Grace di suatu waktu ketika tahu bahwa Summer belum pernah datang ke LA. Mereka tidak bertanya kenapa, tidak menghakimi, tidak mencela, hanya pemahaman.
"Mungkin nanti," jawab Summer. "Aku sulit meninggalkan pekerjaanku karena aku harus mengurus rumah kacaku, sendirian."
"Kalian berdua bekerja terlalu keras," tambah Mrs. Cunningham.
"Kudengar kalian akan tinggal di rumah pertanianmu setelah menikah?"
Summer menegang kecil mendengar pertanyaan itu. Ia lalu menangguk. "Iya, benar. Kuharap kau tidak keberatan, Mrs. Cunningham?"
Baik Grace maupun wanita yang lebih tua itu tertawa. Sampai-sampai Summer merasa malu.
"Tentu saja tidak, Summer. Gerald adalah pria dewasa, dia bisa membuat keputusannya sendiri. Tolong jangan sungkan padaku."
Summer mengangguk kecil tapi tak berani menatap wajah wanita itu.
"Kita akan segera menjadi keluarga. Kapanpun, kalau kau sudah merasa nyaman, kau boleh memanggilku 'Mom'. Aku akan senang sekali."
Wanita itu menepuk lembut lengannya dan Summer merasa terharu sehingga ia harus menahan air matanya. Ia tidak terbiasa menerima perlakuan seperti ini. Bahkan tidak pernah. Ellie tidak pernah memainkan peran ibu untuknya dan ibu kandungnya... Summer bahkan tidak memiliki kenangan apapun. Seandainya saja... seandainya saja ia dan Gerald menikah karena cinta... bukankah ia benar-benar seperti menjelma dari kisah Cinderella?
Tapi tentu saja tak mungkin. Seperti yang dikatakannya, ia harus realistis. Gerald tidak mungkin mencintainya. Summer tidak akan jatuh cinta pada pria itu. Mereka hanya teman. Itu saja. It's more than enough.
Jangan menjadi tamak, Summer. Dan memimpikan hal tak mungkin.
Saat tiba di butik, mereka langsung disambut dan dibawa untuk melihat koleksi terbaru. Ada begitu banyak pilihan sehingga Summer kelimpungan. Tapi setiap gaun yang dicobanya, selalu saja terasa seperti ada sesuatu yang kurang.
"Tunggu. Kami masih memiliki satu koleksi gaun terbaru. Rencananya baru akan dikeluarkan untuk bulan depan. Tapi kurasa modelnya akan cocok sekali untukmu." Dia menyebutkan nama perancangnya yang sama sekali tak dikenal Summer tapi Grace tampak bersemangat. So, it should be good, pikir Summer.
Tapi saat melihat gaun itu, Summer terpaksa setuju bahwa gaun itu memang indah. Modelnya tidak terlalu ribet, cukup sederhana tapi tetap elegan.
"Ini model tulle ball gown, akhir-akhir ini sangat populer. Cocok untuk pernikahan. Like a modern fairytale," jelas sang sales consultant.
Fairytale...
Summer sudah nyaris menolak tapi Mrs. Cunningham langsung memintanya untuk mencoba.
"Try it. Kupikir kau akan sangat cocok dengan gaun ini. Modelnya tidak akan menenggelamkan dirimu tapi membuat tubuh langsingmu semakin indah berbentuk."
"Tepat sekali, Miss Reed. Please, this way. Aku akan membantumu mengenakannya."
Summer tidak bisa menemukan alasan untuk menolak gaun ini. Saat selesai mengenakannya, ia harus mengakui bahwa gaun ini begitu cocok untuknya. Mengutip ucapan sang sales consultant, gaun ini memang seolah dirancang untuknya. Warnanya putih mengilat, dengan bagian atas yang pas memeluk tubuhnya dan bagian bawah berbentuk seperti tulle, bahannya mewah dari sutra lembut dengan hiasan manik-manik kristal yang juga tampak mewah. Garis lehernya berbentuk V dalam tapi tetap meninggalkan kesan elegan, dengan aplikasi bunga-bunga berenda yang tersebar menurun hingga ke sekeliling gaun. Lengannya berebentuk dainty cap sehingga memperlihatkan lengan Summer yang langsing dan belakang punggungnya mengambil model keyhole yang menekankan kesan seksi tetapi elegan. Ia berputar takjub, merasa seakan-akan sedang berada dalam dunia dongeng.
Benarkah? Ini dirinya? Dalam balutan gaun pengantin?
Saat Summer keluar dari ruang pengepasan VVIP, baik Mrs. Cunningham maupun Grace langsung berdiri. Ekspresi wajah mereka sudah menggambarkan segalanya sebelum Mrs. Cunningham membuka mulut.
"Kau cantik sekali, Anakku."
Summer tersenyum bergetar, terharu. "Th... Thanks."
"Ini yang kita cari," tambah Grace. "Tell me you love it, Summer. This is so perfect on you. God, kau benar-benar menawan."
Summer mengangguk kecil. Ia tak mampu menolak. Ia jatuh cinta pada gaun ini.
"Yes. I love it."
Saat ia kembali ke ruang pengepasan untuk melepaskan gaun itu, ia kembali mengagumi gaun tersebut sambil menunggu seseorang datang untuk membantunya melepaskan pakaian itu. Ketika mendengar tirai disibak, ia langsung menampilkan senyum dan membuka suara, "Bolehkan kau memban..."
Ucapannya terputus saat ia melihat alih-alih wanita yang tadi menolongnya, sosok Gerald-lah yang muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cinderella
RomanceJust like some cliche love story, between a billionaire and modern Cinderella. But hey, who doesn't love a fairy tale love story?