Bab 37

1.2K 284 14
                                    

Mature Content 21+

Happy reading, semoga suka.

Versi lengkap sudah ada di Playstore dan Karyakarsa ya.

Versi lengkap sudah ada di Playstore dan Karyakarsa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I have new series on Playstore and Karyakarsa too. You can check it out.

 You can check it out

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Summer tidak percaya bahwa di tangan Gerald, semua masalahnya benar-benar selesai dalam sekejap. Pria itu sepertinya hanya perlu melambaikan tangan dan semua yang diinginkannya terwujud. Semudah itu.

Selama ini Summer berpikir tentang betapa rumitnya keadaan yang mengikatnya tapi saat ia membiarkan Gerald membantunya, semua masalahnya selesai dalam hitungan hari. Hutang bank lunas. Ia bebas dari masalah finansial. Sertifikat miliknya sudah kembali ke tangannya. Dan kabar paling menggembirakan, ia terbebas dari cengkeraman dan kekuasaan ibu tirinya. They are out of her life for good. Summer is free now.

All thanks to this amazing guy.

Gerald Cunningham.

Pria yang akan segera menjadi suaminya ini.

Tanpa sadar, ia menunduk untuk menatap cincin yang sedang dikenakannya. Gerald bersikeras membelikannya cincin tunangan dan berkata pada Summer bahwa dia tak perlu mengenakannya sepanjang waktu terutama ketika bekerja jika Summer merasa tidak nyaman, tapi bagi Gerald cincin ini penting dan menjadi simbol bahwa Summer adalah miliknya. Jadi terkadang kala, terutama ketika mereka bersama, dia ingin Summer berusaha mengenakannya.

Summer sebenarnya tidak begitu suka dikatakan sebagai milik seseorang seolah-olah ia adalah benda, bukan sesuatu yang bernyawa dan memiliki pikiran serta perasaan. Tapi entah kenapa, kalau Gerald yang mengatakannya, ia mendapati dirinya tidak begitu keberatan.

Satu lagi, Gerald terlalu sering menghabiskan waktunya di sini bersama Summer dan alih-alih merasa risih, Summer justru mendapati bahwa ia menikmati semua itu. Terkadang, ketika Gerald tidak bisa datang atau pria itu terlalu sibuk atau dia terlambat dari janjinya, Summer akan merindukan pria itu. Ini adalah hal baru baginya. Summer sudah terbiasa hidup sendiri sehingga ia tidak tahu apakah perubahan ini baik atau justru sebaliknya.

Seperti malam ini misalnya.

Gerald berkata bahwa dia akan datang ke tempat Summer segera setelah dari kantornya. Dan Summer mendapati dirinya bersemangat memasak. Tapi saat ia berdebat dengan dirinya sendiri, Summer kembali beralasan bahwa hari ini adalah hari istimewa. Hari ini adalah hari ia merayakan kebebasannya. Jadi ia sedang tak ingin makan sendirian dan tentu saja, Gerald patut mendapat segala apresiasi.

Ketika Gerald tiba, mereka makan bersama dan Summer kembali mendapati bahwa ia bertanya-tanya gelisah di dalam hati, apakah pria itu menyukai masakannya dan kemudian merasa lega karena pria itu ternyata menyukainya.

Saat mereka selesai makan malam dan Summer mengeluarkan puding yang telah dibuatnya sambil kembali mengucapkan terima kasih karena pria itu karena telah memberinya bantuan besar, Summer kaget karena pria itu menghentikannya memotong puding tersebut.

"Nanti saja," cegah Gerald sambil menarik tangan Summer menjauh.

Bingung, Summer menatap pria itu. "Kau tak suka?"

"Later. Saat ini... aku menginginkan hidangan penutup lain."

Gerald menundukkan kepala dan berbicara dengan suara rendah pada Summer dan ia tak perlu menjadi ahli untuk tahu apa yang diinginkan oleh Gerald.

Tapi tetap saja ia berpura-pura tidak mengerti. "Tapi aku kan sudah repot-repot membuat..."

"Hmm... aku tahu kau ingin menunjukkan rasa terima kasihmu. I have an idea, there is a better way for it."

Summer tersentak saat pria itu menariknya langsung dalam pelukan.

"Ger..."

Protes Summer terhenti saat Gerald menunduk untuk mencium bibirnya. Ciuman Gerald selalu dalam dan panjang seolah-olah pria itu menginginkan seluruh perhatian Summer terpaku padanya. Dan Summer tak menampik, ia menyukai cara Gerald menciumnya. Gerald suka menggoda dan merayunya dengan bibir dan lidah, tangan-tangan pria itu mengelus, terkadang mengait di rambut-rambutnya lalu menengadahkan kepala Summer agar dia bisa menjelajah lebih dalam. Tapi di saat yang sama, pria itu juga kekasih yang sabar dan penuh perhatian.

Gerald lalu membimbingnya naik ke kamar, membaringkannya di ranjang dan pelan-pelan menelanjanginya. Selama tangan pria itu bekerja, mulutnya tidak tinggal diam. Pria itu menempelkan ciumannya di mana-mana. Aroma Gerald memabukkannya. Summer mengerang lirih saat mulut dan lidah pria itu menjilati lehernya, lalu kedua puncak dadanya, mulut Gerald kemudian bergerak untuk mengisap sebelum berpindah semakin ke bawah...

Lord! Summer tegang menunggu. Ia membutuhkan perhatian pria itu di bawah sana...

Tapi Gerald melewatkannya. Gerald tak terburu-buru, dia suka membangun klimaks dengan pelan.

Saat akhirnya lidah pria itu menekan lembut tonjolannya, Summer tersentak seolah seluruh tubuhnya dialiri listrik. Tapi Gerald tetap lembut, lidahnya merayu naik turun. Ke atas, ke bawah, melingkar. Napas Summer semakin cepat dan erangan pelan lolos dari mulutnya. Gerald selalu tahu apa yang diinginkan oleh Summer. Pria itu selalu melakukan semuanya dengan tepat dan sempurna. Dan tepat sebelum ia meraih klimaks, pria itu berhenti dan menjauh.

Summer ditinggalkan dengan napas yang memburu dan wajah yang memerah tatkala Gerald bangkit untuk menelanjangi dirinya. Ia tak pernah bosan melihat. Pria itu indah. Jantan dan maskulin. Tubuhnya kuat dan kokoh, sekokoh kepribadiannya. Segala yang ada pada diri Gerald hanya membuat Summer lebih bergairah.

"Aku membutuhkanmu sekarang. Di dalam diriku, please..." pinta Summer.


Mata Gerald berbinar saat dia meraih Summer dan menempatkan Summer di bawah tubuhnya.


The Billionaire's CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang