Happy reading, moga suka.
Bab 8-10 udah update di Karyakarsa ya, enjoy.
Luv,
Carmen_______________________________________
Gerald Cunningham? Ya, sekarang Summer yakin ia pernah mendengar nama itu.
Gerald Cunningham.
Holyshit! Tentu saja. Summer seharusnya bisa mengenali pria itu lebih awal. Sang playboy Cunningham yang selalu memenuhi kolom gosip.
"Shit!"
"Apa yang salah?" erang pria itu.
Semuanya, Summer ingin berteriak.
"Kau Gerald Cunningham? Sial, aku seharusnya mengenalimu."
"Haruskah?" erang pria itu lagi.
Summer tak peduli untuk menjawab. Ia menjadi panik sendiri. Ini bisa berarti masalah untuknya. "Aku akan meminta bantuan dan jangan berani-beraninya kau tidur."
Summer bergegas menyambar telepon. Ada Gerald Cunningham di rumah tuanya yang nyaris roboh ini dan Summer tak ingin pria itu berlama-lama di sini. Tanggungjawabnya terlalu besar. Ia tak ingin disalahkan jika terjadi apa-apa pada pria itu. “Jika sesuatu terjadi padamu, aku akan dituntut. Media akan memojokkanku hingga aku tidak akan pernah lagi bisa keluar. Aku akan menjadi wanita yang membunuh anak dari salah satu pria terkaya di Amerika. Aku tidak akan pernah…”
“Just cut the crap!” potong pria itu sedikit kesal. “Aku bertanya siapa namamu?”
Haruskah? Haruskah Summer menyebutkan namanya?
“Summer,” jawabnya kemudian. Tak ada gunanya juga berbohong. Ia lalu mengarahkan senter ke mata pria itu dan membuat pria itu memaki. Padahal Summer hanya ingin mengecek pupil mata pria itu.
“Hentikan, oke?! Kau hanya membuatku merasa semakin buruk.” Lalu pria itu memaki lemah.
“Jangan tidur, jangan pejamkan matamu, tetap terjaga. Aku sedang meminta bantuan.” Summer kembali menekan nomor telepon darurat tapi jaringannya selalu sibuk. Mungkin ada banyak yang membutuhkan bantuan di cuaca seperti ini. Sementara itu, ia harus terus mengajak pria itu bicara. “Kau ingat apa yang terjadi, Mr. Cunningham? Kau tahu di mana kau berada? Apa kau…”
“God, just stop it. Aku ingat. Aku ingat aku sedang dalam perjalanan kembali ke LA. Hujan mulai turun lalu cuaca memburuk dan aku dihadang badai. Aku tersesat, my fucking GPS and phone was not working, bahkan pedal remku tidak berfungsi dan…” Summer melihtnya berusaha menyentuh benjolan besar di keningnya. “Sial, bahkan kantong udara sialan itu tidak terbuka. Semua fitur keamanan itu tak berfungsi. Semuanya berantakan. Malam yang benar-benar sial.”
Summer berusaha menahan senyum melihat kekesalan pria itu. “Well, bahkan mobil yang mahal tidak bisa menjamin apapun, Mr. Cunningham. Berterima kasih saja bahwa kau selamat dan baik-baik saja.”
Sebagai jawaban, pria itu mengerang keras.
“Jangan terus disentuh.” Summer memarahi pria itu saat dilihatnya dia terus mengusap benjolan lukanya.
“Kau terlalu banyak bicara,” gerutu pria itu namun dia menurut.
“Pokoknya kau tetap harus sadar sampai aku berhasil memberitahu seseorang tentang keadaanmu. Aku sedang mencari bantuan, so help me and don’t go to sleep.” Lalu ia kembali menyorotkan senter ke wajah dan mata pria itu.
“Oh Tuhan…”
Summer tahu jika ia meninggalkan pria itu sekejap saja, dia pasti akan tertidur. Ia memandang berkeliling lalu lega ketika mendapati apa yang dicari. Summer menyambar handuk bersih dari area laundry di sudut dapur lalu memberikannya pada pria itu.
“Kau basah kuyup dan kalau tabrakan itu tidak membunuhmu, aku tidak ingin menjadi orang yang membunuhmu karena pneumonia. Keringkan dirimu, aku akan mencari sesuatu yang kering untuk kau kenakan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cinderella
RomanceJust like some cliche love story, between a billionaire and modern Cinderella. But hey, who doesn't love a fairy tale love story?