Bab 19

2.6K 638 28
                                    

Happy reading, moga suka.

Untuk di KK, sudah update sampai bab 42 ya.

Sekarang di Karyakarsa, kudu pakai koin. Jadi kalian kalau beli koinnya, mending langsung dari websitenya, jangan di aplikasi, karena lebih murah.

Website KK : www.karyakarsa.com

Bisa beli via web, bisa baca di sana tanpa perlu donlot di Google Play.

Metode bayar tetap sama, bisa pakai e-wallet dll juga.

Luv,
Carmen

___________________________________________

Gerald tahu Summer pasti bingung dan merasa Gerald telah membohonginya. Ia tahu bahwa wanita itu sangat tidak suka menjadi pusat perhatian tapi Gerald malah sengaja mengundang papparazi untuk mengambil foto mereka berdua. Wanita itu mungkin juga merasa terkhianati karena Gerald tak mengatakan apapun tentang hal itu sebelumnya.

Saat ia melihat tatapan Summer, Gerald merasa... terluka. Jika Summer terluka, ia juga merasakan hal yang sama. Kesedihan wanita itu adalah kesedihannya juga.

Gerald melepaskan lengan Summer lalu berpindah ke bahu wanita itu. Ia menunduk sedikit agar mereka bisa saling bertatapan.

"Please, don't be mad at me, Summer."

Summer menatapnya sesaat lalu menghela napas berat.

"Aku tahu kau tidak bermaksud buruk, Gerald. Tapi kau juga tahu kalau aku tidak suka dengan..."

"I know," potong Gerald cepat. "I promise, i'll make it up to you."

Summer mendelik.

Tapi sebelum wanita itu mengeluarkan lebih banyak protes,  DJ mengumumkan bahwa sesi dansa telah dimulai. Gerald tak memberi Summer kesempatan menolak saat ia setengah memaksa wanita itu ke lantai dansa.

"Tapi aku tidak bisa berdansa, Gerald," protes Summer sambil berusaha menarik lengannya agar lepas dari pegangan Gerald.

Tak Gerald tak mendengarkan. Ia sengaja menarik wanita itu ke sana dan memeluknya. Summer masih berusaha menolak, tapi Gerald tak memberinya kesempatan. Wanita itu kemudian pasrah karena tak ingin mengundang keributan dan menjadi pusat perhatian. Seperti itulah Summer-nya. Sederhana dan cantik, tetapi tidak menyadari semua hal-hal luar biasa di dalam dirinya.

"Semua orang memperhatikan kita," bisik Summer saat Gerald memeluk pinggangnya dan menarik wanita itu mendekat padanya.

"Lalu?" Alis Gerald terangkat penuh tanya.

"Aku tidak suka."

"Kenapa kau harus selalu peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain?" tanya Gerald lagi dengan pelan.

"Aku hanya tidak suka jadi bahan pembicaraan."

"Kau tidak suka terlibat denganku, begitu? Karena aku selalu dikaitkan dengan citra buruk?" tanya Gerald lagi, berpura-pura tersinggung.

"Bukan begitu maksudku!" bantah Summer cepat.

Dia tersentak saat Gerald tiba-tiba memeluknya kian erat.

"What are you doing?" bisik Summer.

"Time for slow dance," bisik Gerald ketika merendahkan bibirnya ke telinga Summer dan musik langsung berubah menjadi hentakan lambat. Ia menyeringai puas sambil memeluk tubuh hangat wanita itu. Summer terasa pas dalam pelukannya. Sesungguhnya, ia ingin semua orang melihat dirinya dan Summer. Bahkan jika ia harus menggunakan cara licik seperti itu untuk membuat Summer terlibat dengannya. He won't let her go.

"Pelukanmu terlalu erat."

Gerald tersenyum. Apakah wanita itu selalu suka memprotes?

"I don't think so."

"Kau akan membuat semua orang berpikir kita memiliki sesuatu."

Ia memutar Summer pelan dan menyadari bahwa wanita itu tak salah. Semua orang yang ada di pesta ini, semua yang melihat mereka, tidak akan ada seorangpun yang akan ragu bahwa Summer dan Gerald memang memiliki sesuatu. Tapi bukankah ini yang ia inginkan?

"Sstt... Kau mengganggu fokusku berdansa, Summer."

Wanita itu terdiam sejenak saat musik berganti.

"Letakkan tanganmu di belakang punggungku," tambah Gerald saat ia membawa wanita itu dalam beberapa putaran, masih sambil memeluk Summer erat. Walaupun tampaknya enggan, Summer menurutinya. Mereka berpelukan dan berdansa dalam posisi itu selama beberapa menit sebelum Gerald menjauhkan Summer agar wajah mereka bisa saling bertatapan.

"Kau benar-benar cantik, Summer," puji Gerald.

Summer melengos pelan. "Dan kau memang perayu tampan."

Gerald hanya menyengir. "Setidaknya kau mengakui aku tampan."

"Kau tadi sengaja, bukan? Menciumku di depan Maria dan Ellie?"

Gerald langsung memasang wajah polos. "Summer, aku selalu ingin menciummu setiap kali aku melihatmu. Lagipula, itu bukan pertama kalinya kita berciuman dan selama ini kau tak pernah protes."

Summer menatap Gerald seolah dia kehilangan kata-kata. Tapi ia bisa melihat rona di kedua pipi mulus wanita itu.

"Kalau begitu bagaimana dengan foto-foto tadi? Aku tidak mau ada publikasi. Kau harus melakukan sesuatu."

Gerald mengangkat alis. "Foto yang mana?"

"Para papparazzi itu," desis Summer.

"Oh. Apakah kita masih harus membahas hal itu?"

"Tentu saja," jawabnya ketus.

"Summer, like it or not, kau harus terbiasa. Saat kau terlibat bersamaku, hal-hal seperti itu akan selalu terjadi."

Summer menatapnya bingung. Dan Gerald menggunakan kesempatan itu untuk mencium Summer. Ia tak peduli bila ruangan ini dipenuhi orang-orang. Ia tak peduli akan semua itu. Yang ada dalam pandangannya saat ini hanyalah Summer. Dan ia ingin wanita itu merasakan hal yang sama. Saat ia menunduk untuk mencium Summer, rasanya seluruh dunia lenyap, hanya ada wanita itu, bibirnya yang manis dan lembut, tubuhnya yang hangat menekan dirinya, aroma Summer, segalanya tentang wanita itu.

Mereka mungkin terdiam di tengah lautan orang-orang yang berdansa. Entah berapa lama mereka berciuman. Rasanya ruangan menjadi sangat sunyi ketika Gerald melepaskan tekanan bibirnya dan berbisik di atas bibir Summer yang sedikit bengkak.

"Aku tidak melakukan semua ini semata-mata karena aku ingin membantumu membalas perlakuan ibu dan kakak tirimu. I did it for myself too. Because I want you, Summer. And I want you in my life."

Saat Gerald menjauhkan wajah mereka, ia baru menyadari bahwa ternyata semua pasang mata menatap ke arah mereka. Musik baru kembali bermain setelahnya, lalu diikuti tepuk tangan.

The Billionaire's CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang