Bab 4 A

3.5K 703 20
                                    

Happy reading, moga suka.

Yang mau baca cepat duluan, bisa ke Karyakarsa dulu, udah update sampai Bab 11.

Akun Karyakarsa saya: carmenlabohemian

Enjoy

Luv,
Carmen

_________________________________________

"Mr. Cunningham, bangun. Please, wake up!"

Summer baru saja berbicara dengan kakak lelaki pria itu, yang menanyakan perihal seputar kecelakaan, lokasi kediaman Summer bahkan sampai detail mengenai bagaimana Summer bisa tiba-tiba muncul di tempat kejadian - seolah-olah pria itu tak percaya atau malah berpikir Summer sedang memanfaatkan situasi. Khas orang kaya, terlalu waspada, pikirnya. 

Saat ia menoleh untuk mengecek Gerald, rupanya pria itu sedang memejamkan mata. Sontak, Summer mendekat dan berusaha membangunkan pria itu. Tak bisa dipungkiri, figur pria itu memang indah. Dan saat menatap mulut pria itu, Summer juga bertanya-tanya seperti apa rasanya jika ia dicium pria itu. Summer menggeleng. Ini bukan waktu yang tepat. Ia lanjut mengecek pria itu. Detaknya terlihat stabil, warna kulitnya juga hangat bukan pucat dan secara penilaian sekilas, pria itu memang tampak baik-baik saja. Tapi Summer tetap tidak ingin mengambil resiko. Ia kembali menggoyang bahu pria itu pelan dan terus memanggilnya. "Mr. Cunningham, Gerald... Bangun. Ayo, bangun."

"Aku tidak tidur," bisikan itu membuat Summer lega. "Aku hanya menunggu ciuman yang kau janjikan ketika aku ada di mobil tadi."

Lalu ia melihat pria itu menyeringai, dengan cara yang membuat jantung Summer berdegup. Sial, rupanya pria itu mendengarnya. Summer tidak tahu bagaimana ia harus merespon, jadi ia berpura-pura tak mendengar. 

"Kau membuatku ketakutan. Kupikir kau jatuh koma atau sesuatu yang jauh lebih buruk."

"Maaf," jawabnya setengah mengantuk. Dia membuka mata dan mungkin bisa melihat kecemasan tergurat di wajah Summer. "Tapi kau berlebihan, aku baik-baik saja."

Summer melengos. "Kakak lelakimu akan mengirim helikopter dan membawamu ke rumah sakit. Apa ada yang kau perlukan, ada barang penting yang ketinggalan di mobil?"

Summer melihat pria itu menggeleng. "Nothing that I can't live without, kau tidak perlu keluar mengambilnya. Badai masih mengamuk."

"Hujan sudah mulai mereda dan badai juga mulai bergerak pergi, it'll be fine. I just need you to stay awake, okay? Help is coming soon, just stay awake." Summer berusaha menatap mata pria itu, memastikan Gerald mengerti. Dan ketika pria itu membalas tatapannya, ia tersentak halus dan buru-buru menegakkan diri dan keluar. Belum lagi ditambah pemandangan jubah pria itu yang terbuka memperlihatkan dada bidang dan perut rata, hal itu benar-benar mengganggu kewarasan Summer. Sedikit air hujan yang dingin, sedikit tiupan angin kencang yang menggigilkan, keduanya mungkin akan baik untuk mendinginkan bara di tubuhnya. 

Summer mengenakan sepatu dan jaketnya kembali dan keluar dari pintu belakang dengan senter di tangan. Masih ada beberapa jam lagi sebelum matahari terbit dan Summer akan bisa melihat dengan jelas kerusakan seperti apa yang sudah diakibatkan kecelakaan tersebut. Saat ini, ia belum ingin memikirkannya. Ia ingin fokus mengeluarkan pria itu dari rumahnya dulu dan menyerahkan tanggungjawab itu pada pihak yang lebih berwenang merawat sang playboy kaya itu. 

Saat mencapai mobil, Summer berusaha untuk tak melihat. Ia akan punya waktu untuk mengurus segalanya nanti. Ia bergegas membuka pintu mobil dan mencari. Summer meraih dompet dan ponsel pria itu dan menyambar satu tas bepergian pria itu, memastikan itu adalah pakaian dan kebutuhan harian Gerald lalu kembali ke rumah. Tak sekalipun ia menoleh ke belakang. Nanti, nanti saja. Ia hanya ingin pria itu pergi secepatnya agar ia bisa kembali melanjutkan hidup seperti biasa, berjuang untuk bertahan dan menghindar dari peringatan bank walaupun kali ini akan sulit, dengan kerusakan panen yang terjadi. But anyway, she will find a way to survive. She always does.

"Kau mungkin ingin berpakaian dulu sebelum mereka datang menjemputmu." Summer meletakkan tas bepergian pria itu di dekat kakinya lalu ponsel serta dompet di atas meja di dekat pria itu. Summer melihat pria itu berusaha meraihnya tapi gagal. Gerald lalu menggeleng. Melihatnya, Summer berdecak.

"Kau tidak mungkin meninggalkan tempat ini hanya dengan celana dalam," lanjut Summer lagi. Ia lalu meraih tas pria itu, membuka dan mengaduknya. "Katakan apa yang kau butuhkan, aku akan mencarikannya untukmu. Ini boleh?" Summer menarik sweater tebal rajutan berwarna abu muda. 

"Ya, apa saja," jawab pria itu. Dia mengerutkan kening saat mencoba melepaskan jubah yang dikenakannya. Summer mengangguk. Lalu ia juga menarik celana training hitam yang ditemukannya. "Ini saja ya, agar lebih mudah dikenakan."

Pria itu hanya mengangguk. 

Lalu bagian tersulitnya adalah membantu pria itu berpakaian. Bahkan Summer berani bersumpah tangannya sedikit bergetar. Saat selesai, ia boleh dibilang melompat menjauh. 

"Okay, done."


The Billionaire's CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang