Happy reading, semoga suka.
Full story sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
Pembelian di Karyakarsa sebaiknya via web saja ya : www.karyakarsa.com (tidak perlu pakai koin, lanjut pembayaran seperti biasa)
Untuk bab per bab dan paket semua lengkap di KK.Enjoy
Luv,
Carmen_________________________________________
Summer yakin kalau ia sama terkejutnya seperti Gerald. Tapi ia sudah mengambil keputusan. Tawaran pria itu cukup masuk akal. Ia bisa menerimanya. Tapi mereka akan menikah dengan kesepakatan dan pengaturan jelas, agar tidak menjadi masalah di masa yang akan datang dan seperti kata Gerald, jika... jika ini tak berhasil, mereka bisa kembali ke hidup masing-masing dan masih menjadi teman baik.
Summer lalu mengangguk. "Ya, tapi aku menginginkan perjanjian pernikahan, dibuat oleh notaris. Dan aku ingin Ellie dan Maria keluar dari hidupku sepenuhnya. Aku tidak mau lagi ada kaitan dengan mereka."
"Consider it done," jawab Gerald cepat. "Lalu kita akan melunasi utang bank dan aku akan menangani perusahaan ibu tirimu itu." Setelah berhenti sejenak seolah sedang berpikir, Gerald melanjutkan. "Bagaimana dengan tempat tinggal? Kurasa kau tak akan bersedia tinggal bersamaku di LA, bukan?"
Summer mendesah pelan. Sepertinya itu akan menjadi masalah pertama bagi mereka, terutama bila tidak ada yang mau mengalah. Summer sudah pasti tidak mau pindah karena hidupnya ada di sini, rumahnya, kebunnya, pekerjaannya. TapTapi hidup Gerald ada di LA. Namun ucapan pria itu kemudian membuatnya terkejut, agak lega sebenarnya.
"Actually, we can just stay here. Kita bisa merenovasi tempat ini."
Ia menatap Gerald dan melihat pria itu tampak tulus dan bersungguh-sungguh. Lalu ia melihat sekeliling rumahnya dan setuju pada Gerald, tempat ini memang membutuhkan perbaikan sejak lama. Perhatian kecil seperti itu dari Gerald entah kenapa membuat Summer tersentuh. He always pays attention.
"Kau tak keberatan?" tanya Summer kemudian.
"I'd love being here. In fact, aku suka berada di mana saja asal denganmu."
Summer akan berbohong bila ia tak berdebar. Pernikahan rancangan ataupun bukan, ia akan bohong bila berkata tak tertarik pada pria itu. Tapi rasanya... masih seperti mimpi. Apakah mereka akan benar-benar menikah? Memikirkannya saja, dada Summer sudah mengembang.
"Aku akan membangun helipad di sini."
"Huh?"
"Helipad, Summer. Untuk memudahkanku bolak balik LA dan tempat ini setiap hari. Untuk efisiensi, menghemat waktu dan menghindarkanku dari macet."
Tentu saja, batin Summer. Pria yang akan menjadi suaminya ini bukan sembarang orang. Berangkat kerja dengan helikopter? Apa yang bisa dikatakannya selain menyetujuinya?
"Oke, ada tanah kosong yang lebih dari cukup untuk dibangun helipad," ujar Summer.
"Bagus." Kini, pria itu terdengar senang. "Kita akan mempertahankan penthouse di LA, jadi kapanpun kau ke LA, kita bisa bebas menginap di sana."
Lagi, Summer hanya mengangguk. Now everything looks real.
"Dan Summer," panggil pria itu lembut sehingga Summer kembali menatapnya. "Aku tahu pernikahan kita tak biasa tapi... menepikan poin kesepakatan, i want our marriage to work, like a real one. Do you understand?"
Summer bersyukur ia tidak memerah seperti kepiting rebus. Tentu saja ia mengerti. Ia tidak sepolos itu. Gerald sudah menekankan bahwa dia menginginkan Summer dan walaupun pernikahan mereka adalah sejenis kesepakatan yang saling menguntungkan, tentu saja Gerald juga menginginkan pernikahan sesungguhnya, di tempat tidur. Bahwa ini bukan sekadar pernikahan platonis.
Ia kembali mengangguk. Matanya bergetar halus saat ia mempertahankan tatapan mereka dan menanyakan pertanyaan tersebut. "Um... apa... apa kau nantinya juga akan menginginkan anak-anak?" Summer merona malu.
"Ya, tapi aku tidak buru-buru, Summer. Aku ingin berlatih membuat bayi dulu denganmu."
Gerald tertawa saat pipi Summer terasa semakin panas.
"Kita bisa mulai malam ini."
Pria itu menunduk ke arahnya dan Summer buru-buru meletakkan telapaknya di dada pria itu, untuk menjaga jarak.
"Kau masih belum sepenuhnya sembuh."
Ya Tuhan, ia malu sekali. Haruskah mereka mendiskusikan hal semacam ini?
"Aku bersedia mengambil resiko kalau kau bersedia," goda pria itu.
Summer tertawa gugup. "Tidak, not now."
"Tomorrow?" tanya Gerald terdengar penuh harap.
Summer menggeleng. "Tidak. Apa hanya itu yang kau pikirkan?" ledek Summer.
Lalu seakan baru sadar, ia menambahkan dengan suara agak sedih. "Siapa yang akan aku undang ke pernikahan kita? Kau pasti menginginkan upacara pernikahan dan pesta, bukan?" Tapi Summer, bahkan tidak memiliki siapa-siapa. Ini memalukan.
Gerald tersenyum lalu tiba-tiba menarik Summer ke dalam pelukannya. "Lupakan dulu hal-hal seperti itu. It has been a long night. I think we need to sleep first," ucap pria itu lembut.
Dan Summer terkejut saat Gerald kemudian tiba-tiba membopongnya lalu berdiri dari sofa.
"Gerald! Apa yang kau lakukan?!"
"Bring you to bedroom. You need to change, to clean and to sleep."
"Will you stay?" tanya Summer kemudian saat mereka tiba di kamar.
"Kalau kau berjanji tidak mengambil keuntungan dariku."
Saat Summer naik ke ranjang, nyaman dan berbalut piyama tua kesukaannya, ia mendesah nikmat saat pria itu memeluknya.
"I love the way you smell," bisik pria itu sambil membenamkan wajah ke rambut Summer.
Summer tidak mengatakan apapun. Ada banyak yang memenuhi benaknya. Malam ini, ia baru sadar bahwa ia sudah dikhianati oleh orang-orang yang dipanggilnya sebagai keluarga. Tapi pria ini, pria yang baru dikenalnya ini, bersedia mengulurkan tangan membantunya. Gerald tak memberi janji manis ataupun mengucapkan kebohongan seperti cinta dan hal-hal indah penuh dusta, tapi pria itu menawarkan persahabatan. Itulah yang dibutuhkannya saat ini. Seorang sahabat yang bisa ia andalkan, yang memiliki kekuasaan cukup untuk melindunginya dan membentenginya dengan pengacara handal, seseorang yang bisa membantunya mendapatkan kembali kontrol hidupnya dan membebaskannya dari keluarga tirinya yang jahat.
Summer membutuhkan pria seperti Gerald Cunningham.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cinderella
RomanceJust like some cliche love story, between a billionaire and modern Cinderella. But hey, who doesn't love a fairy tale love story?