Happy reading, semoga suka.
Di Karyakarsa sudah update sampe bab 11 kalau mau baca duluan.
Kalian boleh follow saya di sana: carmenlabohemian
EnjoyLuv,
Carmen___________________________________________
Sial! Kepala Gerald rasanya mau pecah dan ia kesal sekali saat mendengar teriakan Edgar dari seberang. Pria itu menyebutnya sembrono dan tak bertanggungjawab. Lagi. Sungguh, terkadang kelakuan Edgar melebihi ayahnya. Pria itu suka sekali berlagak seolah dia adalah ayah kandung Gerald, alih-alih kakak lelakinya yang hanya terpaut jarak tujuh tahun.
Segera saja, Gerald sudah menyesali keputusannya menelepon Edgar. Tapi jika ada yang bisa mengatur helikopter agar datang menjemputnya, maka pria itulah orangnya. Masalahnya, Gerald juga tidak tahu di mana ia berada.
'Kenapa ini bisa terjadi?' Sungguh, Edgar terdengar seperti kaset rusak.
"Ya, menurutmu kenapa?!" Akhirnya Gerald tak tahan lagi.
'Jadi kau menyalahkanku atas sikap sembronomu sendiri? Kau bahkan tak mengecek fungsi rem mobilmu. Kau bisa saja mati! Benar-benar ceroboh!'
Berbicara dengan Edgar benar-benar membuat kepala Gerald bertambah sakit. Mungkin hanya dia satu-satunya pria berusia 30 tahun yang membiarkan kakak lelakinya mengomelinya seperti ini. Hobi Edgar yang lain, tentu saja.
"Kan kau yang menyuruhku buru-buru pulang!"
'Karena kau punya tanggungjawab!"
"And yeah, bla, bla, bla... Jadi kau mau mengirim helikopter medis untukku atau tidak?"
'Kau bahkan tidak tahu di mana kau berada.'
Kali ini Edgar benar. Gerald memijat kepalanya yang sakit. Lalu menghela napas. "Oke, wanita pemilik rumah ini sedang mandi, telepon saja nomor ini lima belas menit lagi, kurasa saat itu dia sudah selesai. Dia yang akan mengatakan alamatnya padanu."
'Mengapa dia ada di kamar mandi? Mandi malam?' Edgar terdengar curiga. 'Jangan bilang padaku kalau kau berhubungan seks dengannya.'
Mendengar itu, Gerald langsung menyumpah. "Ya ampun, Ed. Aku tidak meniduri wanita itu. Itu bukan penyebab kenapa dia sedang mandi, Berengsek! Dia berlari dalam hujan dan badai demi menolongku, menarikku keluar dari mobil dan memapahku ke rumahnya. Dia basah kuyup dan kedinginan, karena itulah dia sedang mandi sekarang. Jesus! Kau benar-benar memandang rendah diriku."
Terdengar tawa bergetar di ujung telepon tapi Gerald terlalu marah untuk merespon. Pikiran Edgar, dia lucu?!
"Dengar, aku sedang muak berbicara denganmu. Telepon saja sepuluh menit lagi. Dan kau boleh menanyai wanita itu dengan semua pertanyaan tololmu."
'Apa kau tadi minum-minum sebelum mengemudi?'
Gerald kembali menyumpah. Apa kakaknya itu tak punya simpati? "Tidak, aku tidak minum, puas? Kepalaku sakit dan seluruh tubuhku sakit dan aku sedang tidak mood meladeni pertanyaan tololmu!" Lalu ia mematikan telepon dan melemparnya ke meja kecil di sampingnya dan menutup matanya sejenak. Ya Tuhan, ia lelah sekali.
Ketika telepon wanita itu berbunyi kembali, mungkin dua menit kemudian, musik lembut yang mengalir dari benda itu bukannya membangunkan Gerald tapi malah membuatnya hampir tertidur. Ia mengabaikan telepon yang berbunyi itu dan nyaris jatuh tertidur. Atau mungkin ia memang sempat tertidur karena Gerald tak mendengar wanita itu kembali ataupun menangkap pembicaraannya di telepon. Baru kemudian tepukan lembut di pundaknya yang memaksanya harus merespon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cinderella
RomanceJust like some cliche love story, between a billionaire and modern Cinderella. But hey, who doesn't love a fairy tale love story?