Happy reading, semoga suka.
Bab 31 sudah update di Karyakarsa. Mengandung adegan dewasa ya (adult content 21+) - so sesuaikan dengan usia masing2.
Kalian boleh follow akun saya di KK: carmenlabohemian
Enjoy
Luv,
Carmen___________________________________________
Summer membuka mata dan menyadari bahwa ia masih memeluk boneka yang dihadiahkan Gerald padanya. Butuh sesaat baginya untuk memproses semuanya dan sadar bahwa malam tadi ia tidak tidur sendirian. Summer berbalik, mengira akan menemukan Gerald di sisi ranjang yang lain tapi yang ditemukannya hanyalah ranjang kosong. Jelas kalau Gerald sudah pergi.
Benarkah ada sedikit rasa kecewa? Summer tak percaya ia memiliki pikiran seperti itu. Ia buru-buru bangkit dan memutuskan untuk mandi, sambil mengomeli dirinya sendiri karena dengan mudahnya kembali terperangkap dalam pesona pria itu.
Summer berusaha untuk tidak memikirkan tentang kejadian malam tadi. Ia berkata pada dirinya sendiri bahwa Gerald hanya bersikap seperti pria sejati, dia datang untuk mengecek Summer karena rasa khawatirnya. Tidak lebih daripada itu. Memang harus Summer akui, sejauh ini, Gerald sangatlah baik. Bahkan pria itu tidak sekalipun memanfaatkan kesempatan saat ia tidur, tidak juga berusaha memaksakan diri padanya. Lalu ciuman-ciunam kemarin? Summer memerah saat mengingatnya. Well, ciuman-ciuman itu tidak ada artinya bagi Gerald, mungkin memang seperti itulah cara sang playboy menghibur hati para wanita yang menurutnya sedang bersedih. Summer berusaha untuk tidak mengingat ciuman-ciuman tersebut, terutama ciuman yang diberikan oleh Gerald saat Summer membuka pintu depannya.
"Jangan bodoh, Summer," beritahunya pada diri sendiri. "Dia hanya bersikap baik padamu karena dia merasa berutang padamu. Dan tentu saja dia tidak benar-benar ingin mengajakmu berkencan."
Summer tahu pria itu hanya kasihan padanya. Tidak mungkin juga seorang Gerald Cunningham ingin mengencaninya. Tak ada pria yang ingin mengencaninya. Faktanya, Summer tak pernah sekalipun pergi berkencan. Karena apa? Karena ia bukan tipe wanita yang diinginkan pria. Summer tahu itu. Ia sudah diberitahu tentang kenyataan itu selama bertahun-tahun - tak akan ada yang tertarik pada Summer Reed yang kaku dan tak pandai bergaul juga membosankan.
Setelah mandi dan berpakaian, ia turun ke dapur dan menemukan bahwa pria itu ternyata masih sempat membuat sarapan. Dia meninggalkan omelet, selapis roti berselai kacang, secangkir susu hangat dan segenggam beri liar. Sambil tersenyum seperti wanita tolol, Summer menghabiskan sarapan itu lalu membawanya ke wastafel.
Saat Summer baru akan bersiap menuju ke rumah kaca, ia mendengar pintu belakang dibuka. Saat menoleh, ia melihat Gerald masuk dan menutup pintu di belakangnya. Spontan, Summer bertanya heran. "Kupikir kau sudah pulang, Gerald?"
Gerald hanya menyengir saat menatap Summer lalu pria itu seenaknya mendekat dan meraup serta menarik pinggang Summer mendekat. "Selamat pagi, Malaikat Cantikku." Pria itu kemudian menciumnya.
Tapi semua protes yang akan diucapkan Summer menghilang saat bibir pria itu melekat di bibirnya dan ia meleleh dalam pelukan Gerald.
"Kau... Kau... Kenapa kau masih di sini?" tanyanya kehabisan napas saat akhirnya Gerald memutuskan ciuman mereka.
"Aku sebenarnya ingin membantumu membersihkan rumah kaca..."
"No, you don't!" ujar Summer sambil membelalak ngeri.
Gerald mendesah sedih dan mengangkat bahu. "Sudah kuduga kau akan beraksi seperti itu, jadi aku mengurungkan niatku."
"Thank you," ucap Summer lega. "Kau hanya akan membuatnya semakin berantakan."
"Tapi sarapanku tidak buruk, bukan?" Gerald kini sudah bergerak ke arah wastafel, mengecek piring-piring kosong di sana. "Kau menghabiskannya."
"Ya, tidak buruk." Summer terpaksa setuju. "Terima kasih."
Cengiran menyebalkan itu lagi. "Sudah kubilang, sharing is the best."
Summer memutar bola mata.
"Aku juga suka berbagi ranjang denganmu."
"Don't start, Cunningham!"
Sebagai balasan, pria itu hanya tertawa.
"Aku juga suka ketika kau kesal dan marah..."
"Oh! Apa sih yang kau ingjnkan?!" tanya Summer mulai kesal.
"Aku yakin kau pasti ingin segera mengusirku, bukan?"
Summer melirik pria itu sekejap dan melembut. "Well, tidak persis begitu. Tapi aku tahu kau butuh istirahat dan ada baiknya kalau..."
"Bagaimana kalau begini?" potong pria itu tiba-tiba. "Aku akan menelepon David sekarang dan menyuruhnya menjemputku. Aku tahu kau sibuk. Tapi kau harus menjawab teleponku dan membalas setiap pesanku, tanpa terkecuali."
"Kalau tidak?"
"Aku akan datang lagi ke sini untuk mengecek keadaanmu dan memastikan kau baik-baik saja."
"Oke, oke," ucap Summer cepat, terpaksa mengalah.
"Dan..."
"Apa lagi?"
"Aku ingin mengajakmu makan malam."
Summer mendelik.
"Tidak sekarang," tambah Gerald cepat. "Tapi kau akan mempertimbangkan ajakanku, oke?"
Summer berpikir sejenak sebelum menjawab enggan. "Baiklah."
"Baiklah apa?"
"Baik, aku akan mempertimbangkannya."
Senyum Gerald melebar dan kekesalan Summer langsung mencair. Sial! Ia lemah sekali pada pria pemaksa ini.
"Ayo, sekarang kau telepon David."
"Apapun perintahmu, Summer. Akan kulakukan."
Gerald mengedipkan sebelah matanya lalu mengeluarkan ponsel dari saku.
Ya Tuhan, apa yang harus dilakukannya pada pria yang satu ini? batin Summer.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cinderella
RomanceJust like some cliche love story, between a billionaire and modern Cinderella. But hey, who doesn't love a fairy tale love story?