Bab 29 A

1.6K 366 23
                                    

Mature Content 21+

Happy reading, semoga suka.

Full version ada di Playstore and Karyakarsa.

Seri yang sama sudah tayang juga di Wattpad ya, sila cek sendiri di lapak, jangan lupa baca introductionnya dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seri yang sama sudah tayang juga di Wattpad ya, sila cek sendiri di lapak, jangan lupa baca introductionnya dulu.

Seri yang sama sudah tayang juga di Wattpad ya, sila cek sendiri di lapak, jangan lupa baca introductionnya dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Gerald tidak membuang-buang waktu. Pria itu tampak begitu dipenuhi gairah sehingga seluruh tubuh Summer berdesir hanya karena menatap mata pria itu yang menggelap oleh hasrat. Bahkan bagi Summer yang tidak berpengalaman, ia bisa membaca dengan jelas gairah yang tercetak di kedua mata pria itu. Gelap, liar tetapi juga menggairahkan.

"Sekarang giliranku, Summer," bisik pria itu lagi serak lalu merendahkan kepalanya ke dada Summer yang membusung terbuka. Saat mulut pria itu menyentuh dadanya, Summer mengeluarkan desahan pelan. Pria itu menciumi dadanya lembut, sebelum mengulum puncak-puncaknya lalu mengisap keduanya. Sentakan arus listrik itu menghantam perut Summer dan seluruh tubuhnya bergetar. Jari-jari Gerald kemudian mulai menarik turun celana dalam Summer. Mulut pria itu lalu berkelana ke perut Summer, meninggalkan kecupan-kecupan yang membuat Summer ingin menggelinjang. Ia tersentak kaget saat mulut Gerald tiba-tiba berlabuh di paha dalamnya.

"Ge... Gerald..."

Gerald mengabaikan protes kecil dalam suara Summer dan terus melanjutkan ciumannya, menuruni kaki-kaki telanjang Summer.

"Oh!"

Summer bergetar oleh antisipasi, terlebih ketika ia merasakan bibir pria itu menciuminya dan perlahan-lahan kembali menjalar naik. Ia tidak tahu bahwa mulut seorang pria bisa membuatnya merasakan hal seperti ini, mengaduk-aduk tubuhnya, membuat seluruh tubuhnya seolah mengetat. Tangan-tangan Gerald kini memijat otot-otot paha dalamnya sementara mulut pria itu kini terasa semakin dekat... semakin dekat ke pusat kewanitaannya yang berdenyut-denyut.

Oh Lord!

Summer menahan diri agar tidak mengeluarkan desahan keras. Ia tak ingin mempermalukan dirinya sendiri dengan mengeluarkan desahan-desahan aneh dari mulutnya. Tapi ia mengerang di dalam kepalanya. Oh Lord, Oh Lord... pria itu membuatnya gila, tangannya, mulutnya... Gerald tahu bagaimana harus mencium dan menyentuh Summer. Pria itu tahu di mana dan seperti apa ciuman dan sentuhan yang harus diberikannya pada Summer. Tapi tentu saja pria itu tahu, ini adalah Gerald Cunningham, Summer yakin pria itu sudah mencium ribuan wanita, dia sudah berlatih ribuan kali dan hal ini sudah biasa bagi pria itu. Namun semua ini berbeda bagi Summer. Ini adalah pengalaman baru baginya, merasakan sensasi baru seperti ini adalah hal pertama baginya. Ia tidak tahu apakah ia beruntung ataukah tidak karena pria pertamanya adalah Gerald Cunningham, sang playboy paling tenar seantero negeri.

Ciuman Gerald kian mendekat dan tubuh Summer kian terbakar. Ia tegang menunggu saat Gerald dengan ahli melebarkan kedua pahanya dan menempelkan ciuman sangat ringan di atas kewanitaannya yang berdenyut hebat.

"Oohh!"

Erangan memalukan keluar dari mulutnya tapi sejujurnya Summer tak lagi benar-benar peduli. Pria itu terlalu ahli. Mulutnya yang memang berbakat dalam mencium wanita membuat Summer mabuk kepayang. Mulut pria itu kini sedang menggoda bibir bawahnya yang bengkak. Terus menggoda sampai...

"Ooohhh!"

Tubuhnya masih bergetar oleh guncangan nikmat itu saat Gerald berbisik dari atas perutnya yang berkedut.

"How sweet," bisik pria itu sambil menciumi pusar Summer dan membuatnya mengejang kembali. "But I'll promise, the longer it takes the better it is, Summer."

"Aku... suka sesuatu yang... efisien." Summer mendesahkan kalimat itu susah payah di saat tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih dari orgasme yang baru diraihnya.

"Kau tidak menggunakan kata efisien dalam bercinta, Summer. We use our body to feel each other and our feeling and slowly build our orgasm."

Summer tak mengerti, tapi ia rasa tubuhnya akan mengerti. Ia tidak ingin menyebut kegiatan seks mereka sebagai bercinta tapi ia juga tidak ingin mengoreksi kata-kata pria itu. Summer lalu mencari kata-kata yang tepat untuk membalas kalimat Gerald, namun sebelum Summer sempat membalas ucapan pria itu, pikirannya kembali teralihkan. Ia melihat dengan takjub bagaimana pria itu bangun lalu berdiri di ujung ranjang. Dan Summer harus mengakui bahwa pria itu memang spesimen yang sempurna, bukan hanya wajahnya yang menawan tapi maskulinitasnya membuat Summer bergetar. Tubuh pria itu indah, kokoh dan berotot dan walaupun kamarnya berpencahayaan remang, Summer bisa melihat kejantanan pria itu yang tergantung kuat di antara kedua kakinya. Ia menelan ludah. Lalu dilihatnya Gerald membungkuk untuk meraih celananya dan mengeluarkan bungkusan kecil. Awalnya, ia bahkan tidak menyadari apa itu sampai Gerald yang memberitahunya.

"Apa itu?" tanyanya.

"Kondom," jawab pria itu sambil terseyum menatapnya.

"Kondom?" Summer membeo tolol. Lalu benaknya yang tadi lumpuh kembali bekerja. Ya ampun, pria itu membawa kondom bersamanya. Apakah Gerald bahkan sudah merencanakannya?

"Perlindungan. Aku selalu menggunakannya. Selalu!" Gerald sepertinya merasa perlu untuk menekankan kata terakhirnya.

Dan kata itu juga menghantam Summer. Pria itu selalu mengenakannya? Selalu? Untuk perlindungan? Jadi apakah menurut Gerald, Summer tidak aman? Dan mungkin ekspresi wajahnya menggambarkan semua yang ada dalam pikirannya karena Gerald kemudian buru-buru menjelaskan.

"Kau salah paham. Aku tahu ini saat pertama bagimu, jadi kau bukanlah resiko untukku. Aku hanya ingin menegaskan bahwa kau tak perlu mencemaskan hal serupa tentang aku." Gerald naik kembali ke ranjang dan mendekati Summer, lengannya meraih Summer dalam pelukan. "Aku ingin kau tahu bahwa selama ini aku selalu berhati-hati. Aku juga bersih dan bebas resiko."

Mata Summer melebar. Pikiran seperti itu tak pernah melintas dalam benaknya. Dan hal itu seolah telah meletakkan semacam batas kecil di antara Gerald dan dirinya. Mereka berdua sangatlah berbeda. Ini adalah kali pertama bagi Summer, sedangkan bagi Gerald ini adalah yang kesekian kalinya dan merupakan hal biasa bagi pria itu. Summer yakin pria itu bahkan tidak lagi bisa menghitungnya.

"Summer?" panggil pria itu hati-hati. Dan dengan enggan, Gerald kembali menambahkan. "Kita tidak perlu melakukan ini, Summer... kalau kau belum siap."


The Billionaire's CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang