Bab 28

1.7K 373 14
                                    

Happy reading, semoga suka.

Dont forget to vote and comment.

Versi lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.

Di Karyakarsa, cari : carmenlabohemian dan buka di bagian Karya, silakan cari tag-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di Karyakarsa, cari : carmenlabohemian dan buka di bagian Karya, silakan cari tag-nya.

Di Karyakarsa, cari : carmenlabohemian dan buka di bagian Karya, silakan cari tag-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beli lewat website lebih murah ya : www.karyakarsa.com

Enjoy

Luv,

Carmen

_____________________________________________________________________________

Gerald tidak tahu bahwa jantung Summer berdegup begitu kencang ketika merasakan jari-jari pria itu di pinggiran bra-nya, begitu juga pengaruh kata-kata Gerald yang menciptakan jutaan fantasi liar di dalam kepalanya. Ia tidak berani bernapas saat merasakan ujung jari-jemari pria itu bergerak pelan merayap ke tulang rusuknya lalu pelan-pelan bergerak ke belakang punggung Summer. Napasnya terkesiap halus saat pria itu akhirnya membuka kait bra-nya. Kemudian dengan pelan, jari-jemari Gerald merayap balik, mengakibatkan bra-nya jatuh dari bahu Summer ke depan tubuh mereka. Dengan cepat Summer melepaskannya dan menyingkirkan benda tersebut. Ia tak ingin perhatian Gerald terpecah, ia masih ingin merasakan sentuhan ujung jari-jemari pria itu di tubuhnya. Summer menarik napas dalam dan kembali menahannya, ia menutup kedua matanya dan menunggu, ia menunggu pria itu menyentuh kedua payudaranya yang terasa berat dan ketat karena mendamba.

"So Summer, do you want me to go fast or you want me to take it slow?" bisik pria itu lagi serak.

Yang Summer inginkan sekarang adalah merasakan tangan pria itu di dadanya. "More slow, more torture," bisiknya dengan napas terengah. Summer tak yakin ia menginginkan pria itu berlama-lama menyiksanya seperti ini, membuatnya menunggu dan mendamba, siksaan lamban yang membuatnya frustasi. Tidak bisakah pria itu melabuhkan saja tangannya di dada Summer?

Summer membuka mata ketika jari-jemari pria itu malah menjauh dan kini sedang mengelus pinggangnya. Saat ia menatap Gerald, ia bisa melihat pria itu sedang menatap dadanya yang terbuka. Walaupun Summer tak berpengalaman, ia tidak mungkin salah menerjemahkan gairah di kedua mata Gerald. Matanya yang membara sudah memberitahu Summer semua yang dirasakannya. Dan saat mereka bertatapan, Summer merasa seperti tersengat, terlebih ketika pria itu melebarkan telapaknya di tulang rusuk Summer, membungkusnya, begitu dekat di bawah lekukan dada penuhnya.

"Kau lebih suka yang cepat, Summer?" tanya pria itu kemudian, tersenyum dengan seringai khasnya yang arogan.

"Mungkin." Summer bahkan tidak punya pengetahuan tentang itu, yang ia tahu hanyalah ia menginginkan Gerald meredakan denyut di tubuhnya.

"Terkadang, Summer, ada hal-hal yang lebih baik dinikmati pelan-pelan." Lalu jari Gerald bergerak malas di tengah jalur dada Summer dan naik hingga ke dagunya, mengangkat pelan dagu Summer saat dia merunduk untuk menciumnya sebelum berbisik, "Dengan begitu, kau akan merasakan nikmat yang lebih banyak."

Tak pelak, wajah Summer memerah panas.

"Ada hal-hal yang membutuhkan sedikit rayuan, bisikan-bisikan yang menggoda. Ada juga yang membutuhkan ciuman." Gerald bergerak menempelkan bibirnya di lekuk leher Summer, di bahunya, lalu pergelangan dalamnya. "Ada juga yang membutuhkan sentuhan tangan, seperti ini..." Summer terkesiap saat pria itu meletakkan tangannya di paha Summer yang masih terbalut celana tidur panjang, tapi ia bisa merasakan panasnya kulit pria itu lewat pakaiannya, bisa merasakan sentuhan dan pijatan pria itu yang merambat naik turun.

Untuk sesaat yang singkat, Sunmer kembali membiarkan sikap insecure-nya kembali menguasainya. Ia berpikir apa mungkin ia bisa mengimbangi pria sekaliber Gerald Cunningham. Namun secepat perasaan takut itu datang, secepat itu pula perasaan tersebut menghilang, tatkala jemari Gerald naik ke dadanya dan kedua ibu jari pria itu menyentuh puncak Summer. Sentuhan pria itu seperti layaknya minyak yang membuat api di dalam tubuhnya membesar, seketika Summer bisa merasakan gairahnya semakin membakar tubuhnya. Napasnya tercekat di tenggorokan ketika pria itu merendahkan kepala dan menyapukan bibirnya di kedua puncak Summer yang mengeras.

Summer tersesat dalam sensasi yang diciptakan bibir, gigi dan lidah pria itu. Ia bisa merasakan kehangatan mulut Gerald yang menguasainya, lidah ahli pria itu dan gigi-giginya yang membuat Summer berjengit nikmat. Ia kini tak lagi cukup hanya duduk dan memeluk pria itu, Summer ingin merasakan kulit mereka bersentuhan, ia ingin...

Tangannya bergerak meraba ujung kemeja pria itu. Gerald menangkap sinyalnya dan tanpa memutuskan ciumannya, dia dengan ahli membuka kancing kemeja dan melepaskannya dari tubuhnya. Tangan-tangan Summer lalu bergerak untuk meraba kekerasan otot pria itu.

"We should take this off too," ujar Gerald saat dia menjauhkan bibirnya dari dada Summer.

"Yes."

Summer bergerak turun dari pangkuan Gerald dan mengaitkan jemarinya di kedua sisi pinggang dan menarik turun celananya, membiarkan Gerald menikmati pemandangan tubuhnya.

"Kau tidak ingin aku yang melakukannya?" tanya pria itu dengan nada menggoda. "Kau tampak tak sabar."

"Lebih efisien," jawab Summer sembarangan.

Lalu ia bergerak kembali ke arah Gerald dan menjulurkan tangan untuk meraih ikat pinggang pria itu. "You need to undress too."

Pria itu lalu menyandarkan dirinya ke kepala ranjang dan menatap Summer dengan tatapan menantang. "Well, kurasa kau tidak membutuhkan bantuanku."

Summer berharap suaranya tak terdengar gugup. "Yeah, kurasa kita berdua setuju kau terlalu lamban." Well, ia membutuhkan ini untuk membuat rasa percaya dirinya membaik. Walau hanya berpura-pura seperti ia berpengalaman, itu lebih baik daripada berbaring dan hanya menunggu. Ia juga ingin berpartisipasi. "Aku pernah melepaskan celanamu sekali. Kurasa kita bisa bilang bahwa aku sudah ahli dalam hal ini."

"Oh... Well, let's see."

Summer lalu membuka kepala ikat pinggang pria itu lalu kancing celana Gerald sebelum menarik turun risleting pria itu. Setelahnya, ia menarik celana itu dari tubuh bawah Gerald hingga lepas dari kedua kakinya dan kembali lagi untuk melepas boxer pria itu. Begitu kejantanan Gerald terbebas, Summer berusaha untuk tak terkesiap.

Tapi ia tak punya banyak waktu untuk mengagumi karena Gerald meraihnya cepat dan sedetik kemudian Summer menemukan dirinya berbaring di atas ranjang. Gerald di menjulang atasnya. Besar, tampan dan bergairah.

"Giliranku," ujar pria itu dengan suara dalamnya yang serak.

Dan jantung Summer langsung berdetak tak karuan.

The Billionaire's CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang