Sebenarnya Jiang Cheng bukanlah tipe orang yang penurut, dimana ia akan melakukan sesuatu persis seperti bagaimana ia telah diperintahkan. Namun, hari ini Jiang Cheng tidak sedikitpun berkeinginan untuk menentang perkataan Lan XiChen, saat pria itu memintanya untuk tetap di dalam bak, maka Jiang Cheng akan diam di dalam bak. Tidak peduli jika pria itu telah pergi terlalu lama hingga air di dalam bak kayu mulai dingin, Jiang Cheng menggigil, namun ia tak kuasa menopang tubuhnya sendiri menggunakan dua kaki yang terkilir.
Mata setajam pedang yang redup itu terpejam untuk waktu yang lama. Jiang Cheng memeluk kedua kakinya sendiri, sesekali memijat ringan daerah di sekitar pergelangan kakinya. Sial, itu sakit. Napas Jiang Cheng yang awalnya stabil mulai putus-putus karena nyeri mulai merambati tubuhnya sekali lagi, terutama pada perut bagian bawahnya.
Cengkraman Jiang Cheng pada tubuhnya menguat, ia tidak mau mengingatnya....Jiang Cheng tidak pernah mau mengingat saat dimana kakinya direntangkan dan dipaksa untuk menerima bajingan orang-orang Wen itu, tapi semua rasa sakit dan kenangan itu seolah tak bisa dikendalikan dan mulai menyerang kepalanya.
Air di dalam bak mulai beriak, Jiang Cheng mendengus kasar, kebencian dan rasa jijik, hidungnya mengerut karena ia tahu semua itu ditujukan untuk dirinya sendiri. Kenapa dia tidak memilih mati? Kenapa dia tidak memilih mati sejak awal?
Daging dimana jemari lentik Jiang Cheng mencengkram mulai memucat, samar setetes darah menetes dari kulit yang terkoyak. Dengan susah payah Jiang Cheng menelan ludahnya, bahkan tersedak karena kepanikan tanpa alasan melingkupi hatinya.
Apa ini? Jiang Cheng....dia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Mengapa setelah semua mimpi buruk itu berlalu, ia justru mulai merasakan efek sampingnya?
Telapak tangan dengan sisa-sisa kapalan akibat berlatih pedang itu beralih menggosok setiap inchi tubuhnya sampai kemerahan. Sepertinya sakit akibat memar di kedua pergelangan kakinya tidak sebanding dengan kenangan dari jemari kotor yang yang pernah menggerayangi dirinya.
Pelacur. Satu kata terngiang dan itu menghancurkan pertahanan terakhir pria bersurai hitam itu, teriakan putus asa bergaung di ruangan dengan dinding kayu ini. Jiang Cheng meraung dan menangis seorang diri, sampai pintu ruangan dibuka paksa dari luar.
BRAAKKK!!!!
"Jiang Cheng!" Seru sebuah suara dipenuhi kepanikan.
Akan tetapi, Jiang Cheng tidak akan pernah menjawabnya! Hei, pria malang itu sedang dilanda depresi oke?
Langkah kaki yang berat namun juga cepat dari sosok berjubah putih Lan XiChen telah menggetarkan lantai kayu. Jiang Cheng tidak menyadari kedatangannya sama sekali, ia masih sibuk menampar permukaan air sembari terus menerus menggosok kulitnya.
Mendapati semua emosi yang meluap dari sosok Jiang Cheng, Lan XiChen hanya menyumpah singkat di dalam hatinya. Persetan dengan dirinya yang baru saja berganti pakaian, Jiang Cheng memerlukan dirinya sekarang!
Tidak ada sedikitpun keraguan di dalam diri Lan XiChen saat pria itu melompat masuk ke dalam bak kayu dan meraih lengan Jiang Cheng untuk menariknya dalam sebuah pelukan erat.
Jiang Cheng meraung lebih keras, air matanya bercampur dengan air mandi yang sudah membasahi seluruh tempat. Namun, jangan remehkan kekuatan dari lengan-lengan kokoh kultivator Sekte Lan, meskipun Jiang Cheng sudah menendang dan menggelepar putus asa, Lan XiChen tidak sedikitpun mengendurkan rengkuhannya.
Lan XiChen, wajahnya pucat oleh kekhawatiran, "Jiang Cheng, Jiang Wanyin...tenangkan dirimu. Semuanya akan baik-baik saja, kamu aman bersamaku."
"Arrgghh!!!" Pekik Jiang Cheng sebagai balasannya, kemudian kain yang menutupi lengan kanan Lan XiChen robek akibat ledakan amarah Jiang Cheng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Darkness : XiCheng
FanfictionSekte Jiang jatuh dalam kegelapan. Tidak ada yang bisa mengulurkan tangan untuk menarik Jiang Cheng dari kubangan lumpur yang menenggelamkannya. Bagaimana jadinya jika Jiang Cheng yang kehilangan inti emasnya tidak pernah bertemu dengan Wei Wuxian? ...