Setelah berkeliling selama satu jam, Jiang Cheng akhirnya menyadari jika hanya ada total lima lumbung yang berdiri dibawah nama Sekte Wen di Yunmeng. Sejujurnya itu adalah lumbung yang besar, tetapi kekacauan saat Sekte Wen jatuh malam itu membuat banyak warga kalap dan mulai menjarah.
Jiang Cheng tidak bisa menagih semua jatah yang telah orang-orangnya ambil. Mereka mungkin telah kesulitan di bawah kepemimpinan Wen Ruohan selama ini. Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri Jiang Cheng hanya bisa menghela napas berat, ini benar-benar sulit.
Sejenak Jiang Cheng lupa alasan mengapa Nie Mingjue begitu ngotot untuk merebut kota sebelum musim dingin. Baiklah, itu memang wajar ketika seseorang kehilangan akal sehatnya saat merasa panik atau tertekan, tetapi Jiang Cheng sepertinya hanya terlalu terobsesi untuk segera membereskan masalah di hadapannya. Padahal semua itu tidak bisa ia lakukan sekaligus.
Tanpa sadar ia menunjukkan wajah frustasi yang cukup kentara bagi orang lain, Jiang Cheng berkacak pinggang sambil menatap pintu gudang makanan terakhir yang ia periksa. Jujur saja Jiang Cheng tidak berharap banyak di sini. Dan benar saja, begitu seseorang membuka pintu Jiang Cheng bisa melihat hampir separuh bahan pangan sudah hilang. Bahkan beberapa karung yang tersisa sudah robek hingga membuat isinya berceceran.
Ini bukan hal baik, tetapi Jiang Cheng masih bisa bersyukur karena setidaknya tidak akan seburuk yang ia bayangkan. Ia berbalik lantas memberikan perintah pada kultivator yang memandunya, "Pindahkan persediaan ke lumbung yang paling besar dan kokoh, aku akan meminta seseorang merenovasi sisa bangunan dan menjadikannya tempat tinggal sementara jika pasukan aliansi datang dan memerlukan akomodasi,"
"Baik, Jiang Zongzhu."
Jiang Cheng, "Kau bisa pergi sekarang." Sambil melambaikan tangan dengan acuh tak acuh.
Kultivator itu juga balik kanan dan mengikuti perintah Jiang Cheng, menyisakan seorang pemuda dengan wajah cantik sekaligus tampan itu seorang diri. Jiang Cheng menggenggam Sandu sambil terus menatap pada tumpukan karung goni, mungkin menghitung kemungkinan untuk masa depan.
Fitur wajahnya yang tajam seolah dipahat menggunakan pedang, indah dan rapi, sayang Jiang Cheng masih terlalu muda dan kurus untuk bisa disebut sebagai kecantikan yang luar biasa. Langit telah tertutup oleh awan, tidak lagi terlihat warna biru yang cerah. Jiang Cheng mengusap wajahnya kasar lalu pergi meninggalkan lumbung.
Ia berjalan cukup cepat saat hendak kembali ke Dermaga Teratai. Langkah kakinya lebar dan kuat, melihat alis mengeryitnya saja orang-orang akan mengetahui jika Jiang Cheng tidak dalam suasana hati yang baik.
Dalam kegusarannya Jiang Xheng pergi menuju kediaman Lan Qiren di Dermaga Teratai, ia yakin pak tua itu tidak akan berada di aula utama sejak ia sibuk mengulik informasi tentang apa yang terjadi di Luoyang. Hah...mengingatya saja membuat sakit kepala. Jiang Cheng menghentikan langkah kakinya yang kasar begitu pintu kamar Lan Qiren terlihat, ia menghembuskan napas kesal sebelum pergi mengetuk pintu.
Jiang Cheng, "Tuan Lan Qiren, apa Anda di dalam."
Suara berdehem terdengar, seolah meminta Jiang Cheng untuk masuk. Maka dari itu, ia mendorong pintu dan melihat Lan Qiren duduk dalam posisi sempurnanya, menghadap ke arah jendela yang terbuka. Pak tua itu menoleh melihat kedatangan Jiang Cheng, "Jiang Zongzhu, apa yang membawamu kemari?"
Jiang Cheng menudukkan kepalanya untuk memberian salam secara singkat, kemudian ia duduk di hadapan Lan Qiren, "Aku baru saja kembali dari mengecek lumbung. Hasilnya tidak terlalu baik, ada cukup banyak persediaan yang hilang karena rakyat menjarah lumbung-lumbung tersebut ketika pos Sekte Wen di Dermaga Teratai berada dalam kekacauan."
Mungkin Lan Qiren sudah memikirkan ini, tidak ada keterkejutan ataupun kekecewaan yang begitu dalam seperti yang dialami oleh Jiang Cheng. Sebaliknya, Lan Qiren jusru mengangguk dan meminta Jiang Cheng untung tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Darkness : XiCheng
FanfictionSekte Jiang jatuh dalam kegelapan. Tidak ada yang bisa mengulurkan tangan untuk menarik Jiang Cheng dari kubangan lumpur yang menenggelamkannya. Bagaimana jadinya jika Jiang Cheng yang kehilangan inti emasnya tidak pernah bertemu dengan Wei Wuxian? ...