Matahari bahkan belum terbit, langit gelap sejauh mata memandang. Udara dingin menusuk tulang setiap orang, tetapi Jiang Cheng yang resah tak bisa membiarkan dirinya sendiri untuk terlelap. Ia duduk di dekat jendela yang terbuka, tatapannya dalam dan jauh.
Di tangan Jiang Cheng terdapat sebuah cincin giok yang tidak lagi seputih susu, ada sedikit keretakan di sana. Ia memainkan benda pemberian Lan XiChen itu dengan sangat berhati-hati, dua hari berlalu cepat dalam kesibukan mempersiapkan perang. Tubuh Jiang Cheng seharusnya kelelahan, tetapi ia tidak bisa terlelap tidak peduli seberapa banyak dirinya berguling di ranjang, mencari posisi yang nyaman.
Masih berada di ruangan yang sama, Wei WuXian memutar-mutar Chenqing dengan mata terpejam. Ia bertanya, "Apa kau begitu resah? Ini hanya beberapa tikus got yang tidak signifikan, jangan takut."
Jiang Cheng mendengus, "Tikus got yang sama yang menjatuhkan empat sekte besar lainnya. Wei WuXian, apa kau tidak takut sedikitpun?"
"Tidak...." Jawaban yang diberikan oleh Wei WuXian sedikit menggantung, Jiang Cheng mendapati kelopak mata bajingan itu sedikit terbuka, namun tidak ada emosi yang bisa ia gali sama sekali. Dalam diam Jiang Cheng menunggu sabar, meski itu agak menyesakkan. Namun, seperti dugaan Jiang Cheng, Wei WuXian kembali berkata, "Aku tidak takut untuk mati, dua tahun terakhir rasanya bahkan lebih buruk dari kematian itu sendiri. Aku tidak takut akan kekalahan, Jiang Cheng. Tidak peduli apakah Nie Mingjue berkata bahwa aliansi ini akan sepenuhnya hancur jika serangan ini gagal, pertama kali aliansi dibangun sejak awal sudah berawal dari kehancuran. Keputusasaan dan dendam, pertemuan dengan kawan senasib, harapan...aku tidak takut kalah. Hanya saja..."
"Hanya saja apa?"
"Lupakan, kau lebih baik berkultivasi sebentar sebelum memimpin pasukan. Aku akan berjaga di luar, melihat keadaan."
Selalu seperti Wei WuXian yang seenaknya sendiri, ia tidak lagi peduli apakah Jiang Cheng mau menerima sarannya atau tidak, tapi yang pasti Jiang Cheng kesal karena penjelasan setengah hati yang dilakukan oleh Wei WuXian. Hei, apakan bajingan itu selalu suka menggodanya dengan cara seperti ini? Sepertinya di masa lalu Wei WuXian lebih suka menggodanya dengan menumpahkan segala isi pikirannya sampai Jiang Cheng muak. Ah.....benar, itu di masa lalu, bagaimana bisa Jiang Cheng membandingkannya dengan saat ini?
Ujung mata Jiang Cheng berkedut oleh tingkah saudara seperguruannya itu, ia melihat bagaimana Wei WuXian dengan santainya melangkah keluar masih sambil memainkan Chenqing. Menghela napas panjang, Jiang Cheng tidak bisa mengikuti saran Wei WuXian. Bukannya tidak ingin, tapi ia sungguh tidak bisa. Jantungnya berdetak dengan ritme tidak karuan, terkadang itu cepat seperti genderang perang, terkadang begitu lambat hingga membuatnya pusing.
Berkali-kali sudah Jiang Cheng membasahi bibir tipisnya, ia menatap cincin giok yang melingkari telunjuknya, pemberian Lan XiChen.
Tok! Tok!
Sontak Jiang Cheng menoleh ke arah pintu yang diketuk. Dia tahu itu pasti bukan Wei WuXian, orang macam dirinya tidak akan mengenal apa itu mengetuk pintu seseorang. Mengandalkan pola pikir itu Jiang Cheng bangkit dari duduknya dan membukakan pintu kamar, pencahayaan yang kurang membuat sosok di depan pintu agak samar. Akan tetapi, jubah putih panjang yang lusuh itu masih cukup familiar bagi Jiang Cheng.
Lan XiChen tersenyum tipis, "Apa aku boleh masuk sebentar?"
Sejenak Jiang Cheng hanya mengamati Lan XiChen sebelum menyingkir dari jalan masuk dan membiarkan Lan XiChen pergi lebih jauh ke dalam kamarnya. Pria itu dengan mudah mendudukkan dirinya di ranjang, disusul oleh Jiang Cheng yag juga menghampirinya. Si pemilik kamar, alias kucing yang sedang dalam keresahan itu, berkacak pinggang dan menatap galak pada Lan XiChen. Oh tentu saja ia tidak benar-benar kesal dengan Lan XiChen, itu hanya gen bawaan ibunya yang selalu membuat Jiang Cheng tampak ganas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Darkness : XiCheng
FanfictionSekte Jiang jatuh dalam kegelapan. Tidak ada yang bisa mengulurkan tangan untuk menarik Jiang Cheng dari kubangan lumpur yang menenggelamkannya. Bagaimana jadinya jika Jiang Cheng yang kehilangan inti emasnya tidak pernah bertemu dengan Wei Wuxian? ...