Tenggororkan Jiang Cheng gatal dan tidak berhenti terbatuk sama sekali ketika ia mencoba berdiri dari posisi berlututnya. Dalam alam bawah sadar ini Jiang Cheng bisa merasakan dengan jelas kain basah yang menempel di tubuhnya dan tekstur tanah dalam genggamanya. Seolah ini semua bukanlah ilusi melainkan dunia nyata.
Jiang Cheng tidak tahu di mana dirinya. Sekitarnya hanyalah hamparan kosong padang rumput, tidak ada bangunan, tidak ada siapapun, bahkan tidak ada batas yang terlihat. Awan menggumpal di langit sana, matahari masih bersinar dengan cerah dan menyilaukan sepasang matanya.
Tidak ada satupun hal yang bisa Jiang Cheng ingat hanya dengan melihat semua pemandangan di sekitarnya, tetapi hatinya merasakan kerinduan yang tak tertahan. Itu bahkan kerinduan yang membuat seluruh hati dan tubuhnya sakit, baru saja berdiri tegap dan Jiang Cheng berpikir sebaiknya ia tidak pernah bangkit. Jiang Cheng memegang kepalanya dengan satu tangan, hidungnya menghirup begitu banyak udara demi mengalihkan rasa tidak nyaman yang menyerang dirinya.
Wei WuXian....benar, Wei WuXian.
PLAK!!!
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Jiang Cheng, pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah dirinya sendiri. Cetakan lima jari terpampang jelas di kulitnya yang putih pucat, Jiang Cheng berkali-kali menggelengkan kepalanya.
'Tidak, ini semua tidak benar. Ini semua tidak nyata. Aku harus keluar dan menyelesaikan kultivasiku.' Ujar Jiang Cheng pada dirinya sendiri.
Sepuluh Jari Jiang Cheng melukai kedua telapak tangannya, setitik kesadaran Jiang Cheng akan alam bawah sadarnya membuat kesiur angin menderu kencang dan awan hitam berkumpul di atasnya. Gemuruh terdengar, tapi tak ada tetes air yang terjatuh menimpanya.
PLAAKKK!!
Tamparan lain mendarat di pipinya, benar....Jiang Cheng tahu ini bohong, semua rasa yang ia miliki dalam hatinya saat ini hanyalah jelmaan kekuatan iblis yang mencoba menariknya menuju kegelapan tanpa akhir. Jiang Cheng mengusap wajahnya, mata merah itu sekarang tidak lagi disebabkan oleh air yang menenggelamkannya, melainkan amarah dan tekad yang menjadi satu.
Meski bersikeras, sayangnya Jiang Cheng tidak bisa sepenuhnya melawan kerinduan yang menyeruak di dadanya. Begitu banyak hal yang terjadi padanya di dunia ini, kesakitan kehilangan Sekte dan keluarga begitu pekat hingga perasaan sedih karena hal lainnya tidak lagi signifikan. Sebagian pikiran Jiang Cheng terus berkutat pada bagaimana ia merasakan kehangatan Yu Ziyuan, senyum bangga Jiang Fengmian, tepukan halus pada kepala Jiang Cheng yang dilakukan oleh Jiang Yanli, bahkan saat ia bermain kejar-kejaran dengan Wei WuXian.
Seluruh tubuh Jiang Cheng berkedut tak berdaya. Ia mengernyitkan dahi, benarkah....benarkah semua itu pernah terjadi? Benarkah ibunya pernah tersenyum begitu manis dan memeluk hangat dirinya? Benarkan Jiang Fengmian pernah menatapnya dengan tatapan yang menyiratkan kepuasan dan kebanggaan? Apakah A-Jie nya sungguh selalu menepuk kepala Jiang Cheng setiap kali dirinya berbuat baik? Apakah Jiang Cheng sungguh selalu menikmati waktunya bermain dengan Wei WuXian?
Mengapa dadanya begitu sakit oleh kerinduan seolah semuanya sudah hilang dan tidak lagi dapat dijangkau?
Ia jelas-jelas melihat Jiang Yanli belum lama ini, kakaknya baik-baik saja, tidak terluka barang seujung rambut. Tapi, apakah itu benar kakaknya? Jiang Yanli? Bukannya A-Jie tercintanya telah mati di tangan Wen Ruohan?
Telinga Jiang Cheng berdengung, ia memukul kedua telinganya dengan telapak tangan dan berteriak marah. Tatapan matanya tidak lagi bertekad dan memiliki jiwa, Jiang Cheng berjongkok di padang rumput ini dan mencoba melawan ingatan yang memasuki kepalanya.
'Tidak...A-Jie tidak boleh mati! A-Jie....A-Jie!' Pekik Jiang Cheng dalam hatinya, saking besar rasa frustasi itu, satu-satunya hal yang keluar dari bibir Jiang Cheng adalah raungan tanpa akhir. Ia berteriak sampai tenggorokannya terasa sakit. Namun, Jiang Cheng masih bertahan, secercah ingatan muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Darkness : XiCheng
FanfictionSekte Jiang jatuh dalam kegelapan. Tidak ada yang bisa mengulurkan tangan untuk menarik Jiang Cheng dari kubangan lumpur yang menenggelamkannya. Bagaimana jadinya jika Jiang Cheng yang kehilangan inti emasnya tidak pernah bertemu dengan Wei Wuxian? ...