Aroma dupa berbau kenanga telah memenuhi aula utama sejak empat jam yang lalu. Meng Yao telah menyelesaikan semua gulungan yang berada di atas meja, matanya masih jernih dan lembut seperti yang biasa ia miliki, namun ada kecemasan yang tumbuh semakin besar. Hatinya tidak tenang, berdegup oleh rasa tidak nyaman yang asing.
Berkali-kali sudah Meng Yao menghela napas sambil menepuk ringan dadanya, mencoba menenangkan diri. Sebentar lagi tengah malam dan tidak ada pergerakan apapun dari Aliansi. Meng Yao yang tidak tahan lagi menghela napas kasar dan beranjak dari tempat duduknya, ia hendak keluar untuk mencari udara segar sebentar.
Akan tetapi, saat pintu ruangan dibuka, ia dapat mendengar sayup-sayup pertarungan. Alisnya merajut menjadi satu, Meng Yao segera menaikkan kewaspadaannya dan berjalan lebih senyap. Ia bergerak menuju sudut gelap untuk mengamati apa yang terjadi. Belum sampai sepuluh detik berlalu, suar kemerahan sudah diluncurkan dari salah satu menara pengawas.
Rahang Meng Yao mengerat, bagus sekali Lan XiChen, pada akhirnya ia akan tetap mendengarkan apa yang Meng Yao katakan padanya. Tidak lagi bersembunyi, ia berlari menuju tempat dimana Wen Ruohan berkultivasi tertutup. Meng Yao telah siap dengan pedang lentur yang ia miliki, selalu melingkar di pinggangnya dan siap digunakan kapanpun. Langkah kakinya ringan dan gesit.
Bangunan utama Sekte Wen saat ini terlihat semakin ramai, semakin dekat Meng Yao bergerak ke arah bangunan maka semakin banyak pula orang-orang yang mendadak melompat ke hadapannya dan mulai menyerang. Ia memang bukan yang terbaik dalam seni berpedang, namun Meng Yao bukan orang bodoh yang akan mati hanya karena hal semacam ini terjadi padanya.
Beberapa kali berkelit dan berputar, ia menumbangkan banyak orang sekaligus. Meng Yao bisa melihat bagaimana hanya sedikit dari kultivator Sekte Wen yang tersisa di markas utama saat ini, situasinya sudah seperti ini maka lebih baik jika ia bisa menemui Wen Ruohan secepat mungkin. Perkiraannya terbukti benar ketika ia berhasil masuk ke dalam bangunan utama dan melihat lebih banyak orang saling bertarung.
Gerakannya terhenti sejenak, tidak bisa seperti ini terus, memicingkan matanya Meng Yao menghindari kontak dengan kultivator Aliansi yang menyerang seolah tidak lagi peduli jika mereka mati hari ini. Bergerak gesit ke arah singgasana tinggi itu, Meng Yao memukul salah satu sandaran tangannya dan mengaktifkan mekanisme yang ada di ruangan ini.
Seketika itu juga di seluruh bangunan utama terbentuk formasi merah menyala yang luar biasa. Lonjakan cahaya segera menerjang langit dan membutakan beberapa orang untuk sesaat, lantas tanpa mengenali siapa lawan dan kawan hujan anak panah turun begitu saja. Meng Yao sendiri tidak lepas dari formasi ini, lengannya terluka tiga sampai empat kali karena gagal menepis anak panah yang menyerang dirinya.
Namun, ini semua masih lebih baik daripada membiarkan Sekte Wen hancur dalam semalam. Mengabaikan luka-luka yang ia derita, Meng Yao kembali berlari sambil menghindar di sana sini. Siapa sangka, begitu ia hendak memasuki lorong panjang bangunan utama, sebilah pedang sudah lebih dulu menyerangnya.
Kilau keemasan dari pedang dan tanda vermilion yang menyala di antara alis pemiliknya menarik perhatian Meng Yao, tetapi dia bukan orang bodoh yang hanya akan terpaku begitu saja. Matanya menyipit, menatap tajam orang itu, "Jin ZiXuan..." desisnya pelan.
Jin ZiXuan tidak mengucapkan apapun sebagai balasannya, ia justru mengatupkan bibirnya erat dan kembali mengayunkan pedangnya. Meng Yao terpaksa melangkah mundur untuk bertahan dari gerakan itu, sebagai gantinya punggungnya tergores oleh anak panah yang masih menghujani tempat ini. Dahi Meng Yao berkeringat hebat di musim dingin, ia mengibaskan ujung lengan bajunya sebelum melompat maju.
Berlatih langsung di bawah Wen Ruohan bukannya tidak menghasilkan apapun, ia jelas sudah mempelajari jauh lebih banyak dalam waktu singkat. Dan satu hal yang membuat Meng Yao akan selalu lebih unggul dibandingkan Jin ZiXuan, Meng Yao tidak akan ragu untuk mengorbankan nyawa orang lain untuk mencapai kesuksesannya, Jin ZiXuan yang lahir di keluarga bangsawan dan terbiasa memiliki segalanya tidak akan bisa memahami itu. Putus asa hingga ia rela menjilat kotoran manusia untuk bertahan hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Darkness : XiCheng
FanfictionSekte Jiang jatuh dalam kegelapan. Tidak ada yang bisa mengulurkan tangan untuk menarik Jiang Cheng dari kubangan lumpur yang menenggelamkannya. Bagaimana jadinya jika Jiang Cheng yang kehilangan inti emasnya tidak pernah bertemu dengan Wei Wuxian? ...