Kembali meneguhkan hati, Jiang Cheng mengusap kedua matanya dengan kasar, sepanjang perjalanannya menuju markas utama Sekte Wen entah mengapa tidak ada banyak pertarungan yang terjadi lagi. Tidak mungkin kekuatan Wen Ruohan hanya sebatas ini, dia tidak akan menjadi bajingan yang berhasil menduduki puncak dunia kultivasi selama bertahun-tahun jika hanya memiliki kemampuan sebesar ini.
Semakin jauh Jiang Cheng melangkah, semakin ragu pula hatinya. Ia ingin bertanya, tetapi tenggorokannya masih terlalu sakit utnuk dibuat berbicara dan juga ia terlalu malas untuk menjelaskan lewat tulisan. Jiang Cheng menghela napas panjang, baru sekarang semua rasa sakit di tubuhnya terasa menyebalkan. Punggung degan luka robek besar itu mulai perih dan menyebabkan gerakannya melambat.
Jiang Cheng mengusap wajahnya sekali lagi, sampai ia melihat cincin giok seputih susu yang melingkari jari telunjuknya retak dengan noda retakan kehitaman. Jika bisa berbicara, Jiang Cheng pasti sudah mengumpat sekarang. Hah...sepertinya ia telah berlebihan dalam menggunakan kekuatannya. Di kemudian hari ia harus lebih mengontrol diri lagi. Benda ini bukanlah benda biasa dengan nilai murah, untuk bisa menekan aura iblis dan menutupi kultivasinya yang bengkok, cincin giok ini seharusnya benda spiritual yang hampir tak ternilai harganya.
Lamunan itu terhenti begitu Jiang Cheng mencapai jarak lima ratus meter dari gerbang utama markas. Sebelumnya ia sudah bisa mendengar pasukan yang dibawa Nie Mingjue berusaha mendobrak masuk pintu gerbang megah itu dan merangsek maju, tapi dilihat dari kondisi yang terjadi sekarang sepertinya upaya pertama mereka telah gagal. Anak panah yang terbakar masih menghujani mereka, mau tidak mau Jiang Cheng menghindar saat ia dan kelompoknya kembali memasuki jangakauan serangan Sekte Wen.
Hampir saja anak panah menggores wajahnya, tetapi Jiang Cheng berhasil berkelit sambil meggeram kesal. Tanpa perlu diberikan komandi lagi, semua orang bergegas bahu membahu dalam upaya kedua mereka untuk membobol gerbang besar markas ini. Setelah sedikit meregangkan anggota tubuh yang kaku dan mati rasa, Jiang Cheng berlari kecil, mencoba mencari Nie Mingjue di kerumunan.
Sesungguhnya itu bukanlah hal yang sulit mengingat sosoknya yang tinggi besar dan selalu dipenuhi oleh aura bertarung yang luar biasa. Teriakan dan seruan memekakkan telinga tidak lagi mengganggu sekarang, beberapa kali Jiang Cheng harus berhenti karena terhalang oleh kultivator Sekte Wen ataupun mayat hidup milik Wen Ruohan. Pedang beradu dengan pedang, bilah tajam menyayat daging dan memotong tulang. Jiang Cheng yang tidak lagi berada di kondisi primanya sempat terjatuh beberapa kali.
Ia berjuang begitu keras, sampai-sampai tidak bisa lagi dibedakan antara basah oleh peluh atau karena darah lawan. Namun, jarak antara dirinya dan Nie Mingjue akhirnya terkikis, mulut Jiang Cheng terbuka demi menyerukan nama ketua Sekte Nie muda itu, sayang yang keluar hanya erangan pelan tanpa kejelasan.
CRASSH!!!
Jiang Cheng kehilangan fokusnya, satu mayat hidup berhasil menimpanya, membuat sosoknya bergulingan di tanah bersalju, daging di bahunya terkoyak oleh gigitan mayat itu. Yang lebih menyebalkannya adalah belum usai Jiang Cheng berurusan dengan makhluk menjijikan ini, tetapi bilah tajam lain mengancam nyawanya. Tanpa sadar Jiang Cheng memejamkan matanya, menanti setidaknya luka parah yang akan menyambutnya.
Akan tetapi rasa sakit lain tak kunjung datang, justru beban dari mayat hidup yang menimpanya hilang beberapa saat kemudian. Lengan Jiang Cheng ditarik paksa, membuatnya berdiri tepat di hadapan sosok Nie Mingjue, pria itu menggelapkan matanya dan bertanya kasar, "Apa kau mau mati!? Kenapa kau tidak berusaha lebih keras!?"
Kenapa aku tidak berusaha lebih keras? Ulang Jiang Cheng dalam hatinya. Hei, bukannya Jiang Cheng tidak mau, dia tidak bisa! Baru saja Jiang Cheng hendak melepaskan cengkraman Nie Mingjue pada lengannya, tetapi pria besar itu sudah lebih dulu menggosok wajah Jiang Cheng, ia mengernyit dalam, "Apa yang terjadi dengan wajahmu, kenapa dipenuhi noda darah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Darkness : XiCheng
FanfictionSekte Jiang jatuh dalam kegelapan. Tidak ada yang bisa mengulurkan tangan untuk menarik Jiang Cheng dari kubangan lumpur yang menenggelamkannya. Bagaimana jadinya jika Jiang Cheng yang kehilangan inti emasnya tidak pernah bertemu dengan Wei Wuxian? ...