47. Bertarung di Garis Depan

264 40 8
                                    

Dengan atau tanpa persetujuan Lan XiChen, berdasarkan kesepakatan bersama penyerangan terhadap Kota Tanpa Malam tidak akan ditunda lagi. Banyak mantan petinggi sekte dan orang-orang yang bertanggung jawab atas aliansi ini berkumpul dalam aula yang tidak seberapa ini. Nie Mingjue duduk di depan, menjadi fokus semua orang. Lan XiChen dan Jiang Cheng duduk di kursi bersama orang lain, mendengarkan apa yang yang selanjutnya mereka lakukan.

Sejauh ini penyerangan yang akan dilakukan diberi nama Sunshot Campaign, kampanye memanah matahari. Menjatuhkan matahari yang menolak untuk terbenam dari cakrawala.

Nie Mingjue tidak pernah berpisah dengan senjatanya, Baxia bersandar pada pahanya saat ia mulai berbicara lebih lanjut. Intonasinya menggebu-gebu, tetapi tidak mendesak. Dia mengeluarkan aura mengintimidasi, tapi itu justru memberikan lebih banyak semangat juang pada setiap orang. Setiap kata yang terlontar penuh perhitungan, dan semua orang tahu butuh waktu yang lama bagi mereka untuk akhirnya mencapai kesepakatan ini. Terus maju dan pantang mundur.

Kepala Jiang Cheng sedikit menunduk, ia memainkan cincin giok di telunjuknya sembari mendengarkan dengan saksama. Ini adalah pertama kalinya ia mendengarkan putusan yang diambil oleh Nie Mingjue secara langsung, biasanya ia hanya akan menerima surat atau pesan lisan dari pengantar pesan.

"Seperti yang sudah pernah kita bicarakan sebelumnya, pasukan akan terbagi menjadi dua. Dua ribu orang, 1400 diantaranya akan ikut bersamaku untuk menyerang Kota Tanpa Malam. Sementara itu sisanya akan bersiap untuk situasi tidak terduga seperti penyergapan atau yang terburuk....kekalahan dari pihak kita." Begitu kata 'kalah' keluar dari mulut Nie Mingjue, aula yang tadinya tenang segera dipenuhi oleh gumaman cemas. Sebuah gumaman memang tidak akan mengganggu, tetapi jika setiap mulut yang ada di ruangan ini berbicara di saat yang bersamaan tentu saja suasana bising tidak dapat dihindari.

Hanya Lan XiChen yang tampaknya tidak terganggu oleh kalimat Nie Mingjue barusan, atau mungkin saja dia terganggu tapi memilih untuk menutupi hal tersebut. Lewat sudut matanya, Jiang Cheng melirik sosok Lan XiChen yang menonton takzim keributan di sekitarnya, tidak berusaha menenangkan sama sekali.

Akan tetapi, tidak adanya interupsi yang mencoba menenangkan kerumunan justru berhasil membuat satu persatu dari mereka berhenti berbicara. Tatapan canggung dan tidak tahu harus berbuat apa terarah pada Nie Zongzhu, sosok yang biasanya tidak sabaran, tetapi tidak membuka mulutnya untuk mencegah mereka mengeluh sama sekali. Sial, apakah ini seperti memberikan kesempatan terakhir untuk mengeluh sebelum mereka mati?

Jemari kapalan yang menggenggam Baxia itu mengetuk pahanya secara berkala, seolah berhitung dalam diam dan mencoba menoleransi semua keributan ini. Nie Mingjue tidak mengeluarkan amarah seperti biasanya, justru ia terlihat semakin tenang dari waktu ke waktu. Di sisi lain, Lan XiChen berkali kali memutar cangkir teh di hadapannya dengan gugup.

Saat ruangan ini sempurna hening, Nie Mingjue kembali angkat bicara, "Pembagian pasukan harus selesai dalam waktu setengah hari, besok kita harus mengecek kembali persediaan makan, senjata, pakaian, obat,  dan hal-hal yang dibutuhkan. Lusa, aku akan memimpin serangan menuju Kota Tanpa Malam. Zewu-Jun, aku, Jin Gongzi, dan Jiang Zongzhu akan memimpin penyerangan besok lusa..."

Seolah baru saja tersiram air dingin, Jiang Cheng menjatuhkan tatapannya pada Nie Zongzhu yang sekarang sedang mengalihkan pandangan dari dirinya. Alhasil Jiang Cheng meraih lengan baju Lan XiChen dan menariknya pelan, "Apakah....dia sungguh memintaku bergabung di garis depan pertempuran?" Suaranya mengandung rasa tidak percaya dan sedikit semangat.

Lewat sebuah tepukan pada punggung tangan Jiang Cheng, Lan XiChen mengulas senyum simpul, padahal ia sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba saja nama Jiang Cheng tercantum dalam orang-orang yang akan memimpin langsung penyerangan itu. Meski masih tidak tahu apa alasan sebenarnya, Jiang Cheng tidak serta merta memotong ucapan Nie Mingjue, ia memilih untuk membiarkan rapat ini selesai terlebih dahulu sebelum berbicara berdua dengannya.

Eternal Darkness : XiChengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang