Keesokan harinya semua berjalan seolah tidak ada yang terjadi. Wei WuXian, setelah mengatakan pada Jiang Cheng bahwa semuanya baik-baik saja, menjadi jauh lebih pendiam. Seakan semua kepura-puraannya telah menghilang dalam sekejap mata. Wei WuXian tidak lagi berupaya menunjukkan senyum dan tawa palsu apalagi candaan kosong seperti masa lalu.
Sepasang tuan muda yang pernah menjadi kebanggaan Sekte Jiang kini berjalan berdampingan, ah....sebenarnya Jiang Cheng berjalan dua langkah di depan Wei WuXian. Ia menggelung rambut panjangnya membentuk cepol satu, di tangannya terdapat Sandu dan cincin giok pemberian Lan XiChen. Tidak seperti sebelumnya, Jiang Cheng tidak lagi diselimuti oleh tumpukan kain-kain penghangat tubuh.
Berdiri di depan kereta kuda, Jiang Cheng akhirnya berbalik dan menatap lurus pada Wei WuXian. Hal itu disambut oleh sepasang mata yang dingin dan tajam. Batin Jiang Cheng tersentak dengan pemandangan itu, tetapi ia menahan diri dan membuka mulutnya, "Hari ini kita akan sampai di markas Kota Xian. Lan Wangji dan Lan XiChen akan berada di sana, mungkin, atau mereka bisa jadi meninggalkan kota lebih cepat untuk mencapai Luoyang."
Wei WuXian mengangguk singkat, lantas tanpa membalas apapun ia naik ke dalam kereta kuda dan bersandar pada dinding kereta. Jiang Cheng mengerutkan alis tidak suka, sebenarnya apa yang salah dengan bajingan ini?
Namun, belum sempat Jiang Cheng melontarkan komentar pedas, Wei WuXian sudah lebih dulu berujar dengan mata tertutup, "Cepat naik atau kau memilih untuk berjalan."
Mendengus, Jiang Cheng melangkahkan kakinya untuk naik ke dalam kereta, kemudian ia memberi tanda pada kusir untuk segera memulai perjalanan. Kereta kuda sedikit tersentak ketika kuda-kuda mulai berlari menariknya, Jiang Cheng meremas Sandu sembari menatap kosong ke pemandangan diselimuti salju.
Sayang rasa mengganjal di hati tidak lagi tertahan, "Wei WuXian." Panggil Jiang Cheng dengan nada ketus, seperti biasanya.
Pria yang dipanggil masih saja menolak bersitatap dengan kucing itu, alhasil Jiang Cheng menendang tulang kering saudara seperguruannya itu. Suara tendangan itu terdengar cukup keras dan menyakitkan, tetapi Wei WuXian hanya membuka sedikit kelopak matanya dan berbisik malas, "Apa lagi?"
"Apa yang salah denganmu? Kenapa kau terus diam seperti mayat, kehilangan lidahmu!?"
Wei WuXian, "Persetan, fokuslah pada dirimu sendiri."
"Kau! Kau....bajingan ini benar-benar meminta pelajaran....!"
Jari telunjuk yang teracung tepat di depan matanya seolah berhasil membuat Wei WuXian kesal sehingga pria dengan pita rambut merah itu menepis tangan Jiang Cheng dan menaikkan nada suaranya. Ia berkata, "Berhenti mengkhawatirkan hal yang bukan urusanmu! Jiang Cheng, sekarang pecahan besi yin berada di dalam tubuhmu, kalau kau tidak mau mati sebelum berhasil membalaskan dendam....lebih baik kau diam dan berkultivasi dengan benar."
Jiang Cheng, "....kau....sialan. Wei WuXian, ada apa dengan perbuahan sikapmu itu!?"
"Tidak ada yang berubah."
"Brengsek, bagian mana dari dirimu yang tidak berubah!?"
Wei WuXian, "Kau tahu tidak ada lagi yang sama. Beberapa hari terakhir, semua percakapan kosong kita...semuanya sudah berubah."
"Omong kosong!"
Mulut Jiang Cheng terbuka dan tertutup tanpa ada satu katapun yang terucap. Entahlah, mungkin Jiang Cheng tidak lagi bisa menyangkal, memang benar semua hal di antara dirinya dan Wei WuXian tampak 'normal'. Akan tetapi, di sisi lain Jiang Cheng tahu setiap ekspresi ceria dan tawa terpaksa yang mereka lontarkan satu sama lain tidak lebih dari sekedar sandiwara. Sebuah sandiwara yang tanpa sadar mereka lakukan karena merindukan masa lalu yang tidak lagi mampu digapai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Darkness : XiCheng
FanfictionSekte Jiang jatuh dalam kegelapan. Tidak ada yang bisa mengulurkan tangan untuk menarik Jiang Cheng dari kubangan lumpur yang menenggelamkannya. Bagaimana jadinya jika Jiang Cheng yang kehilangan inti emasnya tidak pernah bertemu dengan Wei Wuxian? ...