49. Menuju Markas Sekte Wen

167 34 11
                                    

Apa yang terlintas di benak orang-orang saat mendengar kata pertempuran? Sebagian besar akan menjawab ketakutan, darah, daging dan luka, terkoyak habis, kematian....itu semua tidak salah. Bilah tajam yang teracung ke depan kini telah bergetar, tetapi ingar bingar dan teriakan di sekitarnya tidak memberikan kebisingan baginya. Ia mendengar jerit kesakitan dan makian para pejuang, tetapi seolah ada selaput yang membatasi dirinya dengan dunia luar, Jiang Cheng menatap lurus pada mayat yang berserakan. Seolah ada kabut hitam yang mengaburkan pandangannya, sepasang mata tajam itu memicing, ia menatap jauh ke arah markas utama Sekte Wen.

Ujung telinga Jiang Cheng bergerak saat ia menangkap suara berdesing di sisi telinganya. Tanpa mengedipkan mata apalagi berbalik, gemeretuk petir putih dan ungu tumpang tindih, menyelimuti sosoknya, menghancurkan anak anah yang baru saja hampir menembus tubuhnya.

Jiang Cheng melangkah maju dengan mantap, jika mengikuti pengaturan dari Nie Mingjue sebelumnya maka setelah pasukan yang dibawa oleh Nie Mingjue berhasil menembus dinding pertahanan markas Sekte Wen, Jiang Cheng dan pasukan yang ia bawa akan segera mengikuti untuk memberikan bantuan. Saat ini Jiang Cheng bisa melihat asap yang mengepul dari lokasi markas utama Sekte Wen, jantungnya berdebar-debar akan pemandangan itu.

Tidak ada kata yang bisa menggambarkan bagaimana suasana hatinya saat ini, melihat atap dengan bendera kejayaan Sekte Wen, bendera dengan sulaman matahari yang seolah tak akan pernah terbenam itu... kini telah perlahan meredup dan terbakar oleh kejayaannya sendiri. Suara berdebam terdengar nyaring, Jiang Cheng sedikit berbalik untuk melihat orang-orangnya, "Sebentar lagi Nie Mingjue akan berhasil membobol markas! Persiapkan diri untuk menerjang masuk!" Pekiknya dengan seluruh kekuatan yang ia miliki.

"Gerbang akan segera terbuka!!!"

"Kita akan segera menyerbu!!!"

Seruan-seruan lain segera mengikuti kabar yang baru saja Jiang Cheng sampaikan, tampaknya segala sesuatu yang berjalan sesuai dengan ekspektasi berhasil membakar kembali semangat yang hampir redup oleh dinginnya mayat dan darah yang telah tumpah sejauh ini. Namun, belum sempat sorakan itu sepenuhnya membakar mereka, ledakan yang luar biasa kencang terdengar. Tanah tempat mereka berpijak bergetar, seolah ada gempa yang tiba-tiba saja terjadi.

Jiang Cheng memperkuat kuda-kudanya serta mencengkram Sandu dengan mantap. Bersiap akan segala kemungkinan terburuk.

Dan benar saja, tidak lama setelah ledakan yang tidak diketahui asal muasalnya itu terdengar, energi kemerahan menjalar layaknya api yang membakar tanah. Seketika tubuh-tubuh yang sebelumnya tumbang bangkit dengan sendirinya. Diawali gerakan gontai yang lambat, lantas mayat hidup ini melompat untuk menerjang siapapun di hadapannya. 

Tiga orang dengan wajah berdarah dan dipenuhi aura kematian dengan cepat berlari ke arah Jiang Cheng. Alisnya berkedut bukan karena takut akan kehadiran mereka, tetapi karena bajingan Wen Ruohan itu tidak hanya membangkitkan kultivator pihaknya saja, tetapi juga saudara-saudara yang telah bertarung bersama dengan aliansi. Secara pribadi Jiang Cheng tidak akan terguncang akan hal tersebut, orang yang sudah mati artinya mati saja, sisa-sisa jiwa yang masih tinggal di tubuhnya adalah jiwa yang akan diingat oleh mereka yang masih hidup, sementara mereka akan bisa memasuki siklus reinkarnasi dan terlahir kembali.

Sayang sekali, sentimen seperti itu hanya berhasil pada Jiang Cheng. Ia yang dengan mudah memotong pinggang ketiga mayat hidup yang menerjang ke arahnya tidak bisa dibandingkan dengan kultivator lain yang bergetar ketakutan karena harus melawan saudara seperjuangan mereka sendiri. Hanya saja, persetan dengan perasaan-perasaan itu, Jiang Cheng kembali berteriak ganas, "JANGAN RAGU UNTUK MEMBUNUH!!! MEREKA HANYA MENJADI BONEKA DI BAWAH KENDALI WEN RUOHAN!!!" 

Jangan ragu untuk membunuh? 

Hah, sungguh kalimat yang sangat kasar keluar dari mulutnya, meski begitu Jiang Cheng tidak bisa disalahkan atas apapun di sini. Dengan bangkitnya pasukan mayat hidup ini gerakan merangsek Jiang Cheng dan pasukannya terhambat, ia menggeram panjang, "WEI WUXIAN, APA YANG KAU LAKUKAN!!?" Dimana bajingan itu sekarang hah!?

Eternal Darkness : XiChengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang