Sixty Two

41 6 0
                                    

Doyoung masih memilih untuk diam, kedua matanya terlihat mulai memerah saat menatap Soo Hwa. Dia merasa sangat tersentuh dengan kehadiran Soo Hwa di sampingnya, tapi itu terasa seperti mimpi. Dia bahkan terus memilih untuk menatap wajah Soo Hwa sambil menahan tangisnya.

"Waeyo, Doyoung-ah?" tanya Soo Hwa lagi saat tidak mendapatkan jawaban dari Doyoung.

"Apa ini mimpi?" lirih Doyoung.

"Apa?" bingung Soo Hwa.

"Kenapa kau di sini? Dan juga terlihat nyata sekali." Lirih Doyoung lagi.

Soo Hwa tersentuh setelah mendengar ucapan Doyoung, lalu dia menjawab, "Aku memang ada di sini, Doyoung-ah." Jawabnya yang bersiap untuk menangis.

Doyoung mengangkat tangannya untuk mengusap pipi Soo Hwa sambil tersenyum getir, "Ah~ Benar. Kau di sini."

Tangannya masih enggan untuk melepaskan pipi Soo Hwa, tapi begitu dia tersadar dengan kenyataan, dengan perlahan dijatuhkannya tangannya itu. Dan menatap Soo Hwa dengan sendu.

"Sejak kapan kau ada di sini?" tanya Doyoung.

"Sejak kemarin." Balas Soo Hwa.

"Kau yang menjagaku semalam?" tanyanya lagi.

Soo Hwa mengangguk dan tersenyum, "Bersama Jung Woo juga. Tapi dia harus kembali ke kantor tadi pagi."

"Apa yang terjadi padaku?"

"Kau kecelakaan kemarin. Menurut penjelasan Jung Woo, kemarin kau langsung memutar stir-mu tanpa melihat arah lain, tanpa kau tau jika ada mobil yang melaju kencang ke arahmu." Jelas Soo Hwa.

"Lalu pengemudi mobil itu di mana?"

"Dia masih ada di UGD, tapi aku belum sempat untuk melihatnya. Tidak usah dipikirkan dulu, ya? Kau belum boleh banyak berpikir." Pinta Soo Hwa.

"Keluargaku tau?"

Soo Hwa mengangguk lagi, "Kemarin aku meminta Eomma dan Appa untuk pulang. Mereka terlihat lelah sekali. Mungkin nanti siang mereka akan datang. Ah, benar! Aku belum mengabari mereka." Tutur Soo Hwa yang ingin mengambil ponselnya kembali tapi tangan Doyoung lebih dulu menahan tangannya.

TAP!

"Nanti saja." Pinta Doyoung yang menahan tangan Soo Hwa, dan buru-buru melepaskannya begitu Soo Hwa menurutinya.

Doyoung mengalihkan pandangannya untuk melihat Soo Hwa, lalu mulai mengatur napasnya. Tatapan sendunya itu berubah menjadi sedikit tegang seakan ingin membahas masalah serius.

"Kemarin kau sangat membenciku dan memintaku untuk tidak menemuimu lagi. Lalu sekarang kau ada di hadapanku, memberi perhatian yang sangat tulus untukku. Kau benar-benar ada di sampingku. Jika ini adalah mimpi, aku benar-benar tidak ingin bangun." Lirihnya yang baru saja meneteskan air matanya.

Air mata Soo Hwa ikut terpancing untuk menetes, dia bahkan mulai mengeluarkan isak tangisnya, lalu dia menggenggam tangan Doyoung, "Aniya, Doyoung-ah. Ini benar-benar aku. Kau tidak bermimpi." Lirihnya.

"Lalu di mana yang lain? Kenapa hanya ada kau di sini?" tanyanya.

"Aku sudah bilang, kan, semalam aku meminta keluargamu untuk pulang. Jadi, aku dan Jung Woo yang menjagamu di sini." Jawab Soo Hwa.

"Chae Rin dan Jung Woo yang membuatmu terpaksa menjagaku?" tanyanya yang tiba-tiba terdengar dingin.

Soo Hwa tercekat, "Terpaksa?"

"Hm, seperti biasanya. Mereka selalu sengaja membuat kita berdua seperti ini." balas Doyoung.

Air mata Soo Hwa kembali mengalir, tapi dia tidak ingin terpancing amarahnya. Wajar jika Doyoung meragukannya.

Back to You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang