Fifty Seven

29 6 0
                                    

Miracle's Office

Setelah berbicara dengan Taeyong kemarin, Soo Hwa tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia terus memikirkan tentang keputusannya itu. Dia masih memilih untuk tidak bertemu lagi dengan Doyoung, tapi tanpa sadar dengan pilihannya itu, dia justru terus memikirkan Doyoung. Terlebih lagi, dia tidak tau bagaimana kabar Doyoung setelah kejadian hari itu. Dia bahkan juga takut untuk menghubungi Jung Woo untuk sekedar bertanya, dia takut jika Jung Woo menilai jika Soo Hwa labil dengan keputusannya.

Akhirnya siang ini dia memutuskan untuk datang ke kantornya, dia tidak tahan lagi menunggu di rumah dengan perasaan gelisah tentang Chae Rin yang marah atau tidak dengannya.

"Siang, Lee Jagganim." Sapa seorang cleaning service yang berpapasan dengan Chae Rin saat baru saja meninggalkan ruangan Soo Hwa.

Kepala Soo Hwa langsung menoleh untuk mencari temannya itu, "Chae Rin-ah." panggilnya.

Senyuman Chae Rin yang sebelumnya mengembang lebar pada cleaning service perlahan menurun begitu melihat Soo Hwa, tapi dia tetap membalas Soo Hwa, "Ah, kau datang hari ini." Dinginnya yang langsung duduk di meja kerjanya.

Soo Hwa memberikan tatapan sendu untuk Chae Rin, lalu didekatkannya kursinya itu ke meja Chae Rin, "Kau masih marah, ya?"

Chae Rin hanya menggelengkan kepalanya sambil menyalakan komputernya.

"Kau tidak mampir ke rumahku beberapa hari ini. Taeyong Oppa sudah pulang loh. Dan... kami sudah berbaikan." Tutur Soo Hwa berusaha.

"Aku sibuk dengan drama saeguk-ku. Sampaikan saja salamku untuknya, aku ikut senang jika kalian sudah berbaikan." Balasnya masih dengan nada datar.

Perlahan Soo Hwa meraih tangan Chae Rin, "Kau jelas-jelas marah padaku. Kau bahkan tidak menolehkan kepalamu untuk sekedar melihatku." Keluhnya.

Chae Rin berdecak sebal lalu menolehkan kepalanya untuk mengarah pada Soo Hwa, "Kau mau apa sebenarnya?"

Soo Hwa tercekat, "Chae Rin-ah..."

Chae Rin menghembuskan napasnya kasar, "Baiklah... Benar! Aku marah padamu. Tanpa ku beri tau kau pasti tau, kan, alasannya?"

"Tapi, kau pernah bilang kan padaku, jika kau akan tetap berada di sampingku dengan apapun keputusan yang kupilih? Ini keputusanku, Chae Rin-ah." lirih Soo Hwa.

"Tapi bukan seperti ini yang kumaksud, Soo Hwa. Ini berbeda. Aku masih tidak percaya jika kau marah bahkan mengatakan jika kau tidak ingin bertemunya lagi setelah apa yang sudah dilakukannya untukmu. Kau tau apa yang dilakukannya sangat beresiko! Bagaimana jika saat itu keluarga Johnny menuntut Doyoung atau mungkin Jung Woo? Dan membuat mereka bangkrut? Apa itu tidak terpikirkan olehmu?" cecar Chae Rin.

"Kau bilang tidak ingin bertemu lagi dengannya adalah keputusanmu? Sekarang aku tanya, apa setelah memutuskan itu kau benar-benar sudah tenang? Apa tidak sedikitpun kau memikirkan kondisinya tiap malam? Apa kau tenang setelah membuatnya tersakiti seperti kemarin?"

Soo Hwa terdiam, dia hanya sibuk menangkap sorot mata Chae Rin yang terlihat begitu serius, dan jujur saja dia sedikit takut sekarang. Memulai pertengkaran di siang hari sangatlah menyeramkan baginya.

"Kenapa diam? Kau pasti masih memikirkannya, kan? Bukan memikirkan sekedar mantan istri yang khawatir dengan kondisi mantan suaminya saja?" tutur Chae Rin.

"Hubunganmu dan Johnny sudah berakhir, Soo Hwa-ya. Kau juga ditunjukkan sisi buruk darinya dengan cepat sebelum kalian menjalin hubungan yang lebih serius lagi. Aku tau kau tidak suka aku membahas ini, tapi untuk sekarang aku tidak bisa diam lagi." Lanjut Chae Rin.

Dia mengambil kesempatan untuk mengeluarkan semua yang ada di pikirannya selagi Soo Hwa masih terdiam, mungkin karena dia sedang merutuki dan juga menyadari kesalahan dan kebodohannya.

"Kau bilang padaku jika Doyoung bilang sudah siap, kan? Lalu apa lagi yang kau inginkan, huh? Hubunganmu dengan Johnny sudah selesai, namja yang kau tau bisa membuatmu bahagia sudah menawarkan dirinya kembali dengan bonus akan mengabulkan permintaanmu. Apa lagi yang kau tunggu, huh?" cecar Chae Rin lagi.

Soo Hwa menundukkan kepalanya, dia sudah menangis. Kepalanya juga mulai terasa pusing karena dia memaksakannya untuk berpikir dengan benar. Chae Rin menarik napasnya dalam-dalam, mencoba untuk mengontrol emosinya.

"Apa perlu aku memberikan sedikit dorongan untukmu agar sadar tentang perasaanmu pada Doyoung?"

Soo Hwa mengangkat kepalanya dan kembali mencoba untuk menatap Chae Rin, lalu kembali diam untuk membiarkan Chae Rin melanjutkan perkataannya.

"Kau yakin akan melepaskannya begitu saja? Coba sekarang kau posisikan dirimu sebagai Doyoung. Bayangkan jika saat kau kembali bertemu dengannya, sudah ada sosok yeoja yang mendampinginya. Bukan sekedar singgah, tapi yeoja itu benar-benar berhasil membantunya untuk bangkit dan memutuskan untuk bahagia dengan yeoja itu, lalu perlahan menghapusmu dari hidupnya." tutur Chae Rin.

Tubuh Soo Hwa bergetar hebat begitu mendengar perkataan Chae Rin, tapi dia masih memilih untuk melemparkan tatapannya pada Chae Rin.

"Bagaimana, huh? Bagaimana jika yeoja itu mendapatkan apa yang dia inginkan dan memberikan apa yang Doyoung inginkan darinya? Bahkan..."

"Jangan dilanjutkan lagi, Chae Rin-ah..." lirih Soo Hwa dengan suara seraknya, air matanya langsung mengalir deras, hatinya juga sakit begitu membayangkan jika semua itu terjadi.

"Membayangkannya saja sudah sangat menyakitkan bagimu, kan? Bagaimana dengannya, Soo Hwa-ya? Ditambah lagi... Namja itu menyakitimu, dia tidak terima dan memberikan pelajaran untuk namja itu, tapi apa yang dia dapat darimu? Kau justru marah dan memintanya untuk tidak menemuimu lagi." Jawab Chae Rin melunak.

Soo Hwa kembali menundukkan kepalanya dan menangis terisak di sana, Chae Rin tidak tahan juga melihat itu. Hatinya juga sakit melihat Soo Hwa yang kacau seperti ini. Perlahan ditariknya Soo Hwa ke dalam pelukannya.

"Maaf jika aku sudah terlalu keras padamu. Tapi, hanya ini yang bisa aku lakukan agar kau sadar, Soo Hwa-ya. Hanya Doyoung yang bisa membuatmu bahagia. Aku tau jika di dalam hatimu kau juga sama dengannya, kau masih sangat mencintainya, kan?" bisik Chae Rin.

Soo Hwa tidak menjawab, dia hanya buru-buru membalas pelukan Chae Rin. Dia mengira jika lewat tangisan ini, Chae Rin bisa mengerti apa yang ada di pikiran Soo Hwa sekarang. Dia benar-benar bingung untuk memutuskan semuanya. Dia bahkan tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

Chae Rin menghela napasnya, "Araseo. Kau masih membutuhkan waktu untuk berpikir setelah mendengar perkataanku, kan?" tanyanya sambil mencoba untuk mengendurkan pelukannya.

Soo Hwa mengangguk lemah, Chae Rin tersenyum tipis dan membantu Soo Hwa menghapus air matanya.

"Araseo. Kalau begitu, aku antar pulang, ya? Kau pasti datang hanya untuk menemuiku, kan?" tutur Chae Rin yang mencoba untuk kembali menjadi Chae Rin yang Soo Hwa kenal.

Soo Hwa mengangguk lagi.

"Aigoo, aku merasa sangat spesial sekali kalau begitu." Goda Chae Rin yang masih menghapus air mata Soo Hwa yang tak kunjung berhenti.

"Mianhae, Chae Rin-ah." lirih Soo Hwa.

Chae Rin menarik napasnya lagi, "Jika kau mau minta maaf, seharusnya kau meminta maaf padanya. Tapi, lebih baik kau tenangkan pikiranmu dulu. Pikirkan semuanya baik-baik, aku yakin kau pasti bisa menemukan jawabannya."

"Kau tidak akan menghindariku lagi, kan?" rengek Soo Hwa.

Kedua mata Chae Rin memanas, "Hmm, tidak akan. Kau tau betapa aku juga tersiksa mendiamimu seperti ini, huh?" lirihnya.

Soo Hwa tersenyum tipis lalu kembali memeluk Chae Rin, "Aku menyayangimu, Chae Rin." Bisiknya.

**

To Be Continued...

Back to You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang