Eighteen

44 6 0
                                    

Tepat seperti yang dikatakannya, Johnny datang ke rumah Soo Hwa dengan membawa dua gelas Hot Latte bersamanya. Soo Hwa baru menyadari keberadaan minuman itu saat dia dan Johnny duduk bersama di sofanya. Soo Hwa hanya tersenyum tipis saat melihat Johnny membawa minuman yang termasuk jenis kopi itu.

"Kau yang melarangku, tapi sekarang kau membawakannya untukku." Tutur Soo Hwa.

Johnny tersenyum lalu mengusap pipi Soo Hwa, "Kulihat kondisi lambungmu sedang baik-baik saja. Jadi, melanggarnya sekali ini saja, tidak akan masalah, kan?" balasnya yang terus menatap kedua mata Soo Hwa.

"Kau lelah, hm?" tanyanya yang mengusap kantung mata Soo Hwa.

Soo Hwa terdiam, dia mengira 'lelah' yang dimaksudkan Johnny adalah karena sikap Johnny yang sudah keterlaluan padanya kemarin, tapi...

"Ada lingkaran hitam di sini, kau memaksakan dirimu untuk bekerja?" tambah Johnny yang membuat Soo Hwa tertawa.

"Pastinya. Johnny akan melupakan apa yang terjadi kemarin dengan mudahnya, lalu bersikap seperti tidak apa-apa seperti sekarang."

"Ini sudah biasa, kan? Jika aku sedang mengerjakan naskah drama, aku pasti akan kurang tidur." Balasnya.

Sebenarnya Soo Hwa merasa sangat kecewa dengan sikap Johnny yang seperti ini, bukan maksudnya dia ingin Johnny terus menyesali perbuatannya. Setidaknya, dia menyadari jika sikapnya kemarin itu salah. Dia selalu ingin terlihat sempurna di depan rekan kerjanya, tapi jika untuk masalah ini, Johnny sangat tidak profesional. Bahkan, Soo Hwa belum tau bagaimana perasaan Doyoung dan Jung Woo setelah melihat reaksi Johnny kemarin.

"Kau mengerjakan ini kan bersama, Chae Rin. Harusnya bisa membaginya, kan?" tanya Johnny lagi.

"Tapi, ini ideku, Johnny-ya. Sudah ada bagiannya, Chae Rin hanya menyuntingnya saja. Itu pun juga bukan hal mudah. Jika..." Soo Hwa menggantungkan kalimatnya lalu menarik napasnya dalam-dalam, "Bisakah kita tidak membahas pekerjaan sekarang?" keluhnya.

Johnny terlihat sedikit terkejut lalu dia menganggukkan kepalanya, "Araseo. Mianhae." Balasnya.

Astaga. Soo Hwa benci ini. Dia ingin sekali marah dengan Johnny, dia ingin sekali mengeluarkan semua beban yang ada di pikirannya agar dia bisa kembali tenang setelah ini, tapi... Yang dia lakukan hanya terus mengikuti alur yang dibuat Johnny.

Bahkan, dia kembali merasa sendu saat melihat wajah Johnny. Setelah meminta maaf karena membahas pekerjaan Soo Hwa, wajah Johnny membuat Soo Hwa menyesali perkataannya yang terdengar seperti marah pada Johnny tadi. Perlahan tangannya terangkat untuk mengusap pipi Johnny.

"Kau juga pasti lelah. Kau baru kembali dari Bangkok, bertemu dengan ibumu, lalu menyempatkan dirimu untuk datang ke sini." tuturnya.

Johnny menangkap tangan Soo Hwa, lalu beralih untuk menyandarkan kepalanya di bahu Soo Hwa dengan kedua tangannya yang sudah melingkar di pinggang tunangannya itu.

"Aku khawatir kau sakit, jadi aku datang." Bisiknya yang masih memeluk Soo Hwa.

"Sepertinya kau yang sakit. Tubuhmu panas." Bisik Soo Hwa yang kini berubah menjadi khawatir dengan Johnny.

Wajar saja dia khawatir begitu merasakan suhu tubuh Johnny yang terasa panas, walaupun dia masih kecewa dan marah karena Johnny yang tidak menyadari dan dengan mudahnya melupakan kesalahannya itu. Tidak mungkin jika Soo Hwa tidak peduli dengan kondisinya.

"Hm, sepertinya aku demam atau mungkin kelelahan saja." Jawabnya yang mengangkat kepalanya untuk kembali menatap wajah Soo Hwa.

Soo Hwa hanya tersenyum dan mengusap wajah Johnny, "Benar-benar demam. Kau ke sini dengan supir pribadimu, kan? Aku tidak mau kalau kau membawa mobil dengan keadaan seperti ini."

Back to You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang