Six

49 6 0
                                    

"Ah benar, Eomma terlalu senang karena kembali bertemu denganmu sampai lupa bertanya. Kau sedang apa di sini, hm?" tanya Doyoung Eomma dengan sangat antusias.

"Aku mengambil naskahku, Eomma. Ada yang tertarik dengan naskah yang sudah kubuat beberapa tahun lalu dan naskahnya ada di sini." jawab Soo Hwa.

"Kenapa kau tidak meminta Doyoung mengantarkannya?" tanya Doyoung Appa yang kini bersuara.

"Aku tidak begitu ingat di mana naskah ini ku taruh, dan aku tidak ingin merepotkannya, Appa. Dia pasti juga sibuk." Jawab Soo Hwa lagi.

"Ani, Soo Hwa-ya. Doyoung sekarang lebih sering membawa pekerjaannya ke rumah, sejak menderita gangguan punggung dan sakit kepala, dia tidak bisa memaksakan dirinya untuk bekerja berlebihan lagi." Terang Doyoung Eomma yang berhasil membuat Doyoung melirik mereka dengan tajam.

"Eomma." Tegur Doyoung.

"Gangguan punggung dan sakit kepala?" tanya Soo Hwa.

"Kau bilang kau harus kembali ke kantor kan?" potong Doyoung yang tidak ingin ada yang membahas tentang penyakitnya itu di meja makan.

"Ya~ Kenapa kau berbicara seperti itu." tegur Doyoung Appa.

"Dia memang harus kembali ke kantor, Appa. Dia hanya menghormati permintaan Eomma untuk makan bersama." Balas Doyoung.

"Gwenchanayo, Appa. Aku memang harus segera kembali karena akan membahas naskah ini di sana. Kalau begitu aku pamit." Terang Soo Hwa yang tidak ingin membuat Doyoung berdebat dengan Appa-nya sendiri, dia juga merasa jika Doyoung masih marah dengan apa yang terjadi dengan mereka sebelum orang tau Doyoung datang.

"Antar dia pulang, Doyoung-ah." pinta Eomma.

"Aniyo, Eomma. Aku membawa mobil sendiri. Eomma dan Appa jaga kesehatan, hm?" balas Soo Hwa yang setelahnya berlalu meninggalkan meja makan setelah berpamitan dengan orang tua Doyoung.

Doyoung berjalan mendahului Soo Hwa setelah mengatakan jika dia akan mengantar Soo Hwa sampai di depan rumahnya, tapi Soo Hwa merasa seperti ada hawa dingin yang menyelimutinya saat berjalan di bekalang Doyoung.

"Ada masalah apa di punggung dan kepalamu?" tanya Soo Hwa begitu mereka sampai di depan, tapi Soo Hwa enggan untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Pulanglah. Kau harus bekerja." Balas Doyoung.

"Doyoung-ah." Panggil Soo Hwa.

"Aku... Juga tidak ingin membahasnya dengan orang lain." Balas Doyoung yang berhasil menancapkan pedang tepat di jantung Soo Hwa.

Soo Hwa tertawa canggung, "Baiklah. Aku mengerti. Aku pamit. Terima kasih teh hangatnya." Tutur Soo Hwa.

Doyoung hanya menganggukkan kepalanya dan terus melemparkan pandangannya pada Soo Hwa, mulai dari dia yang masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin mobilnya, hingga benar-benar sudah meninggalkan rumah Doyoung.

Doyoung kembali masuk ke dalam rumahnya, tubuhnya tiba-tiba saja terasa lemas, bahkan untuk melangkahkan kakinya pun terasa sangat berat untuk Doyoung. Kepalanya mulai berdenyut sesampainya dia di ruang tengah.

"Aku tidak ingin membahas kehidupan pribadi dengan orang lain."

TES!

Air mata Doyoung berhasil terjatuh begitu kembali mengingat perkataan Soo Hwa padanya. Dia tidak percaya Soo Hwa menganggapnya sebagai orang asing sekarang. Tangannya terangkat untuk menutup mulutnya, dia tidak ingin orang tuanya tau jika dia menangis. Padahal, tanpa sepengetahuanya, kedua orang tuanya itu berada di belakangnya dan melihat anaknya yang sedang menangis.

Back to You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang