Thirty Five

36 4 0
                                    

­Sunday's Apartment

Setelah membersihkan tubuhnya, Soo Hwa berniat untuk istirahat. Dia bisa merasakan tubuhnya sangat lelah dan dia memang butuh tidur, tapi kedua matanya seperti enggan untuk terpejam. Pikirannya terus saja tertuju pada Doyoung, tepatnya dia teringat bagaimana Doyoung yang datang di saat yang tepat.

"Aku bahkan tidak tau kenapa dia ada di sana tadi." gumamnya.

Pikirannya benar-benar hampir terpenuhi oleh Doyoung, dia bahkan hampir sepenuhnya lupa pada alasan yang membuatnya menangis sekencang itu tadi. Tanpa sadar dia kembali teringat pada kenangannya dulu, saat dia yang menahan tangisnya begitu melihat Doyoung datang.

"Gwenchana. Menangislah, menangislah sepuasmu sampai kau lega. Menangis sampai kau merasa tidak ingin menangis lagi. Aku akan menemanimu."

Lalu suara itu beralih pada perkataan yang Doyoung katakan pada saat dia menemukan Soo Hwa di belakang gedung restoran KTH tadi.

"Araseo. Kau tidak perlu memberitauku jika tidak ingin. Kau boleh melepaskan tangisanmu lagi sampai kau puas dan merasa tidak ingin menangis lagi. Aku akan menemanimu."

Soo Hwa menarik napasnya dalam-dalam saat mengingatnya, "Kau masih saja seperti itu, Doyoung-ah." Gumamnya.

Pikirannya masih tertuju pada Doyoung, tanpa sadar dia tersenyum saat mengingat bagaimana dia kembali mendengarkan suara detak jantung Doyoung pada saat namja itu memeluknya.

"Aigoo, Lee Soo Hwa. Apa yang kau pikirkan?" gerutunya sambil memukul pelan keningnya.

Pukulan kecil itu tidak berhasil menghentikan senyumannya. Dia teringat, dulu mendengarkan suara detak jantung Doyoung adalah kebiasaannya. Dia rutin melakukan itu saat Doyoung ingin tidur dan saat dia menyambut Doyoung pulang kerja, dia akan selalu menyempatkan dirinya untuk itu.

Tanpa dia ketahui, Chae Rin sudah berdiri tepat di depan pintu kamarnya dan menatap Soo Hwa yang sedang tersenyum di dalam lamunannya. Chae Rin juga ikut tersenyum mengira mungkin alasan dari senyuman Soo Hwa itu adalah Doyoung, karena Doyoung orang pertama yang ditemui temannya itu.

"Bisa-bisanya tersenyum seperti itu setelah berbohong padaku, huh?" protes Chae Rin yang akhirnya bersuara dan masuk ke dalam kamar Soo Hwa.

Soo Hwa terkejut dan langsung bangkit dari posisi tidurnya, "Ch-Chae Rin-ah..." panggilnya.

Chae Rin menarik napasnya dan duduk tepat di samping Soo Hwa, "Kenapa kau berbohong, huh?" tanyanya.

Soo Hwa mengerucutkan bibirnya, "Mianhae. Jika kau tau Ibu Johnny mengajakku bertemu pasti kau melarangku." Sesalnya.

"Ani. Jika tau seperti ini, aku tidak akan melarangmu. Aku akan minta ikut dan membalaskan semua perkataan menyakitkannya itu padamu." Balas Chae Rin yang terlihat kesal, lalu kembali melemah saat menyadari ekspresi Soo Hwa yang kembali sendu.

"Dia pasti tambah menyakitimu, kan?" tanyanya dengan lirih.

Soo Hwa menoleh dan menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengangguk, "Aku kira aku akan terbiasa, tapi aku tidak menyangka dia akan mengungkit tentang masa laluku lagi." Lirih Soo Hwa.

"Apa lagi yang dikatakannya, huh?" tanya Chae Rin penasaran.

Soo Hwa kembali menarik napasnya dalam-dalam, berat sekali untuk kembali mengingat apa yang terjadi, tapi dia tidak ingin menyembunyikan apapun dari Chae Rin. "Dia bilang..." Soo Hwa menggantungkan kalimatnya begitu tersadar dia kembali menangis.

Chae Rin yang melihat itu langsung meraih tangan Soo Hwa lalu menggenggamnya dengan sangat erat untuk memberikan kekuatan.

"Dia bilang alasanku bertahan dengan Johnny karena cinta itu tidak tepat, dia bilang jika alasan itu yang membuatku bercerai. Dia menyalahkanku karena dia sering bertengkar dengan anaknya karena aku. Bahkan dia seakan menuduhku jika aku dulu juga pernah merusak hubungan Doyoung dengan orang tuanya karena itu kami bercerai. Dia menilaiku seburuk itu, Chae Rin-ah." rengek Soo Hwa.

Back to You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang