Eight

45 7 0
                                    

"Kau yakin tidak ingin ikut, Chae Rin-ah?" ajak Johnny dari dalam mobilnya.

"Aniya, aku masih ada sedikit pekerjaan. Kalian bersenang-senanglah." Balas Chae Rin.

"Benar?" ajak Soo Hwa lagi.

Chae Rin mengangguk, "Pergilah." Suruhnya.

"Baiklah. Kalau begitu kami duluan." Pamit Johnny yang disambung lambaian tangan oleh Soo Hwa.

Johnny pun mulai menjalankan mobilnya.

"Kenapa bisa ditunda jadi hari ini pertemuannya, hm?" tanya Johnny yang membuka percakapan lebih dulu.

"Aigoo, benar-benar. Beberapa hari tidak bertemu itu harusnya tanyakan dulu tentang kabarku bagaimana? Selama kau tak ada apa yang aku lakukan. Kenapa langsung membahas pekerjaan?" Sebal Soo Hwa.

Johnny terkekeh, "Kan kau yang bilang tadi akan menceritakannya, jadi aku langsung menagihnya."

"Jadi lebih penting itu daripada tau kabarku?" tanya Soo Hwa dengan berpura-pura sebal dengan Johnny, walaupun sebenarnya memang dia sebal dengan sifat Johnny yang terbilang datar dan kaku ini.

Johnny tertawa lagi lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala dan turun ke pipi Soo Hwa, "Baiklah. Bagaimana kabarmu, hm?" tanyanya.

Soo Hwa tersenyum dan menangkap tangan Johnny lalu digenggamnya, "Bisa dibilang baik. Kau pasti lelah ya? Tanganmu panas, apa kau demam?" tanyanya yang beralih membahas tentang kesehatan Johnny.

"Hmm, sedikit lelah. Tapi kan sudah bertemu denganmu, jadi perlahan rasa lelahku hilang." Jawabnya.

"Aish, gombal." Balas Soo Hwa yang masih terus menggenggam tangan Johnny dan sesekali memaikan jari-jari Johnny.

"Bisakah aku meminta tanganku kembali, Lee Jagganim? Aku membutuhkannya untuk menyetir."

Soo Hwa terkekeh, "Kenapa harus meminta izin sih?"

"Karena kau terus menikmati tanganku sedaritadi, jadi aku tidak enak untuk menariknya." Canda Johnny.

Soo Hwa tertawa lalu mengusap pipi Johnny, dia bahkan sering lupa jika sudah memiliki Johnny. Sifat Johnny memang sering membuat Soo Hwa merasa tidak nyaman dan terkadang membuat Soo Hwa kadang menjadi orang lain, karena ingin menyamakan dirinya dengan Johnny.

"Jadi bagaimana tentang pertemuan tadi, hm? Kenapa dia menundanya?"

Soo Hwa menghembuskan napasnya dengan kasar lalu kembali menyandarkan tubuhnya, membahas apa yang terjadi sebelumnya membuat Soo Hwa kembali merasa lelah, "Tidak tau, dia yang memintanya. Ceritanya di rumah saja ya, aku tidak mood membahasnya di perjalanan." Jawabnya.

Johnny mengangguk mengerti, "Ok, lalu... Kalau tentang pengambilan naskah kemarin? Bagaimana..." tanya Johnny lagi yang kini terdengar hati-hati.

"Bagaimana apanya?"

"Ya~ bertemu dengan mantan suamimu." Gumam Johnny.

"Kau curiga aku macam-macam dengannya?" tanya Soo Hwa tidak percaya.

Johnny berhasil membuat mood Soo Hwa tambah berantakan. Dia tidak percaya jika Johnny menanyakan hal itu padanya. Ya, sebenarnya wajar jika dia cemburu saat Soo Hwa bertemu kembali dengan mantan suaminya, tapi tidak seharusnya dia menggunakan nada bicara seperti itu. Cara Johnny berbicara benar-benar membuat Soo Hwa tersinggung, dia merasa dicurigai dan tidak dipercaya oleh Johnny.

"Baiklah, aku akan ceritakan secara detail sekali. Aku benar-benar datang untuk mengambil naskah, lalu Doyoung menyuguhkan teh untukku. Lalu saat aku pulang, orang tuanya datang dan mengajak makan bersama." Jelasnya.

Back to You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang