Chapter 58 : Ischtal

58 5 0
                                    

Fadli, Nadia, dan kawan kawan sudah sampai di Istchtal tanpa terdeteksi. Mereka kemudian menyewa sebuah kamar di penginapan untuk membahas rencana mereka selanjutnya.
Fadli:"kita sudah berhasil masuk tanpa diketahui siapapun, mulai sekarang kita harus lebih berhati hati dalam bertindak, para beastmen memiliki insting yang kuat, dan kekuatan fisik mereka juga tinggi jadi akan lebih baik kalau kita menghindari masalah dengan mereka"
Jean:"jadi, bagaimana rencanamu?"
Fadli kemudian menjelaskan kepada mereka tentang rencana yang sudah dia buat. Setelah Fadli selesai menjelaskan rencananya, mereka berpencar menjadi dua kelompok untuk menjalankan tugas mereka masing masing.

Kelompok pertama yaitu Fadli, Nadia, Silvi dan Lia bertugas untuk mencari alkemis yang membuat racun dan bubuk naga. Sedangkan kelompok kedua yaitu Eva, Celes, Jean, dan Luna mencari orang orang yang memiliki hubungan dengan alkemis itu. Ketika mereka sedang berjalan menuju tempat alkemis itu, Nadia menyadari kalau ekor Fadli hanya tinggal satu saja.
Nadia:"aku kira kamu akan menjadi rubah berekor sembilan Fad"
Fadli:"rubah berekor sembilan itu adalah salah satu hewan sakral didalam kepercayaan para beastmen, aku akan menarik banyak perhatian jika memiliki sembilan ekor"
Silvi:"sebenarnya rubah putih merupakan hewan sakral tidak peduli berapa banyak ekor yang mereka punya, jadi kamu tetap menarik banyak perhatian"

Fadli:"eh, benarkah? Pantas saja aku merasa kalau banyak yang melihat kearah kita sejak tadi"
Silvi:"kamu baru menyadarinya?"
Fadli:"hehe"
Tidak perlu waktu lama untuk mereka menemukan dimana si alkemis itu berada. Mereka memutuskan untuk mengawasi tempat itu untuk beberapa saat. Setelah mereka yakin kalau sekeliling mereka aman, mereka langsung masuk ketempat alkemis itu berada. Alkemis tersebut menggunakan sebuah mantel panjang bertudung sehingga menutupi seluruh tubuhnya bahkan wajahnya. Alkemis itu menyapa mereka.
Alkemis:"selamat datang orang asing"
Suara alkemis itu sangatlah serak dan berat seperti suara orang yang sudah tua.
Alkemis:"ada yang bisa saya bantu?"
Meskipun terdengar sangat sopan tapi entah kenapa siapapun yang mendengar suara dari alkemis itu pasti akan langsung merinding.

Fadli:"kami disini untuk menangkapmu"
Alkemis:"owh benarkah? Tapi sayang sekali kalian sudah terlambat"
Tubuh alkemis itu tiba tiba meleleh menjadi sebuah cairan yang kental dan lengket. Cairan itu dengan cepat langsung mengalir keseluruh ruangan. Fadli yang menyadari apa yang terjadi langsung menteleportasikan diri mereka keluar dari tempat itu. Dari luar tempat itu, mereka melihat kalau cairan itu masih sama berkembang hingga menutupi seluruh tempat itu, dan tidak perlu waktu lama tempat itu langsung hancur karena tidak dapat menampung volume cairan tersebut dan membuat cairan itu meluber kejalanan.

Mereka juga melihat kalau cairan tersebut seperti memakan benda apapun yang dilewatinya.
Fadli:"sialan, cepat evakuasi para warga"
Luna dan yang lainya kemudian menghubungi mereka melalui telepati.
Luna:*apa yang terjadi?*
Fadli:*tidak tau, tiba tiba tubuh alkemis itu meleleh dan menjadi cairan yang terus menerus meluber*
Jean:*owh jadi disana juga*
Nadia:*kalian juga?*
Eva:*yup, orang orang yang kami tangkap juga tiba tiba meleleh dan menjadi cairan aneh*
Fadli kemudian menghembuskan nafasnya.
Fadli:"padahal aku harap kita bisa menyelesaikan ini secara diam diam, tapi tidak ada pilihan lain"
Fadli membatalkan sihir penyamaran mereka.
Fadli:"Silvi, cepat peringatkan raja Rimba"
Fadli:*Jean, aku ingin kamu juga ikut dengan Silvi*

Mereka berdua langsung pergi untuk bertemu di istana dan memperingatkan sang raja. Nadia mencoba untuk menyerang cairan itu menggunakan sihirnya, namun sihirnya malah juga terserap kedalam cairan itu.
Nadia:"dia juga bisa menyerap sihir, makhluk apa itu sebenarnya?"
Fadli:*Luna, apa kamu tau sesuatu?*
Luna:*aku tidak tau, aku belum pernah melihat makhluk seperti ini sebelumnya"
Celes:*kalau begitu bagaimana cara kita mengalahkan makhluk ini, dilihat dari wujudnya sepertinya serangan fisik juga tidak akan berpengaruh, dan makhluk itu juga bisa menyerap sihir*
Fadli:*untuk sekarang kita fokus mengevakuasi para warga dulu*
All:*baik*

Mereka kemudian melanjutkan untuk mengevakuasi warga. Fadli dan Eva juga sempat menghadang cairan itu menggunakan tembok batu yang mereka buat, tapi cairan itu dapat meruntuhkan tembok tembok itu dengan cepat. Tidak lama kemudian Silvi dan Jean menghubungi mereka.
Silvi:*kami sudah memberitau raja Rimba, beliau meminta kita untuk mengevakuasi para warga kedalam kastil istana*
Fadli:*baiklah kalau begitu kita berkumpul di istana*
Mereka kemudian memberitaukan kepada para warga untuk segera berkumpul ke istana. Ketika mereka sudah sampai di istana, mereka dibantu oleh para penyihir kerajaan membuat tembok yang sangat besar untuk menahan cairan itu supaya tidak meluber kemana mana.

Namun usaha mereka tidak terlalu berhasil karena cairan itu tetap saja bertambah hingga hampir memenuhi semua tembok yang mereka buat. Cairan itu juga menyerap sihir sihir yang ada didalam tembok tembok itu dan membuat tembok itu menjadi rapuh.
Celes:"Fadli, coba lakukan sesuatu, aku rasa tembok tembok ini tidak akan bisa menahanya lebih lama lagi"
Fadli:"aku sedang memikirkanya"
Jean:"kalau begitu cepat, jika tembok ini hancur, cairan itu akan membanjiri semuanya"
Fadli:"baiklah baiklah akan aku coba sesuatu"
Fadli:"permafrost"
Fadli langsung membekukan semua cairan itu dalam sekejap, dan hal itu membuat semua orang sedikit lega.

Rimba:"apakah kamu berhasil mengalahkanya?"
Fadli kembali membuang nafasnya.
Fadli:"sayangnya tidak, es itu hanya akan menahanya sementara saja, aku masih memikirkan cara untuk melenyapkanya sepenuhnya"
Ketika Fadli sedang berpikir, Lia menarik narik celananya untuk menarik perhatianya Fadli.
Lia:"papa, papa"
Fadli melihat kearah Lia sambil tersenyum.
Fadli:"ada apa?"
Lia menunjuk kearah Nadia.
Lia:"mama bisa mengalahkan air itu"
Hal itu membuat semua orang terutama Nadia menjadi sedikit bingung.
All:"ha?"
Sedangkan Fadli langsung ingat dan paham.
Fadli:"ah itu benar, Nadia bisakah kamu menggunakan purification untuk memurnikanya?"
Mereka semua langsung paham setelah Fadli mengatakan itu.
Nadia:"sepertinya bisa, tapi aku rasa aku tidak punya cukup manna untuk memurnikan semua cairan itu secara bersamaan"

Fadli:"tenang saja"
Fadli dengan cepat langsung menggenggam tangan Nadia dan mentransfer manna miliknya ke Nadia. Nadia tersenyum dan mengangguk.
Nadia:"full area purification"
Muncul sebuah lingkaran sihir yang sangat besar diatas seluruh penjuru kota, dan lingkaran sihir itu langsung memancarkan cahaya yang hangat dan menenangkan sama seperti saat di hutan sakral dulu, cahaya itu juga membuat makhluk cairan itu semakin lama semakin mengecil hingga akhirnya menghilang sepenuhnya. Sayangnya bagian kota yang dimakan oleh cairan tersebut juga menghilang dan menyisakan tanah kosong saja. Sementara itu di sebuah bukit yang tidak jauh dari kota itu, alkemis yang bertudung tadi tersenyum kearah kota.

Alkemis:"hahahaha, jadi mereka bisa mengalahkan slime pelahap itu ya, lain kali akan aku beri kalian makhluk yang jauh lebih mengerikan"
Alkemis itu kemudian bersiap untuk pergi, namun tiba tiba tubuhnya langsung terbakar dan dia berteriak kesakitan. Disaat yang bersamaan, Fadli juga melihat kearah bukit itu sambil tersenyum.

Reunion to Parallel World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang