Chapter 62 : Festival Orang Mati

36 1 0
                                    

Keesokan harinya, Nadia melihat Fadli sedang berada di taman dan ada beberapa ekor burung yang bertengger di jari dan pundaknya. Nadia langsung terdiam dan terpukau saat melihat itu, apalagi ketika angin semilir berhembus mengibaskan rambutnya Fadli. Suasananya sangatlah damai dan tentram, sudah lama Nadia tidak melihat Fadli seperti itu, karena itulah dia langsung tersenyum dan juga ikut merasa tenang. Tapi itu tidak berlangsung lama karena Fadli memanggilnya.
Fadli:"Nad, aku ingin menyelidiki sesuatu, jika kalian ingin ikut beritau yang lain untuk bersiap siap, aku akan menunggu kalian disini"
Nadia:"huh? Um? Ok ok"
Nadia yang sadar dari lamunannya langsung mencari para putri yang lainnya.

Dia menemukan Jean dan Silvi yang sedang bermain dengan Lia. Luna dan Eva yang sedang membaca buku di perpustakaan. Dan Celes yang sedang berjalan jalan di lorong. Setelah dia memberitau mereka, mereka langsung bersiap siap dan berkumpul di taman. Celes langsung bertanya kepada Fadli ketika dia sampai.
Celes:"kamu ingin menyelidiki apa? Aku kira kamu akan membiarkan yang lainnya untuk mengurus si「tanpa nama」?"
Fadli:"ini tidak ada hubungannya dengan dia kok"
Eva:"lalu apa? Dan juga bukankah raja Garcia meminta kita untuk beristirahat?"
Fadli:"aku rasa kita sudah cukup beristirahat, lagipula ini bukanlah hal yang serius kok, jadi kita masih bisa tetap beristirahat"

Mereka semua mengangguk setelah mendengar itu, kemudian mereka langsung pergi. Tidak lama kemudian seorang pelayan datang kehadapan raja Garcia dan ratu Clarice sambil membawa surat. Raja Garcia langsung menghela nafas sambil memegang kepalanya sedangkan ratu Clarice tertawa pelan setelah membaca surat itu. Isi dari surat itu adalah.

"Untuk ayah dan ibu tercinta, Fadli bilang kalau dia ingin menyelidiki sesuatu dan kami ikut bersamanya, karena itu jangan khawatir jika kalian tidak menemukan kami di istana.

Penuh cinta dari putri kalian,
Celes"

"ps. Tenang saja, ini tidak ada hubungannya dengan si 「tanpa nama」, dan ini juga bukan sesuatu yang serius jadi kami masih bisa beristirahat dan bersenang senang......
....
....
Aku harap.
Salam hormat,
Fadli"

Sementara itu, Fadli dan kelompoknya sudah sampai di sebuah hutan yang dekat dengan sebuah desa yang cukup terpencil. Mereka dapat mendengar suara keramaian dan kegembiraan datang dari arah desa tersebut.
Nadia:"woah desa itu terdengar ramai sekali"
Jean:"sepertinya ada perayaan atau semacamnya di desa itu"
Silvi:"setelah penyelidikannya Fadli selesai, bagaimana kalau kita mengunjungi desa itu?"
Para cewek mengangguk dengan penuh semangat. Namun, berbeda dengan mereka, Fadli malah melihat kearah desa itu dengan penuh kebingungan. Luna yang menyadari itu bertanya kepadanya.

Luna:"ada apa?"
Nadia dan yang lainnya kemudian juga melihat kearah Fadli setelah mendengar pertanyaan dari Luna.
Fadli:"apa kalian tidak merasa ada yang aneh?"
Nadia:"ada apa memangnya?"
Fadli:"gunakan sihir pendeteksi kalian"
Mereka semua menutup mata mereka dan menggunakan sihir pendeteksi, namun mereka sama sekali tidak mendeteksi kalau ada hal yang aneh.
Silvi:"aku tidak mendeteksi sesuatu yang aneh"
Jean:"sama, aku juga tidak mendeteksi aura membunuh sedikitpun di sekitar sini"
Mereka kemudian melihat kearah Fadli dengan bingung, sampai Nadia, Eva, dan Luna menyadari sesuatu. Mereka langsung menggunakan sihir pendeteksi mereka lagi, dan kali ini mereka mengetahui apa yang Fadli maksud.

Nadia:"aku tidak mendeteksi aura kehidupan di desa itu sama sekali"
Eva dan Luna mengangguk kemudian mereka semua kembali melihat kearah desa itu.
Celes:"kalau begitu siapa atau apa yang membuat suara keramaian ini?"
Mereka kemudian mendekat kearah desa untuk melihat kedalam desa tersebut. Dan mereka langsung menyesal karena telah melakukan itu. Suara kegembiraan dan keramaian festival yang mereka dengar itu, ternyata bukan dibuat oleh manusia, melainkan mayat hidup, dan desa itu isinya penuh dengan mayat hidup dari anak anak hingga orang tua dengan kondisi tubuh yang sudah membusuk dan sangat mengenaskan.
Ada yang kepalanya hampir putus, ada yang kehilangan tangan, atau kakinya, bahkan ada juga yang perutnya sudah terkoyak sehingga organ dalamnya terlihat.

Reunion to Parallel World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang