Chapter 64 : Janji

28 3 0
                                    

Nadia terbangun di tengah malam dengan penuh air mata dikarenakan mimpi buruk yang dia dapatkan. Hal yang terjadi di desa itu benar benar memberi trauma kepadanya, dan membuat dia memimpikan hal yang cukup mengerikan. Dia bermimpi kalau Fadli dan yang lainnya terbunuh di depan matanya. Saat dia bangun, dia melihat kalau Celes dan yang lainnya masih tertidur nyenyak, namun Fadli tidak ada bersama mereka. Dia kemudian melihat Fadli yang sedang memandangi langit di balkon. Dia lalu turun dari tempat tidur secara perlahan supaya tidak membangunkan yang lainnya, lalu dia mendekati Fadli. Belum sempat dia memanggil Fadli, Fadli sudah bicara padanya.

Fadli:"mimpi buruk?"
Nadia:"kamu juga?"
Fadli kemudian berbalik dan melihat kearah Nadia lalu mengangguk. Nadia melihat kalau matanya Fadli berubah menjadi warna merah, namun kali ini tidak dipenuhi oleh amarah, melainkan kesedihan dan penyesalan.
Nadia:"mata kamu"
Fadli:"kamu juga"
Nadia mengambil ponselnya untuk berkaca, dan dia melihat kalau mata dia juga berubah warna, bedanya mata dia berubah menjadi warna biru. Nadia lalu berjalan semakin dekat dengan Fadli dan langsung memeluknya.
Nadia:"Fadli, bisakah aku meminta sesuatu kepadamu?"
Fadli membalas pelukannya Nadia, lalu Nadia melanjutkan perkataannya.
Nadia:"aku ingin kamu berjanji kalau kita akan baik baik saja, aku ingin kamu berjanji kalau kita akan selalu bersama, dan aku ingin kamu berjanji kalau kita semua pasti bisa kembali ke dunia kita dengan selamat"

Fadli terdiam sejenak setelah mendengar itu. Dia terlihat ragu untuk beberapa saat lalu dia mencium kepala Nadia.
Fadli:"aku berjanji"
Nadia langsung tersenyum saat mendengar itu dan dia mengangkat kepalanya untuk melihat kearah wajahnya Fadli. Nadia kemudian berjinjit dan mencium bibirnya Fadli. Setelah melepas ciuman itu Nadia sedikit menggoda Fadli.
Nadia:"kamu jangan tinggi tinggi dong, susah tau nyiumnya"
Fadli tersenyum lalu dia membalas godaan dari Nadia.
Fadli:"kamunya aja yang cebol"
Nadia langsung mencubit perut Fadli sambil tersenyum setelah mendengar itu.
Nadia:"walaupun cebol tapi imut"
Fadli:"iya sih, udahlah ayo tidur lagi, kamu pasti juga masih kelelahan"

Nadia langsung menguap setelah itu.
Nadia:"kamu benar, ayo"
Nadia kemudian menarik Fadli untuk tidur di sofa yang ada di kamar masih dalam posisi berpelukan. Mereka tau kalau mereka kembali ke tempat tidur dengan posisi seperti itu mereka pasti akan membangunkan yang lainnya. Tidak lama setelah mereka berdua kembali tidur, Lia langsung membuka matanya dan melihat kearah mereka berdua. Lia lalu tersenyum, tapi senyuman itu terlihat sedikit berbeda dari senyuman anak anak yang biasanya dia perlihatkan. Setelah itu dia langsung kembali tidur.

Keesokan harinya, saat Celes dan yang lainnya bangun, mereka sempat bingung kemana Fadli dan Nadia pergi, tapi mereka langsung tersenyum saat melihat kalau mereka berdua ternyata tidur di sofa sambil berpelukan sangat mesra.
Eva:"dan seperti biasanya Nadia memonopoli Fadli untuk dirinya sendiri, awh aku benar benar cemburu kepada mereka"
Celes:"sejak kapan, dan kenapa mereka malah tidur di sofa?"
Luna:"entah, sepertinya mereka terbangun dan ingin bermesraan atau semacamnya"
Silvi:"bukankah ini bagus, sepertinya mereka sudah benar benar melupakan masalah diantara mereka berdua, apapun masalah itu"
Jean:"aku setuju, aku lebih suka melihat mereka seperti ini dari pada bertengkar terus setiap hari"

Mereka semua mengangguk, dan tidak lama kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu.
Chris:"Celes, apa kalian sudah bangun?"
Celes:"iya, ada apa kak?"
Chris langsung membuka pintunya untuk melihat kedalam. Dia awalnya bingung saat melihat Fadli dan Nadia yang tidur di sofa berbeda dengan yang lainnya, tapi dia memiliki hal yang lebih penting untuk disampaikan.
Chris:"kami mendapatkan kabar kalau ada retakan di wilayah Phallanx"
Chris:"ayah meminta kita semua untuk berkumpul, jadi cepat bangunkan mereka berdua"
Chris menunjuk kearah Fadli dan Nadia yang masih saja tertidur kemudian dia langsung pergi. Celes dan yang lainnya juga langsung membangunkan Fadli dan Nadia.

_______________________________________________

Para pahlawan, Chris, dan para prajurit istana sudah berkumpul dan bersiap siap di aula. Tidak lama kemudian Fadli dan kelompoknya datang ke aula dengan Nadia yang masih sedikit mengantuk dan menempel dengan tangannya Fadli. Dia sama sekali tidak memperdulikan tatapan dari teman temannya dan tetap saja memeluk tangan Fadli dengan sedikit manja.
Mareta:"Nad, tumben masih ngantuk aku kira kamu tidur lebih dahulu dari pada kami"
Nadia:"aku sama Fadli kebangun tadi malam, justru yang aneh anak ini"
Nadia menunjuk kearah kepalanya Fadli.
Nadia:"bagaimana kamu bisa sesegar itu padahal kita tidur cuma sebentar tadi malam"
Fadli:"aku sudah terbiasa"

Teman temannya yang lain kemudian sedikit bingung, ada beberapa yang tersenyum karena mereka berpikiran mesum.
Tetron:"kalian ngapain emang tadi malam?"
Nadia hanya tersenyum dan sedikit menggoda mereka.
Nadia:"ada deh"
Dia lalu menjulurkan lidahnya kearah teman temannya. Nadia lalu dengan cepat melihat kearah Bu Annisa.
Nadia:"Bu Annisa, ini masih pagi jadi ceramahnya nanti aja ya, paling tidak setelah kami mengalahkan para monster itu"
Bu Annisa yang awalnya tidak mau menasihati mereka langsung tersenyum, dan terpikirkan sesuatu. Beliau kemudian tersenyum dan mengangguk. Sementara itu Chris yang tadi cukup penasaran langsung sadar.
Chris:"owh jadi itu alasan kenapa kalian tidur di sofa"

Nadia:"yup, jika kami naik ke tempat tidur, kami pasti akan membangunkan yang lainnya, mereka butuh istirahat jadi kami tidak tega untuk membangunkan mereka"
Teman teman mereka yang cowok kemudian langsung mencoba untuk menggoda mereka sambil senyum senyum agak mesum.
Firyawan:"waw, sejujurnya kami kagum kepada kalian karena kalian masih berani melakukan itu padahal anak kalian tidur di kamar yang sama dengan kalian"
Sementara itu teman mereka yang cewek mendekati Celes dan para putri.
Elfreda:"dan kalian, bagaimana kalian bisa tetap tidur nyenyak ketika mereka berdua melakukan itu?"
Sementara itu Celes dan para putri yang lainnya terlihat sangat bingung, bahkan Eva yang biasanya mesum saja juga tidak tau harus menjawab apa.

Mereka lalu melihat kearah Nadia sambil menaikan alis mereka, Fadli juga melakukan hal yang sama, sementara Nadia masih saja tersenyum. Fadli kemudian berniat untuk menjelaskan, karena dia pikir Nadia masih setengah sadar hingga mengatakan hal hal seperti itu.
Fadli:"kalian salah, kami tidak..."
Tapi Nadia langsung mencubit perutnya Fadli dan memintanya untuk diam.
Nadia:"udah biarin aja"
Hal tersebut membuat Fadli menjadi sangat bingung, dia lalu melihat kearah Celes dan para putri untuk meminta bantuan, tapi mereka hanya mengangkat kedua bahu mereka karena mereka juga tidak tau apa apa.

Nadia lalu mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
Nadia:"jadi, kapan kita akan berangkat ke tempat itu? Apa namanya tadi? Palang?"
Fadli:"Phallanx"
Nadia:"nah iya itu"
Setelah Nadia mengatakan itu mereka semua langsung sadar dan Chris bertanya kepada mereka.
Chris:"ah, kamu benar, apa kalian semua sudah siap?"
Mereka semua mengangguk.
Chris:"Fadli bisakah kamu memindahkan kami ke Phallanx?"
Fadli:"sebentar, apa ada yang tau dimana kota itu berada?"
Silvi:"aku tau"
Fadli lalu menggunakan recall kepada Silvi sementara itu Celes menitipkan Lia yang dia gendong kepada ibunya yaitu Ratu Clarice.
Celes:"ibu, Celes titipkan Lia ke ibu lagi ya"

Clarice:"iya, kalian berhati hatilah, dan kembalilah dengan aman"
Celes:"siap ibu"
Mereka semua lalu mempersiapkan tempat masing masing, dan dalam sekejap mereka langsung berpindah ke kota Phallanx. Kesan pertama dari para pahlawan saat melihat kota Phallanx adalah mereka semua langsung terkesima dengan kota itu, kota itu terlihat sangat indah dengan alam dan pepohonan yang masih terjaga asri, mereka juga melihat ada sebuah kubah raksasa yang sangat cantik melindungi kota tersebut dari segala macam bahaya diluar.
Tetron:"tempat ini keren"
Celes:"tentu saja, Phallanx juga adalah salah satu kota dengan pertahanan terbaik di Terabithia"
All:"woah"
Sementara yang lainnya sibuk mengagumi kota itu, Fadli malah melihat kearah Nadia yang masih menempel di tangannya.
Fadli:"sampai kapan kamu mau memeluk tanganku seperti itu?"
Nadia:"sampai aku puas"
Nadia kemudian tertawa dan menjulurkan lidahnya ke Fadli, sementara Fadli hanya bisa pasrah, lagipula dia juga menikmati hal tersebut.

Reunion to Parallel World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang